Amarah adalah salah satu emosi manusia yang normal. Namun, ketika amarah tidak dikelola dengan baik, terutama pada anak-anak yang belum sepenuhnya memahami dan mampu mengatasi berbagai perbedaan emosi, maka dapat menimbulkan masalah yang serius. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya manajemen kemarahan pada anak, kapan anak mulai mengenali emosi, dan cara mengajarkan anak untuk mengatasi kemarahannya.
Sejak Kapan Anak Mulai Mengenali Emosi?
Penelitian yang dikutip oleh All Around Parenting menjelaskan bahwa anak-anak mulai mempelajari keterampilan emosional yang diperlukan untuk mengidentifikasi, mengekspresikan, dan mengelola perasaan mereka sejak mereka lahir. Interaksi sosial dengan orangtua, kakek, nenek, dan anggota keluarga lainnya membantu membangun keterampilan emosional anak seiring dengan pertumbuhan mereka.
Pada usia 3 dan 4 tahun, anak-anak mulai menyadari apa yang mereka suka dan tidak suka. Dalam perkembangan kepribadian mereka, mereka menjadi lebih mampu mengekspresikan diri, termasuk melampiaskan amarah.
Meskipun anak-anak pada usia ini belum tentu dapat mengelola emosi dan amarah dengan baik, mereka sudah dapat memahami dan membedakan perasaan baik dan buruk. Pada usia 5 tahun, anak-anak biasanya telah membuat kemajuan besar dalam perkembangan emosi mereka, dan mereka merasa lebih nyaman dalam berbicara tentang perasaan yang mereka alami.
Namun, setiap anak tumbuh dengan kecepatan yang berbeda, dan beberapa mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola amarah mereka.
Mengapa Anger Management Penting pada Anak?
Manajemen kemarahan atau anger management adalah keterampilan penting yang perlu diajarkan kepada anak-anak. Ini membantu anak memahami emosi mereka, terutama marah, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikannya dengan baik. Anger management yang efektif memungkinkan anak untuk mengidentifikasi kemarahannya dan memiliki kendali lebih besar atas tindakan yang mereka ambil sebagai respons terhadap emosi tersebut. Berikut adalah beberapa alasan mengapa manajemen kemarahan sangat penting pada anak:
1. Kesadaran Emosional
Anger management membantu anak untuk menjadi lebih sadar tentang emosi mereka, termasuk apa yang menyebabkan kemarahan. Dengan pemahaman ini, mereka dapat lebih baik dalam menghadapi perasaan marah dan menemukan cara untuk meredakannya.
2. Pengendalian Diri
Keterampilan manajemen kemarahan membantu anak untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Ini mengajarkan mereka bahwa mereka memiliki pilihan tentang bagaimana mereka akan merespons kemarahan, daripada merespons impulsif yang dapat berdampak negatif.
3. Kecerdasan Emosional
Manajemen kemarahan juga berkontribusi pada pengembangan kecerdasan emosional anak. Mereka belajar cara mengelola emosi mereka dengan baik, sehingga meningkatkan kualitas hubungan sosial dan membantu mereka merasa lebih nyaman dalam lingkungan sosial.
4. Kemajuan Pribadi
Anak-anak yang memiliki keterampilan manajemen kemarahan yang baik cenderung mengalami kemajuan pribadi yang lebih besar. Mereka belajar cara mengatasi tantangan dan frustrasi dengan lebih efektif.
5. Hubungan yang Lebih Baik
Manajemen kemarahan membantu anak untuk berkomunikasi secara lebih efektif dalam hubungan mereka. Ini mengurangi konflik dan meningkatkan kualitas hubungan dengan teman, keluarga, dan rekan sebaya.
Cara Mengajarkan Anger Management pada Anak
Sekarang, mari kita bahas beberapa tips yang dapat membantu orangtua mengajarkan manajemen kemarahan pada anak-anak mereka:
1. Ajak Anak Mengenali Emosinya
Salah satu langkah pertama dalam mengajarkan manajemen kemarahan adalah membantu anak mengenali emosinya. Anak-anak seringkali kesulitan dalam mengidentifikasi apa yang membuat mereka marah. Sebagai orangtua, Anda dapat membantu mereka dengan mengajak mereka berbicara tentang emosi yang mereka rasakan. Ajukan pertanyaan seperti, “Apa yang membuatmu merasa marah?” atau “Apa yang dirasakan tubuhmu saat kamu marah?” Dengan bertanya seperti ini, Anda membantu anak untuk lebih memahami perasaannya.
