Selain makan dan minum, salah satu ciri-ciri makhluk hidup termasuk hewan adalah berkembang biak atau bereproduksi untuk melestarikan jenisnya. Perkembangbiakan hewan terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara generatif dan vegetatif. Anda ingin tahu lebih dalam mengenai hal ini? Simak ulasannya sampai tuntas. makanan
Sekilas Tentang Perkembangbiakan Hewan
Yang dimaksud dengan perkembangbiakan hewan secara generatif adalah terjadi melalui proses kawin. Ini artinya terjadi pertemuan antara sel sperma dari satwa jantan dengan sel telur betinanya.
Reproduksi secara generatif dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ovipar, vivipar, dan ovovivipar. Ovipar adalah perkembangbiakan satwa dengan cara bertelur misalnya pada unggas, sebagian besar ikan, dan serangga.
Vivipar merupakan reproduksi hewan dengan cara melahirkan yaitu pada mamalia. Ciri-ciri umum hewan yang berkembangbiak secara vivipar adalah memiliki kelenjar susu dan daun telinga.
Ovovivipar adalah gabungan dari kedua jenis perkembangbiakan tersebut. Janin bayi tumbuh dalam telur dan tersimpan pada tubuh induknya. Jika telah mencapai usia yang semestinya janin kemudian dikeluarkan dari tubuh induk sehingga tampak seperti dilahirkan.
Satwa yang bereproduksi secara ovovivipar adalah beberapa jenis ular, ikan hiu, kuda laut, dan lain-lain.
Sementara perkembangbiakan hewan secara vegetatif disebut juga reproduksi aseksual atau tanpa proses pertemuan sel sperma dengan sel telur. Cara reproduksi hewan secara vegetatif juga terbagi menjadi tiga macam, yaitu melalui pertunasan, fragmentasi, dan membelah diri.
Reproduksi Vegetatif Pada Hewan
Reproduksi secara vegetatif hanya terjadi pada satwa tingkat rendah yang berarti struktur tubuhnya tidak sempurna. Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai tulang belakang dan dibandingkan hewan bertulang belakang, susunan anatomi tubuhnya lebih sederhana. Inilah 3 cara reproduksi vegetatif pada hewan:
1. Pertunasan
Tidak hanya tumbuhan, beberapa jenis hewan ternyata juga dapat bereproduksi dengan tunas. Saat akan berkembangbiak tunas pada tubuh hewan akan dilepaskan dan selanjutnya menjadi individu baru.
Susunan gen organisme baru ini akan sama dengan induknya atau dapat dibilang adalah hasil kloning induknya. Hewan-hewan yang bereproduksi dengan pertunasan contohnya adalah coelenterata, porifera, dan hydra.
-
Coelenterata
Hewan ini diberi nama sesuai bentuknya yaitu coelom yang artinya berongga, serta enteron yang bermakna perut. Jadi Coelenterata adalah satwa perut berongga yang merupakan rongga gastrovaskuler.
Hewan ini berkembangbiak dengan membentuk kuncup atau tunas yang menempel pada hewan induk. Tunas tersebut lambat-laun tumbuh semakin besar dan menjadi organisme baru.
-
Porifera
Habitat satwa ini adalah di dasar laut pada kedalaman hingga 8 ribu meter serta tidak dapat berpindah tempat. Tubuh porifera bertekstur seperti spons yang dapat ditembus air melalui pori-pori atau lubang-lubang kecil pada tubuhnya. Tubuh hewan ini tidak simetris serta tanpa dilengkapi jaringan tubuh atau organ.
Kotoran dari tubuh porifera akan dibuang bersamaan dengan air yang memasuki tubuhnya melalui bagian atas tubuh hewan ini atau disebut oskulum. Porifera bereproduksi dengan menumbuhkan beberapa tunas dari pangkal “kakinya” hingga membentuk koloni jika tunas-tunas tersebut sudah tumbuh besar.
Porifera juga dapat melepaskan bagian tubuhnya untuk menggandakan diri dengan membentuk organisme yang baru.
-
Hydra
Dalam legenda mitologi Yunani, hydra sering dikisahkan sebagai tumbuhan monster raksasa pemakan manusia. Memenggal kepala hydra tidak akan dapat membunuhnya karena justru akan menumbuhkan kepala-kepala baru yang lebih ganas. Gambaran tersebut tidak salah karena cara perkembangbiakan hewan ini adalah dengan pertunasan.
Meski sering dikisahkan sebagai makhluk raksasa, hydra sejatinya adalah hewan mikroskopis yang berhabitat di air tawar bersuhu hangat. Ukuran tubuhnya hanya sekitar 10 milimeter dan baru bisa dilihat melalui mikroskop.
