Apakah Anda tahu? Ternyata playing victim punya dampak buruk bagi kesehatan mental anak, lho. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda mulai memperhatikan keseharian anak. Bila perlu, Anda harus mengetahui berbagai cara mengatasi victim mentality andai anak sedang mengalaminya.
Pertanyaannya, apa sih yang disebut sebagai victim mentality itu? Kenapa hal ini bisa sangat berpengaruh buruk pada mental anak?
Di artikel ini akan membahas seluk beluk tentang victim mentality: pengertian, ciri, dan cara mengatasinya.
Apa Itu Victim Mentality?
Kecenderungan mental korban atau lengkapnya bernama victim mentality syndrome adalah sebuah kondisi ketika anak merasa seolah-olah dirinya selalu merasa sebagai korban.
Tanpa Anda sadari, anak yang memiliki kondisi pemikiran victim mentality sangat tidak ideal dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Seperti yang Anda ketahui, konflik sebenarnya tidak hanya akan terjadi pada orang dewasa saja. Meskipun terkesan sederhana dan sepele, nyatanya anak-anak juga bisa memiliki konflik.
Tentu saja, berbagai konflik yang sifatnya sederhana tersebut bisa segera selesai dan mereda. Namun, kondisi ini akan berbeda apabila anak berpotensi memiliki pola pikir korban secara terus menerus.
Oleh sebab itu, Anda sebaiknya jangan mengabaikan setiap gerak-gerik anak ketika terjadi sebuah konflik. Bukan tanpa sebab, kondisi pemikiran yang kurang baik ini bisa membuat anak kesulitan dalam hubungan sosialisasi, termasuk dalam ikatan pertemanan.
Tidak jarang, victim mindset ini bisa terbawa sampai dewasa apabila Anda terus mengabaikannya.
Lantas, bagaimana cara mendeteksi atau mengetahui jika anak memiliki victim mentality? Berikut ini ciri-ciri anak mengalami victim mentality.
Ciri-ciri Anak Memiliki Victim Mentality
Terdapat beberapa hal yang bisa Anda jadikan sebagai patokan sederhana untuk mengetahui apakah anak berpotensi memiliki mental victim. Berikut beberapa cirinya:
1. Anak Berlarut-larut pada Hal Negatif
Meskipun sedang mengalami berbagai hal yang mengarah ke suatu yang positif, nyatanya anak yang memiliki victim mentality cenderung mengarahkan pikiran tersebut ke arah negatif.
Sebagai salah satu contohnya apabila anak mengalami sebuah hal negatif dan 9 hal positif. Maka, anak yang memiliki potensi pemikiran victim mentality hanya akan terfokus pada satu hal negatif tersebut dan cenderung mengabaikan 9 hal lainnya yang bersifat positif.
Selain itu, misalnya saja saat anak sedang mengalami hal baik, maka ia justru akan memikirkan sisi negatifnya. Bahkan, ia akan menganggap jika hal positif tersebut tidak akan terulang kembali padanya.
Padahal, terlalu fokus pada hal-hal buruk justru membuat perasaan anak semakin buruk dan tidak menentu. Parahnya, pola pikir victim mentality bahkan juga berdampak pada kepercayaan diri dan rasa semangat yang anjlok.
2. Anak Mudah Memiliki Perasaan Tidak Berdaya
Anak mudah kehilangan semangat dan cenderung merasa usahanya merupakan sebuah tindakan sia-sia? Anda patut waspada! Pasalnya, perasaan yang tidak semangat pada diri anak akan membuat daya juangnya menurun.
Dalam hal ini, anak yang memiliki ciri victim mentality cenderung mudah berserah diri saat mengalami kesulitan. Bila hal ini terus berlanjut, anak akan terbiasa dan ia akan sulit memperbaiki sebuah masalah suatu saat nanti.
Selain enggan berusaha dan cenderung menerima nasib, anak dengan mental korban juga cenderung enggan untuk meminta bantuan kepada orang lain. Tentu saja ini menjadi ancaman berbahaya untuk masa depan sang anak.
Misalnya, saat mendapatkan soal yang menurutnya sulit dari guru. Ia hanya akan diam saja meskipun tidak bisa menjawab. Selain itu ia juga enggan untuk mencari tahu dengan bantuan orang lain, alias terima nasib bahwa ia tidak akan mengerjakannya.
3. Anak Sering Menjadikan Orang Lain sebagai Pihak Tertuduh
Ciri-ciri berikutnya yang tampak pada anak yang memiliki mental victim adalah saat ia suka menyalahkan orang lain. Tidak jarang, ia justru akan menuduh orang lain terhadap kesalahan yang justru anak itu sendiri lakukan.
Dalam kondisi yang berat, anak dengan mental victim justru sengaja meyakinkan bahwa ia menjadi korban dengan membuat orang lain melakukan hal negatif padanya.