2. Ajak Anak Mengenali Tingkat Emosinya
Selain mengenali emosi, penting juga bagi anak untuk memahami tingkat emosi yang mereka alami. Anda dapat menggunakan visual seperti termometer kemarahan. Gambarlah sebuah termometer besar dengan angka dari 0 hingga 10. Ajarkan anak bahwa 0 berarti tidak ada kemarahan, 5 adalah kemarahan sedang, dan 10 adalah kemarahan yang sangat besar. Dengan cara ini, anak dapat belajar mengidentifikasi tingkat kemarahan mereka dan meresponsnya secara lebih tepat.
3. Berikan Contoh yang Baik dalam Mengelola Amarah
Anak-anak sering meniru perilaku orangtua mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memberikan contoh yang baik dalam mengelola amarah. Jika Anda marah di depan anak, cobalah untuk menunjukkan respons yang tepat. Bicarakan tentang apa yang membuat Anda marah, bagaimana Anda meredakannya, dan apa yang bisa Anda pelajari dari situasi tersebut. Ini membantu anak melihat bahwa amarah bisa diatasi dengan cara yang positif.
4. Tetapkan Aturan Kemarahan
Beberapa keluarga memiliki aturan tidak tertulis tentang perilaku di rumah. Anda dapat menetapkan aturan serupa tentang kemarahan. Misalnya, Anda dapat menjelaskan kepada anak bahwa tindakan seperti memecahkan barang atau berbicara kasar tidak diterima dalam keluarga. Jika anak melanggar aturan tersebut, berikan teguran yang tepat, tetapi selalu lakukan dengan tenang dan sabar.
5. Ajarkan Anak Menyalurkan Emosi dengan Tepat
Salah satu aspek penting dari manajemen kemarahan adalah mengajarkan anak cara menyalurkan emosinya dengan tepat. Ajarkan mereka bahwa diam sejenak saat marah dapat membantu meredakan emosi. Selain itu, berikan alternatif seperti mendengarkan musik, menggambar, atau menulis jurnal. Beritahu anak bahwa Anda selalu siap mendengarkan keluh kesah mereka, sehingga mereka merasa lebih nyaman berbicara tentang perasaan mereka.
6. Ketahui Pemicu Kemarahan
Langkah pertama dalam mengatasi kemarahan pada si buah hati adalah dengan mengidentifikasi pemicu-pemicu kemarahan tersebut. Sebagai orangtua, kita perlu peka terhadap tanda-tanda emosi yang muncul pada anak kita. Apakah kemarahan tersebut disebabkan oleh rasa lapar, kebosanan, atau kelelahan? Misalnya, jika si buah hati merasa lelah dan bosan karena harus duduk lama di kereta dorong saat kita sedang berbelanja, kita bisa mencoba menggendongnya sebentar atau memberinya waktu istirahat sambil memberikan camilan di tempat favoritnya.
7. Tenangkan Si Buah Hati
Saat si buah hati mulai menunjukkan tanda-tanda kemarahan, langkah pertama yang perlu kita ambil adalah menenangkan diri sendiri. Tarik napas dalam-dalam untuk mengatasi perasaan frustrasi atau stres yang mungkin kita rasakan. Setelah itu, kita dapat membantu si buah hati untuk juga tenang dengan mengajarkannya untuk bernapas dalam-dalam. Kita bisa memberi contoh dengan menarik napas perlahan dan dalam, lalu mengajaknya untuk mengikuti kita. Hal ini dapat membantu meredakan ketegangan dan kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh si buah hati.
Selain itu, kita juga bisa mengajarkan si buah hati untuk mengenali dan mengungkapkan emosinya dengan kata-kata. Ketika mereka merasa marah atau frustasi, kita bisa memberi mereka kata-kata untuk menggambarkan perasaan tersebut. Misalnya, kita bisa mengatakan, “Aku marah” atau “Aku bosan, Bunda.” Dengan cara ini, kita membantu mereka untuk mengidentifikasi dan mengomunikasikan perasaan mereka dengan lebih baik.
