Setiap orang tua pasti berharap agar anak selalu sehat dan terhindar dari penyakit. Salah satu penyakit yang patut diwaspadai terjadi pada anak adalah penyakit epilepsi.
Sayangnya, banyak orang tua yang belum sadar akan bahaya epilepsi serta cara menanganinya. Oleh karena itu melalui artikel ini kami akan membagikan informasi seputar epilepsi yang perlu dipahami orang tua.
Memahami Pengertian Epilepsi
Beberapa orang tua mungkin masih awam dengan istilah epilepsi. Masyarakat awam lebih mengenal penyakit epilepsi ini dengan sebutan penyakit ayan. Sementara ada juga yang menyamakan antara epilepsi dan kejang.
Sebab memang penderita epilepsi akan mengalami kejang secara berulang saat penyakit ini kambuh. Namun harus dipahami bahwa tidak semua kejang dapat disebut sebagai epilepsi.
Pada dasarnya, pengertian epilepsi adalah gangguan yang terjadi di sistem saraf pusat otak. Gangguan ini terjadi akibat adanya pola aktivitas listrik di otak secara berlebih.
Karena menyerang saraf otak, hamper semua orang bisa menderita penyakit ini. Mulai dari anak-anak, orang tua, pria ataupun wanita bisa mengidap epilepsi. Oleh karena itu, epilepsi merupakan salah satu penyakit yang umum ditemui.
Penyakit pilepsi terbagi atas dua kategori umum. Kedua kategoti epilepsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Epilepsi Parsial
Kategori epilepsi yang pertama adalah epilepsi parsial. Hal ini terjadi ketika gangguan sistem saraf hanya terjadi pada sebagian otak.
Epilepsi parsial terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu parsial simpel dan parsial kompleks. Pada penyakit epilepsi parsial simpel, penderita tidak akan kehilangan kesadaran. Hanya saja akan timbul sensasi kesemutan atau pusing dan bagian tubuh menyentak.
2. Epilepsi Umum
Kategori penyakit epilepsi yang kedua adalah epilepsi umum. Hal ini terjadi ketika gangguan sistem saraf terjadi pada seluruh bagian otak. Karena terjadi pada seluruh bagian otak, gejala pada epilepsi umum biasanya lebih hebat dibanding epilepsi parsial.
Penyebab Epilepsi pada Anak
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa penyebab epilepsi adalah adanya gangguan aktivitas listrik pada otak. Meski begitu, penyebab pasti masalah ini dapat terjadi masih belum diketahui.
Photo by Vitolda Klein on Unsplash
Namun diduga ada beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya epilepsi. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menjadi sebab epilepsi.
1. Keturunan
Keturunan atau genetik sering dianggap menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit epilepsi pada anak. Epilepsi yang disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan ini juga sering disebut sebagai epilepsi idiopatik.
Oleh karena itu, seorang anak yang terlahir dari orang tua dengan riwayat epilepsi memiliki kemungkinan lebih besar juga akan mengidapnya. Hal ini harus menjadi perhatian bagi Anda selaku orang tua agar lebih waspada jika sebelumnya memiliki riwayat epilepsi.
2. Luka di Kepala
Sebagai penyakit yang terjadi pada bagian otak, wajar jika luka di kepala bisa menjadi penyebabnya. Kecelakaan seperti terjatuh, tertabrak kendaraan atau cedera traumatik lainnya memungkinkan anak terkena epilepsi.
3. Penyakit yang Mempengaruhi Otak
Selain luka pada bagian luar kepala, penyakit yang memiliki hubungan dengan otak juga kemungkinan dapat menjadi penyebab penyakit epilepsi ini terjadi. Beberapa penyakit seperti stroke dan tumor otak sering membuat seorang pasien terjangkit epilepsi.
4. Penyakit Menular
Beberapa penyakit menular seperti HIV/AIDS, ensefalitis virus dan meningitis juga sering dikaitkan dengan epilepsi. Oleh karena itu, Anda harus menjaga anak agar tidak tertular penyakit-penyakit tersebut.
5. Cedera Pra Persalinan
Perlu dipahami bahwa bayi di dalam kandungan sangat sensitif terhadap kerusakan otak. Sebab organ otak bayi di dalam kandungan masih dalam proses pembentukan dan masih belum sempurna.
Sehingga jika terjadi cedera atau masalah pada ibu selama masa kehamilan dapat berpotensi epilepsi pada anak. Hal-hal saat masa kehamilan yang bisa memicu epilepsi pada anak seperti kurangnya nutrisi, infeksi pada ibu serta kekurangan oksigen.
