Proklamator, menurut KBBI adalah seseorang yang memproklamasikan. Untuk itu setelah proklamasi kemerdekaan muncul julukan Bapak Proklamator Indonesia yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Akan tetapi, apakah hanya mereka saja di balik proklamasi 17 agustus 1945 tersebut? Tidak adakah tokoh kemerdekaan lain?
Jawabannya tentu saja ada. Di balik peristiwa sangat bersejarah tersebut, ada andil banyak tangan di sana. Semuanya bekerja sama menguras tenaga dan pikiran demi memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Lantas siapa saja tokoh pejuang kemerdekaan yang turut berjasa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tersebut?
Mengenal Lebih Dekat Poklamator Indonesia
Tokoh-Tokoh yang Berperan Penting Dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sejarah kemerdekaan bangsa menceritakan apa saja bentuk perjuangan guna mengibarkan Sang Merah Putih di angkasa. Dari sana kita tahu ada banyak pengorbanan yang dilakukan demi kemerdekaan.
Semua perjuangan tersebut tidaklah mudah, perlu waktu dan banyak kehilangan untuk sampai pada titik proklamasi. Seperti kata Bung Karno “Jangan pernah melupakan sejarah. Ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita”.
Jadi, mari kita kenal sejarah sesempurna mungkin agar semangatnya tetap membara dan menjaga Indonesia agar tetap “Merdeka”. Langsung saja dimulai dari tokoh-tokoh yang berperan penting dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia berikut :
1. Ir. Soekarno
Tokoh yang amat dikagumi salah satunya karena pidato membaranya ini merupakan salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan paling ternama. Siapa sih yang tidak mengenal Soekarno? Seantero bumi pertiwi paling tidak pernah mengucap dan mendengar nama beliau, setuju? Akan tetapi, siapa sebenarnya Ir. Soekarno tersebut? Seberapa jauh Anda mengenalnya?
Pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 ini lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Technische Hoogeschool (THS) Bandung. Selain dikenal cerdas, Bung Karno juga dikenal sebagai polyglot karena kemampuannya dalam memahami berbagai bahasa. Orang tua beliau bernama Ida Ayu Nyoman Rai, seorang wanita yang tangguh dan teguh terhadap pendiriannya. Sedangkan sang ayah bernama Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru yang hidup dengan pikiran terbuka.
Sebelum proklamasi dikumandangkan Bung Karno tergabung dalam BPUPKI. Disana beliau turut mengeluarkan pikirannya mengenai pancasila, serta merumuskan dasar negara. Bung Karno menjabat selama 22 tahun sebagai Presiden Republik Indonesia mulai 18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967.
Presiden pertama RI yang meninggal pada 21 Juni 1970 ini diberi gelar “The Order of The Supreme Companions of Or Tambo”. Gelar ini diberikan pada april 2005 oleh Afrika Selatan karena inspirasi yang beliau berikan.
2. Drs. Mohammad Hatta
Nama Bung Hatta atau Dr. (H.C) Drs. H Mohammad Hatta akan selalu ada dan dikenang selamanya. Pahlawan Nasional kebanggan Indonesia ini bukan sekedar pendamping Bung Karno kala pembacaan teks proklamasi. Ada banyak sekali hal yang beliau lakukan untuk tanah air.
Dilahirkan 12 Agustus 1902, Bung Hatta sempat mendapatkan beasiswa di Nederlandsche Handels Hogeschool Belanda. Beasiswa pada 1921 itu justru yang memulai semangat patriotismenya kian muncul. Bentuk-bentuk perlawanan yang ia ungkapkan dengan berbagai tulisan semisal mengenai pengasingan Ir. Soekarno, membuatnya juga diasingkan. Mulai 1935 beliau dan Sutan Sjahrir diasingkan di Banda Neira selama 8 tahun.
Selepas dari pengasingan pada 1945, beliau dipilih sebagai wakil PPKI. Kemudian pada 17 Agustus beliau dan Ir. Soekarno mengumandangkan teks proklamasi. Baru pada 18 Agustus 1945, Bung Hatta resmi menjadi wakil presiden pertama Indonesia. Bung Hatta menjabat selama 11 tahun mulai dari 18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956. Berhenti sebagai wakil presiden tidak membuat respek dari negara lain hilang, ia masih tetap diundang berbagai negara seperti Tiongkok misalnya.
