Sebagai seorang muslim, tentu menginginkan anak memiliki aqidah yang kuat. Bukan hanya sekedar mengetahui ilmunya, tetapi juga mampu menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Aqidah merupakan pondasi agama yang bermanfaat bagi diri sendiri juga orang lain.
Bukan rahasia jika anak-anak merupakan fase penting kehidupan. Pada masa ini, manusia dapat belajar banyak hal. Tanpa takut salah, dengan penuh rasa penasaran. Sains pun menunjukkan alasan mengapa anak belajar lebih cepat dari pada orang dewasa.
Di antaranya karena korteks prefrontal pada otak anak masih berkembang dengan plastisitas otak lebih banyak. Hal ini memungkinkan otak bersifat layaknya spons yang dapat menyerap banyak informasi dan bersifat fleksibel saat belajar.
Dengan demikian, fase anak-anak merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan banyak hal. Termasuk mengenalkan aqidah pada anak. Pada fase ini juga terjadi masa golden time yang memungkinkan anak menjadi lebih meniru dan menerapkan apa yang ia ketahui.
Prinsip Dasar Aqidah
Photo by Pexels
Kata ‘aqidah’ berasal dari kata ’aqada – ya’qidu’ secara bahasa berarti ikatan atau mengikat sesuatu. Secara istilah, aqidah artinya keyakinan hati dan pembenaran atas suatu hal. Dalam At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali aqidah juga memiliki makna sebagai keimanan yang yakin tanpa adanya keraguan dalam hati seorang hamba.
Dalam Islam, aqidah erat kaitannya dengan kandungan rukun iman yang mana terdiri dari enam poin:
- Iman terhadap Allah
- Iman terhadap para malaikat
- Iman terhadap kitab-kitab-Nya
- Iman terhadap para Rasul-Nya
- Iman terhadap hari akhir
- Iman terhadap takdir yang baik maupun yang buruk
Aqidah menjadi landasan menegakkan agama dan kunci penerimaan amal ibadah sehari-hari. Sebagaimana firman-Nya:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Yang berarti: “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” QS. Al-Kahfi ayat 110.
Aqidah memiliki fungsi dan peranan dalam kehidupan manusia, di antaranya sebagai petunjuk dalam membedakan hal yang haq dan bathil. Aqidah melindungi seseorang dari hal-hal yang menjerumuskan. Alih-alih demikian, seorang hamba yang beraqidah akan semangat beribadah kepada Allah dengan ikhlas.
Fungsi tersebut tidak serta merta bisa anak dapatkan seseorang tanpa pembelajaran yang benar. Dalam lingkungan keluarga muslim, maka sangat penting untuk mengenalkan aqidah pada anak sejak dini.
Mengapa Harus Menanamkan Aqidah kepada Anak Sejak Dini?
Bukan tanpa alasan aqidah hadir di tengah agama Islam. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, aqidah dapat menjadi dasar, pemandu, nilai yang dapat berdampak bagi kehidupan seseorang.
Maka dari itu, sudah jelas harus menanamkan aqidah pada hati, dan tercermin melalui perbuatan. Tidak sekadar omongan di lisan, tetapi juga tampak dari setiap keputusan, tindakan, bahkan pola berpikir setiap muslim.
Mengapa harus mengajarkan aqidah pada anak sejak usia dini? Alasannya merupakan kombinasi antara kemampuan fisik fase anak dan fungsi aqidah itu sendiri. Berikut adalah alasan mengapa orang tua perlu mengenalkan aqidah sejak dini pada buah hati.
1. Perkuat Iman kepada Allah
Photo by Pexels
Sebagai seorang hamba, satu-satunya tugas utama manusia adalah beribadah kepada Allah. Melakukan segala aktivitas sehari-hari dengan niatan mencari rahmat dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa. Hal ini berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan beribadah.
Mengajarkan tauhid sejak dini pada anak berarti mengenalkan bentuk berserah diri pada Allah. Seorang muslim dan muslimah tidak melakukan persembahan apapun kepada selain Allah. Wujudnya bermacam-macam, seperti memohon harapan, mempercayai takdir hanya sebagaimana ketetapan Allah.
Dengan mengenalkan, mencontohkan bagaimana bentuk tauhid sejak dini, maka orang tua berusaha menanamkan nilai yang dianjurkan dalam surat At-Taubah: 31 yang berbunyi:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
BACA JUGA: Inilah 11 Tips Mengajarkan Tauhid pada Anak Usia Dini
2. Dijauhkan dari Syirik dan Perilaku Syirik
Masih berkaitan dengan poin pertama, seorang muslim wajib menghindari hal-hal yang dapat mengarah bahkan menjerumuskan terhadap syirik. Setiap individu wajib berlepas diri dari syirik dan perbuatannya. Hal ini bisa jadi sulit jika tidak dibiasakan sejak dini.