Kondisi ini bisa lebih parah jika anak cenderung memiliki karakter tidak berdaya. Saat menemukan sebuah kesulitan, anak dengan victim mentality justru akan menyalahkan orang lain lengkap dengan alasan bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk membela diri.
4. Mudah Berprasangka Buruk tentang Masa Depan yang Masih Abu-Abu
Kurangnya semangat dan rasa rasa percaya diri pada anak victim mentality, membuat ia sering berpikir negatif tentang hal yang justru belum terjadi. Misalnya, anak yang kurang percaya diri dan pasrah dan ujian atau kompetisi, ia akan menganggap bahwa ia pasti tidak akan pernah berhasil.
Misalnya lagi saat akan melakukan sebuah kegiatan yang menyenangkan, maka anak dengan mental victim cenderung kurang menikmatinya. Ia akan cenderung sibuk memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Anak dengan mental victim seperti ini jelas sangat membahayakan. Situasi di mana ia hanya sibuk memprediksi hal-hal buruk yang belum pasti terjadi akan sangat melelahkan. Tidak jarang, anak dengan mental victim justru tidak bisa menikmati masa muda.
Pada tahap yang lebih parah, pikiran buruk tentang hal-hal yang belum pasti terjadi akan membuatnya mengalami stress dan kelelahan secara mental.
5. Muncul Rasa Mengasihani Diri Sendiri
Ciri selanjutnya bila anak memiliki victim mentality adalah dengan sering menyalahkan diri sendiri. Salah satu contohnya dengan sering mengatakan ‘’Tidak akan ada yang menyukaiku’’ atau justru “Aku tidak akan bisa melakukan hal yang menyenangkan’’.
Terlebih lagi, anak dengan ciri ini biasanya akan merasa bahwa dirinya adalah objek yang paling menderita. Meskipun ia belum atau tidak sama sekali melakukan usaha untuk memperbaiki dirinya.
Dalam beberapa kasus, anak dengan mental victim yang ditunjukkan melalui ciri yang satu ini cenderung melakukannya untuk mendapatkan simpati dari orang lain. Apabila kondisinya semakin parah, anak dengan victim mentality akan terbiasa melakukan ini dan pada akhirnya ia tidak akan pernah berusaha.
6. Anak Cenderung Suka Melebih-lebihkan Kondisi dan Keadaan
Anda pasti pernah mendengar istilah ‘’hiperbola’’ bukan? Nah, ciri selanjutnya yang akan menunjukkan bahwa anak memiliki potensi kondisi victim mentality yaitu perilaku senang melebih-lebihkan situasi.
Salah satu contoh yang sering terjadi adalah saat adanya konflik dengan teman seumurannya. Meskipun teman-temannya hanya sekali atau bahkan tidak sengaja menyakitinya, anak dengan victim mentality akan melebih-lebihkan jika temannya tersebut sering menyakitinya.
Dalam ciri yang satu ini, anak dengan victim mentality syndrome cenderung memiliki persepsi sendiri. Ia akan merasa bahwa argumennya paling berbobot dan benar saat temannya atau saksi di sekitarnya melihat atau menceritakan kejadian sebenarnya.
7. Anak Bisa Kehilangan Kendali
Pada tahap yang sangat parah, anak yang memiliki victim mentality memiliki ciri akan menggunakan pertahanan diri sebagai bentuk luapan kemarahannya. Maksudnya, ia cenderung akan menyalahkan orang lain atas kemarahannya.
Misalnya anak akan marah dan menyalahkan teman sebangkunya saat di sekolah. Padahal, temannya hanya melakukan hal kecil atau bahkan justru tidak melakukan apa pun pada anak dengan victim mentality tersebut.
Bagaimana Cara Mengatasi Anak dengan Kecenderungan Victim Mentality?
Victim mentality pada beberapa anak bisa terjadi karena beberapa hal. Misalnya karena dampak kekerasan seksual pada anak, trauma bullying, pernah dikhianati, dan berbagai faktor lainnya.
Meski begitu, ada sebagian lainnya yang muncul tanpa trauma masa lalu dan cenderung muncul begitu saja karena belum terbiasa menghadapi konflik di dunia yang sesungguhnya.
Jika anak punya potensi mental victim tanpa sebab, Anda harus memberikan pemahaman apabila tidak semua permasalahan berasal orang lain.
Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meredakan sifat victim mentality pada anak:
1. Duduk Berdua dan Diskusikan dengan Tenang
Memberitahu anak bahwa yang ia lakukan merupakan hal yang kurang tepat sambil marah-marah cenderung tidak efektif dan justru semakin memperburuk keadaan. Oleh sebab itu, Anda sebaiknya bisa mengatur kondisi yang tepat bagi Anda dan si buah hati untuk berdiskusi secara nyaman.