Bila sudah tiba waktunya bereproduksi, hewan induk akan menumbuhkan tunas kecil pada tubuhnya hingga lama-kelamaan ukurannya semakin besar. Selanjutnya organisme baru tersebut akan melepaskan diri jika sudah bisa menangkap mangsanya sendiri. Ukuran tunas hydra ini biasanya 1/3 hingga 1/5 kali tubuh induknya.
2. Membelah diri
Yang dimaksud reproduksi membelah diri adalah hewan membelah tubuhnya menjadi dua bagian untuk menghasilkan individu yang baru. Proses ini diawali dengan pembelahan inti sel menjadi dua bagian dan selanjutnya pembelahan cairan serta dinding sel.
Reproduksi dengan membelah diri dilakukan oleh hewan bersel satu seperti paramecium, amoeba, dan protozoa.
-
Paramecium
Paramecium tergolong dalam hewan Protista atau bersel tunggal dengan sekaligus dua inti di dalamnya. Makronukleus atau inti besar berfungsi untuk mengontrol aktivitas regenerasi dan metabolisme. Sementara mikronukleus bertugas untuk mengontrol aktivitas reproduksi.
Mikroorganisme ini berkembangbiak secara aseksual dengan membelah diri secara transversal. Paramecium memiliki silia atau organel sel yang berbentuk rambut-rambut halus untuk membantu pergerakannya. Getaran silia Paramecium akan mengalirkan air keluar masuk mulut sel sehingga Paramecium dapat menangkap mangsanya.
-
Amoeba
Hewan bersel satu ini bergerak dengan kaki semu atau pseudopodia. Amoeba hidup dengan menumpang pada inangnya atau organisme lain. Kecepatan berkembangbiak Amoeba terbilang cepat sehingga dapat bertahan pada inang yang jenisnya bervariasi.
-
Protozoa
Mikroorganisme ini bukanlah termasuk dalam jenis jamur atau alga dan telah disepakati sebagai hewan. Nama protozoa sendiri berasal dari kata protos yang bermakna pertama, serta zoon yang artinya hewan. Ini karena protozoa tidak mempunyai dinding sel serta mampu bergerak aktif, jadi tidak sama dengan golongan jamur.
Selain itu Protozoa juga tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis selayaknya alga atau tumbuhan lainnya. Protozoa dapat bereproduksi dengan cepat dengan melakukan pembelahan inti sel untuk membentuk individu baru.
3. Fragmentasi
Yang dimaksud fragmentasi adalah metode reproduksi dengan memotong bagian tubuh hewan hingga putus untuk membentuk organisme yang baru. Fragmentasi dilakukan oleh hewan parasit cacing pipih dan cacing pita.
-
Cacing pipih
Jenis cacing ini bertempat tinggal di perairan sungai, danau, sampai lautan atau menjadi parasite dengan berinang pada makhluk hidup yang lain. Cacing pilih sangat peka terhadap cahaya sehingga digolongkan dalam kelompok satwa Platyhelminthes.
Hewan ini adalah hermaprodit atau berkelamin ganda dan dapat bereproduksi baik secara aseksual maupun seksual.
Artinya perkembangbiakan hewan secara vegetatif dan generative untuk hewan ini sama-sama memungkinkan. Saat bereproduksi secara generatif, cacing pipih berkembang biak dengan melakukan kawin silang. Selain itu hewan ini juga dapat melepaskan potongan tubuhnya untuk menjadi individu yang baru (fragmentasi).
-
Cacing pita
Hewan parasite ini hidup dengan menghisap sari-sari makanan pada tubuh inangnya baik manusia ataupun hewan lain. Bagi manusia hewan ini sangat membahayakan kesehatan tidak hanya karena merampas sari-sari makanan, tetapi juga dapat memicu infeksi pada organ-organ penting.
Cacing pita bereproduksi dengan melakukan fragmentasi menjadi bagian-bagian tubuh yang berbeda-beda. Dari potongan-potongan tubuhnya tersebut mikroorganisme yang baru selanjutnya akan menumbuhkan bagian-bagian yang kurang lengkap dari fragmentasi induk.
Teknologi Reproduksi Hewan
Kemajuan teknologi yang kian pesat memungkinkan para ahli meningkatkan reproduksi hewan terutama yang memberi manfaat dalam kehidupan manusia. Secara umum yang dimaksud teknologi perkembangbiakan pada hewan adalah metode untuk meningkatkan jumlah suatu individu.
Hal ini dilakukan dengan memperbanyak keturunan menggunakan perangkat atau proses-proses ilmiah tertentu. Ada dua cara untuk mempercepat regenerasi pada hewan, yaitu dengan metode kloning dan inseminasi buatan.
Kloning
Yang dimaksud kloning adalah “membuat” individu baru dari indukan yang dianggap berkualitas unggul. Hal ini dilakukan dengan mengambil informasi genetic dari suatu makhluk hidup untuk mendapatkan keturunan dengan kode genetic yang identic.