Mengenalkan tauhid sejak dini pada anak membantu ia memahami bahwa segala sesuatu yang tidak ditujukan kepada Allah bisa menjerumuskan pada syirik. Dimulai dari keyakinan dan menghindari segala sesuatu yang mencerminkan kesyirikan.
Sebagaimana yang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam contohkan dan termuat dalam QS. Al Mumtahanah ayat 4 yang berbunyi:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah.”
3. Menenangkan Jiwa
Salah satu peran penting aqidah adalah sebagai penenang jiwa. Aqidah membantu hati menjadi jauh dari kekhawatiran, amarah, ataupun perasaan negatif lain yang muncul akibat penolakan, ketidakyakinan, dan sebagainya.
Dengan bertauhid, seorang muslim berarti yakin dengan apa yang Allah tetapkan, termasuk dalam urusan takdir baik maupun buruk. Bentuk kepasrahan diri yang dilatih sejak dini membuat anak mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hati yang dipenuhi tauhid akan senantiasa berpikiran positif atau husnudzon terhadap hal-hal yang akan ditemui. Anak mungkin akan menghadapi tantangan yang menyulitkan di kemudian hari.
Namun, dengan aqidah, anak bisa menghadapinya dengan keyakinan adanya bantuan Allah sebagai pemberi rencana terbaik. Anak pun tidak terlalu khawatir dalam menyelesaikan segala sesuatu.
4. Meningkatkan Amal Baik
Poin utama dalam tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan. Meyakini bahwa menduakan Allah berarti kesyirikan dan merupakan hal buruk. Dengan demikian, pemahaman terhadap aqidah membantu seseorang memisahkan mana yang baik dan buruk.
Ketika seorang anak mampu melakukannya, maka ia akan dengan mudah mendekatkan diri pada tindakan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Pemahaman aqidah akan membantu anak menghindari segala larangan Allah.
Aqidah yang terpupuk dengan baik akan tercermin pada setiap keputusan, tindakan, hingga ucapan anak. Maka dari itu, penting untuk mengajarkannya sejak dini melalui contoh-contoh yang sederhana.
5. Jauhkan Diri dari Penyimpangan Aqidah dalam Islam
Menanamkan aqidah kepada anak sejak dini berarti menjauhkan anak dari penyimpangan aqidah itu sendiri. Bentuk penyimpangan ada banyak, termasuk yang terpenting yakni kebodohan terhadap aqidah. Hal ini terjadi ketika seseorang tidak memiliki kemauan mempelajari aqidah itu sendiri.
Ketika tidak mau mengetahui seluk-beluk aqidah yang baik dan benar sesuai anjuran dan tuntunan Quran dan Hadits, maka berisiko besar ‘tergelincir’. Seperti bersikap fanatik terhadap suatu hal sehingga sulit membedakan mana yang haq dan bathil. Hal ini mungkin bersifat turun-temurun dan tetap dilestarikan.
Ketidaktahuan terhadap aqidah yang benar juga menjerumuskan anak terhadap taqlid buta. Taqlid buta berarti mengikuti pendapat seorang imam atau seseorang yang dianggap berilmu, tanpa mengetahui dalil atau sumber hukumnya
Belajar dari sosok yang lebih berilmu merupakan hal wajib bagi seorang muslim. Namun, ketika tidak mempelajari dasar aqidah yang benar, maka dapat menyebabkan taqlid buta. Tanpa adanya aqidah anak nantinya dapat mengikuti suatu ajaran tanpa tahu itu ada atau tidak dalam Quran dan Hadits shahih.
6. Menegakkan Agama Islam Secara Benar dan Teguh
Aqidah ibarat prinsip bagi muslim. Apa-apa yang menyalahi aqidah, yang tidak mencerminkan rukun iman, maka tidak mendapatkan toleransi untuk dilakukan. Adanya aqidah dalam hati menyebabkan tiap individu memutuskan ya atau tidak sesuai ajaran Islam.
Setiap individu yang sudah belajar aqidah maka tidak akan ragu mencerminkan apa yang menurutnya benar dan baik sesuai ajaran Islam. Anak dengan aqidah yang baik dapat tumbuh dan menerapkan segala sesuatu yang memperkuat tiang penyangga agamanya.
Anak dengan ilmu aqidah yang baik akan dengan bijak menghadapi segala sesuatu berkaitan dengan agama. Sebab, aqidah mengajarkan individu untuk terbebas dari paradoks, menunjukkan arah yang jelas kepada kebaikan,
Contoh Aqidah dalam Kehidupan Sehari-hari
Anak merupakan copycat atau peniru yang handal. Sebagai orang tua, sudah semestinya memberikan contoh cerminan aqidah yang dapat terus terekam memori anak hingga dewasa. Menerapkan aqidah Islam dalam keseharian pun bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana.