Mereka masih tetap menganggap Bung Hatta sebagai “A Great Son of His Country”. Hal ini membuktikan betapa besar jasa beliau bukan? Hingga negara lain saja begitu menghormatinya.
Bung Hatta meninggal pada 14 maret 1980, ia dianugerahi gelar Bintang Republik Indonesia Kelas I.
3. Sutan Sjahrir
Kawan seperjuangan memanggil pria kelahiran 5 Maret 1909 ini dengan sebutan Bung Kecil. Meskipun panggilannya “Kecil” tetapi, pada usia 18 tahun beliau sudah mampu mendirikan sekolah rakyat Tjahja Vol Universiteit. Sekolah yang ditujukan untuk kaum pribumi yang kurang mampu.
Anda pasti ingat peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 bukan? Nah, beliau merupakan tokoh sentral di sana. Perjuangan beliau terus berlanjut, kemudian selepas kuliah di Belanda ia menjadi pendamping Bung Hatta pada gerakan Perhimpunan Indonesia.
Tahukah Anda ketika Jepang menderita kekalahan terus menerus pada 1945, Bung Sjahrir adalah orang yang mendorong Soekarno & Hatta? Akhirnya pada malam 16 Agustus 1945, di rumah Tadashi Maeda, para tokoh pergerakan kemerdekaan merumuskan teks proklamasi. Bung Sjahrir tidak hadir dalam peristiwa ini meskipun begitu, ia tetap mengabdi pada negeri.
Pada 1946 ia mewakili Indonesia dalam Perjanjian Linggarjati, kemudian di 1946 beliau kembali menjadi perwakilan pada Konferensi Meja Bundar. Sutan Sjahrir meninggal di Zurich, Swiss, pada 9 April 1966. Ia berangkat kesana pada Juli 1965 dalam rangka pengobatan penyakit yang diantaranya adalah stroke.
4. Mr Achmad Soebardjo Djojoadisurjo
Peristiwa bersejarah 17 Agustus 1945, tidak akan berjalan mulus tanpa seorang Achmad Soebardjo. Beliaulah yang menjaminkan diri dan menjemput Soekarno & Hatta saat diculik para pemuda ke Rengasdengklok. Setelah itu, ia Bung Karno, dan Bung Hatta merumuskan rumusan teks proklamasi.
Lahir di Karawang, 23 Maret 1943, beliau sebenarnya juga seorang pengacara dan penulis. Semasa muda ia juga turut berjuang dalam organisasi Jong Java.
Pasca kemerdekaan, Achmad Soebardjo diangkat sebagai Menteri Luar Negeri Pertama pada 2 September 1945. Kemudian ia juga sempat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Switzerland pada 1957 – 1961. Beliau meninggal pada 15 Desember 1978 dikarenakan flu dan komplikasi.
5. Sayuti Melik
Membahas tokoh-tokoh proklamator atau tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dan perannya, tidak lengkap tanpa Sayuti Melik. Dari pada dikenal sebagai Mohamad Ibnu Sayuti, beliau lebih dikenal sebagai Sayuti Melik, sang pengetik naskah proklamasi. Beliau lahir di Sleman, 22 November 1908.
Mohamad Ibnu Sayuti adalah seorang penulis dan pendiri Koran Pesat. Tulisannya tentu tidak jauh dari kritikan-kritikan tajam untuk pemerintah Hindia Belanda. Sebagai salah satu anggota PPKI, Sayuti Melik juga termasuk salah satu orang yang menyakinkan Bung Karno dan Bung Hatta. Ia menyuarakan suara pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah merdeka, Sayuti Melik menjabat sebagai anggota DPR RI. Ia juga mendapatkan berbagai penghargaan. Penghargaan tersebut diantaranya Bintang Mahaputra V, Bintang Mahaputra Adipradana II, dan Satya Penegak Press. Beliau meninggal di usia 80 tahun pada 27 Februari 1989.
6. Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Demi menjadikan Indonesia sebuah bangsa yang merdeka, semua lapisan masyarakat dari berbagai profesi berjuang bersama. Tidak terkecuali dokter, seperti Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Radjiman selain pernah menjadi dokter pemerintah, dokter Keraton Kasunanan Surakarta, juga aktif dalam Boedi Utomo. Beliau juga ikut ketika Bung Hatta dan Bung Karno pergi ke Vietnam untuk menemui Marsekal Terauchi pada 9 Agustus 1945.
Ada sedikit keunikan sekaligus hal yang patut diacungi Jempol dari Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat ini, apa ya? Hal itu adalah kebiasaan beliau dalam mengenakan pakaian adat Jawa. Kebiasaan ini juga tetap beliau pertahankan ketika berpergian keluar negeri seperti ke Vietnam kala itu.
Bagi beliau usia bukanlah hambatan, ketika ia menjabat sebagai ketua BPUPKI usianya sudah menginjak 66 tahun. Bahkan, pada usia 73 tahun beliau masih menduduki kursi DPR RI. Dr Radjiman lahir di Yogyakarta, 21 April 1879 dan meninggal di Ngawi 20 September 1952. Sampai akhir hayatnya beliau masih setia mengabdi untuk Indonesia sebagai seorang dokter di Ngawi.
7. Mohammad Yamin
Pahlawan Nasional yang lahir di Sawahlunto, 24 Agustus 1903 ini bukan hanya seorang pejuang kemerdekaan. Beliau juga seorang sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum. Bahkan, pemuda kebanggan Sumatera Barat ini juga seorang sastrawan, adalah salah satu perintis puisi modern di Indonesia. Prof. Mr Mohamad Yamin, S.H merupakan tokoh sentral dalam Kongres Sumpah Pemuda II. Beliaulah yang merumuskan Sumpah Pemuda yang kita kenal dan kita peringati setiap 28 Oktober itu.
Pada tahun 1945 Mohammad Yamin terpilih sebagai anggota BPUPKI. Pada rapat yang diadakan 29 Mei – 1 Juni 1945 tersebut ia mengusulkan 5 dasar negara. Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan yang kelima adalah Kesejahteraan Rakyat.
Mohammad Yamin meninggal di usia 59 tahun pada 17 Oktober 1962. Kala itu jabatan terakhir yang diembannya adalah Menteri Penerangan.
8. BM Diah
Nama BM Diah mungkin tidak seterkenal para pahlawan persiapan kemerdekaan lain. Akan tetapi, bagaimana caranya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diketahui seluruh bangsa jika tidak disebarkan?
Nah, disinilah Burhanuddin (nama asli BM. Diah), sangat berjasa kepada negara. BM Diah dan rekan-rekannya berhasil mengabarkan berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru Indonesia. Ia dan rekan-rekannya pantang menyerah meskipun, Jepang terus berusaha menggagalkan usaha mereka.
BM Diah bersama rekan-rekannya merebut Djawa Shimbun dan menerbitkan berita kemerdekaan Indonesia. Beliau mengambil alih penerbitan tersebut dari tangan tentara Jepang yang kala itu masih lumayan banyak di Indonesia.
BM Diah lahir di Banda Aceh, 7 April 1917 dan Meninggal di Jakarta pada 10 Juni 1996. Semasa hidupnya banyak penghargaan yang beliau terima mulai Bintang Mahaputra, hingga Piagam dan Medali Perjuangan Angkatan 45.
9. Soekarni Kartodiwirjo
Soekarni Kartodiwirjo adalah tokoh yang menyarankan agar teks proklamasi ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta. Pada kala itu ia masuk ke golongan muda yang mendesak kedua tokoh proklamator untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan. Termasuk dari kalangan berada, Soekarni tidak bisa tinggal diam, ia sudah berjuang dari usia 14 tahun. Ia sempat menjadi ketua Indonesia Muda di Blitar, dan Ketua Umum Indonesia Muda.
Pada 15 Agustus 1945, Soekarni dan pejuang muda lain mendengar kabar Jepang menyerah kepada sekutu. Dari sini kemudian ia dan barisan pemuda lain menculik Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Penculikan tersebut dimaksudkan untuk mendesak keduanya segera memproklamirkan kemerdekaan.