Misalnya saat Anda mendiskusikan perilaku anak saat dengan sewenang-wenang melalaikan tugasnya dan melebih-lebihkan keadaan lain karena tugasnya belum juga selesai. Anda bisa memberitahunya dengan tenang bahwa tindakan anak tersebut kurang tepat.
Saat berada di rumah, Anda bisa memberi pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai anak dan sebagai siswa. Anda juga bisa mengajarinya untuk membuat jadwal harian agar anak bisa mengerjakannya tepat waktu dan tidak terus-menerus menyalahkan keadaan.
2. Ajarkan Tentang Ibadah yang Benar, Terutama tentang Rasa Syukur
Seperti yang Anda ketahui, anak dengan victim mentality cenderung sering menyalahkan diri sendiri atau bahkan orang dan lingkungan sekitarnya. Bila ini terjadi, Anda bisa memberi pemahaman seputar ajaran untuk menanamkan rasa syukur dalam dirinya.
Rasa syukur yang Anda tanamkan pada anak akan merubah pola pikirnya tentang hal-hal yang ia alami, baik itu berupa hal positif maupun hal negatif. Perlahan, pola pikir victim mentality dalam diri anak akan mereda dan menghilang.
3. Ajari Anak untuk Atasi Perasaan Kurang Nyaman dengan Usahanya Sendiri
Karena anak masih memiliki pemahaman yang minim tentang perasaan negatif seperti sedih, kecewa, putus asa, dan sejenisnya, anak akan mengekspresikannya dengan salah.
Oleh sebab itu, Anda bisa memberikan pemahaman kepada anak bahwa emosi-emosi negatif tersebut adalah hal yang wajar sebagai manusia. Tentu saja Anda juga harus menjelaskan bahwa mereka bisa menyikapi emosi-emosi tersebut hanya dengan kewajaran dan tidak perlu menyalahkan orang lain.
4. Ajarkan Realita dengan Mengajarkan untuk Membantu Sesama
Sama seperti sebelumnya, anak umumnya belum terbiasa dengan konflik yang terjadi meskipun sifatnya sederhana. Mereka malah justru menganggap dan menyikapi konflik tersebut layaknya sebuah bencana.
Oleh sebab itu, Anda sebagai orang tua bisa membantu meredakan dan memberi pemahaman tentang konflik. Anda bahkan bisa memberi pemahaman tentang realita dengan mengajarkan anak untuk membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Jika umurnya sudah mencukupi, Anda bisa memulainya dengan mengajaknya untuk terlibat dalam kegiatan layanan masyarakat. Dengan begitu, ia bisa memahami situasi dan siapa tahu anak akan memiliki ide pemecahan masalah.
5. Tanamkan Pola Pikir Problem Solving
Pola pikir problem solving atau penyelesaian masalah akan sangat berguna. Apalagi dalam kehidupan pasti akan sering menghadapi permasalahan sesepele apa pun itu.
Anda bisa mengajarkan anak untuk memiliki pola pikir penyelesaian masalah. Misalnya, saat ia kesulitan memahami penjelasan materi oleh guru di sekolah, maka ia harus menanyakan letak di mana ia kesulitan dalam memahaminya.
Begitu pun saat ia mendapat nilai kurang baik dalam ujian. Jangan terus menerus menyalahkannya karena justru ini bisa menjadi pemicu anak punya victim mentality.
Ajarkan kepada mereka untuk memikirkan solusinya. Untuk berhasil di ujian selanjutnya, maka anak harus berusaha lebih giat belajar.
Penutup
Victim mentality merupakan salah satu kondisi pikiran yang berbahaya bila tidak segera ditangani. Oleh sebab itu, di Prestasi Global akan melakukan berbagai tindakan agar anak terhindar dari pola pikir victim mentality.
Itulah tadi beberapa ciri-ciri apakah anak memiliki pola pikir victim mentality dan beberapa cara mengatasi victim mentality pada anak yang bisa Anda lakukan. Apakah informasi ini membantu? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar, ya!
Baca Juga : 12 Cara Melatih Mental Tangguh Anak
Apa itu Victim Mentality ?
Victim Mentality adalah sifat kepribadian yang diperoleh di mana seseorang cenderung untuk mengenali atau menganggap diri mereka sebagai korban dari tindakan negatif orang lain, dan berperilaku seolah-olah hal ini terjadi dalam menghadapi bukti yang bertentangan dari keadaan tersebut.
Bagaimana cara mendeteksi atau mengetahui jika anak memiliki victim mentality?
Ciri utama dari victim mentality adalah anak sering memiliki perasaan dan terbebani oleh hal negatif atau sering disebut negative thinking
Bagaimana Cara Mengatasi Anak dengan Kecenderungan Victim Mentality?
Anak dengan victim mentality cenderung sering menyalahkan diri sendiri atau bahkan orang dan lingkungan sekitarnya. Bila ini terjadi, Anda bisa memberi pemahaman seputar ajaran untuk menanamkan rasa bersyukur