- Beriman kepada Allah Ta’ala dan sifat-sifatnya. Menerima dan meyakini Quran dan Hadits shahihyang jelas asal usulnya. Akrabkan anak dengan sifat-sifat Allah dan gunakan Quran serta Hadits dalam banyak aktivitas sehari-hari untuk mengenal dasar agama
- Menerapkan enam rukun iman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengajarkan konsep tawakal terhadap takdir yang Allah tetapkan setelah memberikan usaha maksimal. Atau, memberikan pemahaman bahwa segala sesuatu yang gaib memang ada
- Menghormati dan menyayangi setiap keluarga, saudara, kerabat, bahkan individu lain. Ajarkan anak untuk membangun relasi baik dengan orang lain melalui aktivitas yang mencerminkan nilai Islam, misalnya shalat berjamaah, menjalin silaturahmi, dan banyak lainnya
- Menolak segala sesuatu yang tidak bersumber pada Quran dan Hadits. Akrabkan anak dengan tafsir Quran dan Hadits yang shahihagar mereka terbiasa merujuk keduanya sebagai sumber atas ilmu agama
- Menerapkan prinsip dalam setiap keputusan, tindakan, juga ucapan. Misalnya, membantu menyelesaikan perselisihan antara kakak dan adik dengan adil sebagaimana diajarkan pada Quran sehingga hubungan antar keduanya tidak saling membenci.
Tanamkan Aqidah kepada Anak Sejak Dini
Mengenalkan anak pada aqidah sejak dini menuntut peran orang tua untuk hadir sepenuhnya. Bukan sekadar ucapan, tetapi juga memberikan contoh dan mengajarkannya melalui banyak hal sederhana pada kehidupan.
Orang tua pun wajib menghadirkan lingkungan yang mendukung anak mempelajari aqidah sejak dini. Salah satunya dengan memberikan pendidikan formal dengan kurikulum keislaman yang merujuk Quran dan Hadits sebagai panduan utama.
Dengan demikian, anak akan tetap mendapatkan ilmu di luar waktu bersama orang tua. Pendidikan yang memuat aqidah juga memperhatikan bagaimana lingkungan sosial sehingga membantu membentuk karakter islami yang baik pada anak.
Prestasi Global membantu Anda mendampingi anak mendapatkan bimbingan dan pendidikan terbaik dengan mengutamakan aqidah Islam. Harapannya, anak dapat tumbuh dengan karakter beragama dan terbekali dengan ilmu membedakan haq dan bathil sesuai ajaran Islam.
Mengapa perlu menanamkan Aqidah pada anak sejak dini?
1. Perkuat Iman kepada Allah 2. Dijauhkan dari Syirik dan Perilaku Syirik 3. Menenangkan Jiwa 4. Meningkatkan Amal Baik 5. Jauhkan Diri dari Penyimpangan Aqidah dalam Islam 6. Menegakkan Agama Islam Secara Benar dan Teguh.
Apa fungsi dan peranan Aqidah dalam kehidupan sehari-hari?
Aqidah memiliki fungsi dan peranan dalam kehidupan manusia, di antaranya sebagai petunjuk dalam membedakan hal yang haq dan bathil. Aqidah melindungi seseorang dari hal-hal yang menjerumuskan. Alih-alih demikian, seorang hamba yang beraqidah akan semangat beribadah kepada Allah dengan ikhlas
Apa saja contoh dalam penerapan Aqidah dalam kehidupan?
Beriman kepada Allah Ta’ala dan sifat-sifatnya. Menerima dan meyakini Quran dan Hadits shahihyang jelas asal usulnya. Akrabkan anak dengan sifat-sifat Allah dan gunakan Quran serta Hadits dalam banyak aktivitas sehari-hari untuk mengenal dasar agama Menerapkan enam rukun iman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengajarkan konsep tawakal terhadap takdir yang Allah tetapkan setelah memberikan usaha maksimal. Atau, memberikan pemahaman bahwa segala sesuatu yang gaib memang ada Menghormati dan menyayangi setiap keluarga, saudara, kerabat, bahkan individu lain. Ajarkan anak untuk membangun relasi baik dengan orang lain melalui aktivitas yang mencerminkan nilai Islam, misalnya shalat berjamaah, menjalin silaturahmi, dan banyak lainnya Menolak segala sesuatu yang tidak bersumber pada Quran dan Hadits. Akrabkan anak dengan tafsir Quran dan Hadits yang shahihagar mereka terbiasa merujuk keduanya sebagai sumber atas ilmu agama Menerapkan prinsip dalam setiap keputusan, tindakan, juga ucapan. Misalnya, membantu menyelesaikan perselisihan antara kakak dan adik dengan adil sebagaimana diajarkan pada Quran sehingga hubungan antar keduanya tidak saling membenci.