Harapannya adalah individu baru ini mempunyai keunggulan sama persis dengan induknya.
Teknologi ini sudah pernah diujicobakan dan meraih kesuksesan besar di tahun 1997. Teknologi kloning ini diterapkan pada seekor domba dan hasilnya adalah kelahiran domba yang dinamakan Dolly dari indukan tunggal tersebut.
Selain domba, di tahun 2015 ada seekor kucing yang juga dilahirkan dari hasil kloning. Proses tersebut dilakukan oleh perusahaan bioteknologi Sinogene yang memang menyediakan jasa mengkloning hewan peliharaan yang sudah mati.
Klien pengguna jasa tersebut adalah seorang pria bernama Huang yang sangat sedih karena kucing kesayangannya mati. Sinogene sukses membuat kembaran kucing peliharaan Huang yang kemudian diberi nama Garlic.
Karena memiliki informasi genetic yang sama Garlic sangat persis dari segi tampilan, karakter, dan tingkah laku kucing kesayangan Huang.
Tidak hanya kucing, permintaan kloning untuk anjing kesayangan yang sudah meninggal juga cukup sering diminta. Tentu saja biaya yang dibutuhkan untuk jasa tersebut tidak murah, yaitu sekitar US $53.000 atau jika dirupiahkan mencapai Rp 740 juta.
Salah satu keunggulan kloning adalah dapat “menghidupkan” kembali hewan-hewan yang sudah punah, atau memperbanyak hewan yang berada di ambang kepunahan. Meski dapat menjadi solusi untuk masalah-masalah tersebut, teknologi kloning masih menjadi topic bahasan yang kontroversial.
Salah satu alasannya adalah ancaman kerusakan ekosistem akibat kekacauan rantai makanan. Inilah sebabnya teknologi kloning perlu dilakukan dengan bijak tanpa melupakan etika dan batasan manusia.
Inseminasi buatan
Teknologi reproduksi hewan yang sudah cukup dikenal adalah kawin suntik atau inseminasi buatan. Kawin suntik dilakukan dengan menginjeksikan sperma ke dalam serviks atau rahim hewan dengan alat inseminasi khusus. Artinya proses pertemuan sperma dan sel telur tidak perlu dilakukan lewat proses kawin alami.
Tujuan inseminasi buatan adalah untuk mendapatkan kehamilan dalam waktu lebih cepat. Sperma yang disuntikkan ke dalam rahim betina adalah sperma berkualitas unggul yang ditampung pada suatu wadah. Tujuannya adalah agar hasil anakan hewan nanti juga membawa sifat unggul tersebut.
Sperma tersebut kemudian disuntikkan ke dalam tubuh hewan betina pada masa suburnya agar kehamilan terjadi lebih cepat. Metode kawin suntik cocok dilakukan pada hewan ternak seperti sapi, domba, atau kerbau.
- Manfaat inseminasi buatan adalah:
- Dapat meningkatkan kualitas genetic dari hewan ternak.
- Dapat memotong biaya untuk proses perkembangbiakan. Ini karena hewan pejantan tidak perlu dibawa dengan transportasi khusus ke lokasi yang berbeda.
- Bibit sperma dari pejantan yang unggul dapat digunakan untuk membuahi hewan betina di berbagai peternakan. Dengan begitu manfaat inseminasi buatan dapat dirasakan dengan semakin luas serta dalam jangka waktu yang panjang.
- Metode kawin suntik juga efektif untuk mencegah inbreeding atau perkawinan sedarah pada hewan ternak.
- Karena tidak perlu melalui proses kawin, hewan ternak akan terhindar dari resiko penularan penyakit. Selain itu resiko ternak untuk mengalami kecelakaan yang berkaitan dengan tingkah laku di musim kawin juga dapat dicegah.
Demikianlah ulasan tentang perkembangbiakan hewan secara aseksual yang dapat menambah wawasan Anda. Semoga bermanfaat!
Baca Juga : Proses Metamorfosis Pada Kupu – Kupu
perkembangbiakan hewan secara vegetatif disebut juga reproduksi aseksual atau tanpa proses pertemuan sel sperma dengan sel telur.
cara reproduksi hewan secara vegetatif yaitu melalui pertunasan, fragmentasi, dan membelah diri.
Tujuan inseminasi buatan adalah untuk mendapatkan kehamilan dalam waktu lebih cepat. Sperma yang disuntikkan ke dalam rahim betina adalah sperma berkualitas unggul yang ditampung pada suatu wadah. Tujuannya adalah agar hasil anakan hewan nanti juga membawa sifat unggul tersebut.
Apa yang dimaksud dengan perkembangbiakan hewan secara vegetatif?
Sebutkan cara reproduksi hewan secara vegetatif?
Jelaskan tujuan dari inseminasi buatan?