Perjuangan beliau tidak habis setelah proklamasi kemerdekaan saja. Pada 3 september 1945, beliau berhasil merebut Jawatan Kereta api dan mengubahnya menjadi miliki negara. Perjuangan tersebut dilanjutkan dengan menggelar rapat Ikada pada 19 Agustus 1945, demi menunjukan dukungan pada pemerintah RI. Soekarni dilahirkan pada 14 Juli 1916 di Blitar dan meninggal di Jakarta pada 7 Mei 1971.
Itu dia tokoh-tokoh proklamator atau tokoh kemerdekaan Republik Indonesia yang tak akan pernah bisa dilupakan jasa-jasanya. Semoga dengan mengenal para pejuang kebanggaan bangsa ini, para generasi muda mampu melanjutkan perjuangannya.
Baca Juga : 7 Komik Pendidikan Lucu
Sebutkan Tokoh-Tokoh yang Berperan Penting Dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia!
Ir.Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Sutan Sjahrir, Mr Achmad Soebardjo Djojoadisurjo, Sayuti Melik, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Mohammad Yamin, BM Diah, Soekarni Kartodiwirjo
Seperti Apa Ir. Soekarno?
Tokoh yang amat dikagumi salah satunya karena pidato membaranya ini merupakan salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan paling ternama. Siapa sih yang tidak mengenal Soekarno? Seantero bumi pertiwi paling tidak pernah mengucap dan mendengar nama beliau, setuju? Akan tetapi, siapa sebenarnya Ir. Soekarno tersebut? Seberapa jauh Anda mengenalnya? Pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 ini lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Technische Hoogeschool (THS) Bandung. Selain dikenal cerdas, Bung Karno juga dikenal sebagai polyglot karena kemampuannya dalam memahami berbagai bahasa. Orang tua beliau bernama Ida Ayu Nyoman Rai, seorang wanita yang tangguh dan teguh terhadap pendiriannya. Sedangkan sang ayah bernama Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru yang hidup dengan pikiran terbuka. Sebelum proklamasi dikumandangkan Bung Karno tergabung dalam BPUPKI. Disana beliau turut mengeluarkan pikirannya mengenai pancasila, serta merumuskan dasar negara. Bung Karno menjabat selama 22 tahun sebagai Presiden Republik Indonesia mulai 18 Agustus 1945 - 12 Maret 1967. Presiden pertama RI yang meninggal pada 21 Juni 1970 ini diberi gelar “The Order of The Supreme Companions of Or Tambo”. Gelar ini diberikan pada april 2005 oleh Afrika Selatan karena inspirasi yang beliau berikan.
Seperti Apa Drs. Mohammad Hatta?
Nama Bung Hatta atau Dr. (H.C) Drs. H Mohammad Hatta akan selalu ada dan dikenang selamanya. Pahlawan Nasional kebanggan Indonesia ini bukan sekedar pendamping Bung Karno kala pembacaan teks proklamasi. Ada banyak sekali hal yang beliau lakukan untuk tanah air. Dilahirkan 12 Agustus 1902, Bung Hatta sempat mendapatkan beasiswa di Nederlandsche Handels Hogeschool Belanda. Beasiswa pada 1921 itu justru yang memulai semangat patriotismenya kian muncul. Bentuk-bentuk perlawanan yang ia ungkapkan dengan berbagai tulisan semisal mengenai pengasingan Ir. Soekarno, membuatnya juga diasingkan. Mulai 1935 beliau dan Sutan Sjahrir diasingkan di Banda Neira selama 8 tahun. Selepas dari pengasingan pada 1945, beliau dipilih sebagai wakil PPKI. Kemudian pada 17 Agustus beliau dan Ir. Soekarno mengumandangkan teks proklamasi. Baru pada 18 Agustus 1945, Bung Hatta resmi menjadi wakil presiden pertama Indonesia. Bung Hatta menjabat selama 11 tahun mulai dari 18 Agustus 1945 - 1 Desember 1956. Berhenti sebagai wakil presiden tidak membuat respek dari negara lain hilang, ia masih tetap diundang berbagai negara seperti Tiongkok misalnya. Mereka masih tetap menganggap Bung Hatta sebagai “A Great Son of His Country”. Hal ini membuktikan betapa besar jasa beliau bukan? Hingga negara lain saja begitu menghormatinya. Bung Hatta meninggal pada 14 maret 1980, ia dianugerahi gelar Bintang Republik Indonesia Kelas I.