6. Gangguan Perkembangan
Epilepsi juga sering dikaitkan dengan kondisi gangguan perkembangan seperti neurofibromatosis dan autisme. Sebab gangguan perkembangan biasanya juga terjadi pada bagian otak yang merupakan tempat masalah pada epilepsi.
Beberapa Gejala Epilepsi pada Anak
Gejala epilepsi biasanya terjadi secara singkat dan spontan. Apalagi jika penderita epilepsi masih kecil, terkadang orang tua tidak sadar bahwa anak mengidap epilepsi.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami beberapa gejala penyakit epilepsi pada anak. Berikut adalah beberapa gejala yang biasa terjadi pada penderita epilepsi baik pada bayi, anak ataupun orang dewasa.
1. Kejang
Kejang merupakan gejala paling umum dari epilepsi. Karena itulah banyak orang yang beranggapan bahwa setiap orang yang mengalami kejang pasti mengidap epilepsi. Padahal anggapan tersebut adalah keliru.
Kejang pada penderita epilepsi berbeda dengan kejang biasa. Pada penderita epilepsi, kejang terjadi secara berulang dan tiba-tiba. Sementara kejang biasa hanya terjadi sekali saja.
Selain itu, kejang pada penderita epilepsi stop adhd meds com berbeda tergantung pada seberapa besar area otak yang mengalami gangguan aktivitas listrik. Semakin besar area otak yang bermasalah, maka bagian tubuh yang mengalami kejang juga semakin besar.
2. Hilang Kesadaran dengan Tatapan Kosong
Ketika penderita epilepsi mengalami kejang, mereka akan kehilangan kendali akan tubuhnya. Umumnya seorang penderita epilepsi akan terjatuh ketika gejala epilepsi kambuh.
Sehingga sering ditemukan penderita epilepsi yang memiliki tatapan kosong saat kejang terjadi. Mereka seperti sedang melamun dan tidak akan merespons ketika dipanggil.
Bahkan beberapa penderita epilepsi akan pingsan setelah satu atau dua menit mengalami kejang.
3. Mengompol
Kejang yang terjadi pada penderita epilepsi biasanya juga akan menyebabkan kontraksi berlebih pada kantung kemih. Sehingga tidak jarang penderita epilepsi akan mengompol saat gejalanya kambuh.
Komplikasi Penyakit Epilepsi yang Sering Terjadi
Sebagai penyakit yang bisa menghilangkan kesadaran, ada beberapa komplikasi epilepsi yang perlu diwaspadai orang tua. Berikut adalah beberapa komplikasi yang biasanya terjadi pada penderita epilepsi.
Photo by Annie Spratt on Unsplash
1. Terjatuh
Seperti kami sampaikan sebelumnya bahwa ketika gejala epilepsi kambuh, penderita biasanya akan terjatuh. Tentunya hal ini sangat berbahaya jika penderita epilepsi sedang berada di tempat yang tidak tepat.
Contohnya jika gejala epilepsi kambuh saat penderita berada di tangga. Maka, potensi penderita mengalami kecelakaan akibat terjatuh dari tangga sangatlah tinggi.
2. Tenggelam
Epilepsi yang terjadi di dekat kolam ataupun danau sangat berbahaya. Sebab penderita tidak mampu mengontrol dirinya sehingga berpotensi masuk ke dalam air dan tenggelam.
Apalagi penderita saat itu tidak bisa menggerakan diri sesuai kehendaknya. Sehingga tidak mungkin penderita dapat berenang untuk menyelamatkan diri ketika tenggelam.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi orang tua untuk memantau anak ketika berada di dekat kolam ataupun danau. Apalagi jika mengetahui bahwa sang buah hati mengidap epilepsi.
3. Kecelakaan
Penderita epilepsi memiliki potensi besar untuk mengalami kecelakaan. Apalagi jika penderita sedang berkendara sendiri lalu epilepsi kambuh.
Hal ini membuat penderita tidak bisa mengontrol kendaraan yang sedang dikendarainya. Sehingga kecelakaan kendaraan tidak akan bisa terhindar jika hal ini terjadi.
4. Status Epileptikus
Status epileptikus merupakan kondisi kejang secara berulang dan hilangnya kesadaran penderita di antara waktu kejang. Disebutkan bahwa kondisi status epileptikus ini bisa menyebabkan terjadikan kerusakan otak secara permanen hingga kematian.
5. Kematian Mendadak
Seorang penderita penyakit epilepsi dengan kejang total disebut memiliki risiko mengalami kematian secara mendadak. Penyebab kematian mendadak ini memang belum diketahui secara pasti. Namun disebutkan bahwa kejang sangat mungkin mengganggu kinerja jantung.