8. Larangan Menyakiti Diri Sendiri dan Orang Lain
Penting untuk mengajarkan kepada si buah hati bahwa menyakiti diri sendiri atau orang lain bukanlah cara yang baik untuk mengatasi kemarahan. Saat anak belum memiliki kemampuan verbal yang baik untuk mengungkapkan perasaan, mereka mungkin cenderung melampiaskan kemarahan dengan cara fisik, seperti memukul atau menggigit. Sebagai orangtua, kita perlu mengingatkan mereka untuk tidak melukai diri sendiri atau orang lain di sekitar mereka.
Ketika si buah hati mulai menunjukkan tanda-tanda ingin melukai diri sendiri atau orang lain, kita bisa mencoba untuk menghalangi tindakan tersebut dengan lembut. Sambil memeluk mereka dengan penuh kasih sayang, kita bisa mengatakan, “Kamu boleh marah, tapi jangan pernah menyakiti badanmu atau orang lain ya.” Kita juga bisa mencoba mengalihkan perhatian mereka dengan memberikan mainan atau benda lain yang bisa mereka mainkan atau pegang.
9. Hindari Merusak Barang atau Benda
Sama seperti larangan untuk tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain, kita juga perlu mengajarkan kepada si buah hati untuk tidak merusak barang atau benda di sekitar mereka. Terutama ketika mereka sedang berada di tempat umum atau di rumah orang lain, merusak barang atau benda bisa menjadi masalah serius. Kita bisa menjauhkan barang-barang yang mudah dijangkau oleh si buah hati, terutama barang-barang pecah belah. Selain itu, kita juga bisa mengajarkan mereka cara melampiaskan kemarahan dengan cara yang lebih positif, seperti mencabuti rumput liar di taman rumah.
10. Mengajarkan Keterampilan Kesabaran
Orangtua perlu mengajarkan kepada si buah hati bahwa tidak semua keinginan bisa terpenuhi dalam waktu singkat. Pernahkah kita mengalami momen di mana si buah hati menangis di depan toko mainan dan menuntut untuk dibelikan mainan baru? Hal ini adalah momen yang umum terjadi. Sebagai orangtua, kita tidak perlu merasa malu ketika kita membiarkan si buah hati menangis dalam situasi tersebut.
Ketika kita selalu memenuhi setiap keinginan si buah hati, mereka mungkin akan menjadi manja dan berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan apa saja dengan menangis. Oleh karena itu, kita perlu mengajarkan mereka tentang pentingnya kesabaran. Jelaskan kepada mereka bahwa tidak semua keinginan bisa langsung terpenuhi, terutama jika barang yang mereka inginkan terlalu mahal. Kita bisa mengajari mereka untuk menabung dan bekerja keras agar bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan.
11. Memberi Contoh yang Baik
Peran orangtua sangatlah penting dalam membentuk perilaku si buah hati. Mereka cenderung mengamati dan meniru apa yang mereka lihat dan dengar dari orangtua mereka. Oleh karena itu, kita perlu memberi contoh yang baik dalam mengelola emosi kita sendiri. Ketika kita marah, sebaiknya kita pindah ke ruangan lain yang jauh dari pandangan si buah hati atau berbicara dengan tenang dan lembut. Jangan pernah menggunakan kata-kata kasar atau negatif saat berbicara dengan si buah hati, bahkan ketika kita sedang marah.
Selain itu, kita juga perlu mengajak anggota keluarga lainnya, terutama jika kita bekerja dan si buah hati lebih banyak bersama kakek-nenek atau pengasuh, untuk memberikan contoh yang baik. Semua orang dalam keluarga perlu bekerja sama dalam membentuk lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan emosi si buah hati.
Manajemen kemarahan merupakan keterampilan penting yang dapat membantu anak menghadapi emosi mereka dengan lebih baik. Dengan bimbingan dan dukungan orangtua, anak-anak dapat belajar cara mengenali, mengatasi, dan mengelola kemarahan mereka dengan cara yang positif. Hal ini akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih sadar emosi, pengendalian diri, dan mampu menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Sebagai orangtua, kita memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak kita mengembangkan keterampilan ini.