Cara Mengobati Epilepsi pada Anak
Harus dipahami bahwa epilepsi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Artinya seseorang yang mengidap epilepsi bisa mengalami risiko epilepsi hingga akhir hidupnya.
Meski begitu, bukan berarti tidak ada cara mengobati epilepsi. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memberikan pengobatan dan pencegahan epilepsi kambuh.
1. Konsumsi Obat
Terdapat beberapa obat yang dikembangkan untuk memberikan penanganan pada penderita epilepsi. Anda bisa menemukan lebih dari 20 obat epilepsi di pasaran. Contohnya seperti gabapentin, lamotrigine dan carbamazepine.
Efek samping dari obat-obat ini cenderung kecil. Meski begitu, sebaiknya Anda konsultasikan dahulu kepada dokter sebelum memutuskan obat yang akan diberi kepada penderita epilepsi.
2. Operasi
Proses operasi dapat dilakukan untuk meringankan epilepsi khususnya pada penyakit epilepsi parsial. Operasi dilakukan dengan membedah otak dan menghilangkan bagian otak yang mengalami masalah.
Namun operasi ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Sebab proses pembedahan pada otak akan sangat mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, para ahli bedah akan menghindari operasi otak pada bagian-bagian vital yang berfungsi menunjang penglihatan, pendengaran, kemampuan berbahasa dan sebagainya.
3. Terapi
Terdapat beberapa jenis terapi yang dikembangkan sebagai cara menyembuhkan epilepsi. Jenis terapi tersebut adalah simulasi saraf vagus, simulasi otak dan terapi responsive neurostimulation.
Simulasi saraf vagus dilakukan dengan menggunakan alat pacu jantung yang dimasukkan ke dalam dada. Setelahnya sinyal listrik akan dikirimkan melalui saraf vagus ke otak.
Terapi responsive neurostimulation dilakukan dengan menganalisis aktivitas otak dan memberikan stimulasi pada area otak tertentu. FDA sudah menyetujui terapi ini pada tahun 2013.
Terapi simulasi otak mendapatkan persetujuan dari FDA sebagai pengobatan penyakit epilepsi pada tahun 2018. Simulasi dilakukan dengan memberi kejutan konstan ke elektroda yang sebelumnya ditanam pada bagian otak.
Kenali Gejalanya, Temukan Solusinya
Epilepsi merupakan penyakit yang umum terjadi dan bisa menyerang siapa saja. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak dapat mengidap penyakit ini.
Secara umum, penyakit epilepsi disebabkan oleh gangguan aktivitas listrik di dalam otak. Hal ini dapat terjadi karena faktor keturunan ataupun masalah-masalah pada bagian otak.
Biasanya penyakit epilepsi ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang dan hilangnya kesadaran pada penderita.
Penyakit epilepsi dapat berbahaya jika terjadi di tempat dan waktu yang tidak tepat. Oleh sebab itu, orang tua dari anak pengidap epilepsi harus selalu waspada dan memperhatikan anak dengan seksama.
Penyakit Epilepsi ini tergolong sebagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, bukan berarti tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi potensi terjadi epilepsi pada anak.
Anda bisa memilih memberikan obat, melakukan operasi ataupun terapi sebagai cara menyembuhkan epilepsi. Dengan melakukan satu dari ketiga cara tersebut, maka potensi penyakit epilepsi kambuh akan semakin kecil.
Baca Juga : 7 Cara Mengatasi Stunting yang Diderita pada Anak
1. Apa itu penyakit Epilepsi?
Epilepsi adalah gangguan yang terjadi di sistem saraf pusat otak. Gangguan ini terjadi akibat adanya pola aktivitas listrik di otak secara berlebih. Epilepsi terdapat dua jenis yaitu epilepsi parsial dan epilepsi umum. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak hingga orang tua baik itu pria ataupun wanita.
2. Apa saja gejala yang terjadi pada anak yang menderita penyakit epilepsi?
Gejala epilepsi biasanya terjadi secara singkat dan spontan. Apalagi jika penderita epilepsi masih kecil, terkadang orang tua tidak sadar bahwa anak mengidap epilepsi. Gejala yang biasa terjadi biasanya seperti mengalami kejang, hilang kesadaran dengan tatapan kosong dan mengompol.
3. Bagaimana cara pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit epilepsi pada anak?
Harus dipahami bahwa epilepsi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Artinya seseorang yang mengidap epilepsi bisa mengalami risiko epilepsi hingga akhir hidupnya. Namun penyakit ini tetap dapat dicegah agar tidak kambuh dengan cara mengonsumsi obat, melakukan operasi dan juga melakukan terapi simulasi otak.