Sebagai orang tua Anda pasti menginginkan yang terbaik untuk anak. Ini bukan tentang membelikan baju paling bagus ataupun memberi mereka mainan baru. Namun ini tentang bagaimana Ada mengajari anak cara atur keuangan.
Memahami tentang uang dan bagaimana cara mengelolanya memang sangat penting. Mengelola uang termasuk kecakapan hidup dasar yang akan menentukan kesuksesan finansial anak di masa depan. Dengan memiliki dasar keterampilan pengaturan uang, anak akan bisa bertahan hidup secara lebih baik.
Pendidikan finansial bisa Anda dapatkan dengan mengikuti sekolah atau pelatihan. Namun untuk anak, Anda bisa mulai mengajarkan sendiri di rumah.
12 Tips Mengajari Anak Mengelola Uang
Photo by Katt Yukawa on Unsplash
Dulu saat literasi finansial belum semaju sekarang, banyak orang menganggap orang kaya akan selamanya kaya, dan yang miskin akan tetap miskin. Namun seiring waktu, banyak orang kaya yang lalai akhirnya jatuh miskin. Sebaliknya, yang tadinya serba kekurangan bisa bangkit dan sukses finansial.
Kali ini Anda akan menyimak 12 tips menarik tentang cara mengajari anak mengelola uang.
1. Jelaskan Makna Uang dan Fungsinya
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Salah satu pondasi literasi finansial adalah makna uang dan fungsinya. Mengajarkan anak soal uang dapat Anda lakukan sejak mereka bahkan belum bisa berhitung.
Jelaskan pada anak tentang apa itu uang dan apa yang bisa mereka lakukan dengan uang. Seringkali orang tua khawatir ini akan membebani anak. Padahal sebaliknya, anak sangat ingin tahu tentang uang.
Beberapa cara berikut bisa Anda coba untuk membuat anak semakin memahami makna uang dan fungsinya:
- Delegasikan anak untuk membeli kebutuhan dapur sederhana di tetangga, dengan membawa uang sendiri.
- Pada usia yang lebih besar, ajak anak untuk membeli kue dengan harga yang sesuai dengan uang yang Anda tentukan.
- Ajak anak menghitung uang bersama, sambil menjelaskan pentingnya uang untuk kebutuhan hidup seperti makan, rumah, biaya sekolah, dan biaya lainnya.
Selain cara-cara di atas, Anda juga dapat menerapkan cara-cara lain yang kira-kira akan dipahami anak dengan mudah.
2. Bermain Game Tentang Uang
Meskipun kesannya sederhana, tapi bermain game adalah cara yang paling tepat untuk memberikan pemahaman tentang uang. Sekarang ada banyak mainan tentang uang, baik online atau secara offline. Salah satu yang paling terkenal adalah monopoli.
Monopoli memberikan simulasi jual beli yang menarik bagi anak. Bukan hanya tentang jual beli biasa, monopoli secara tidak langsung mengajarkan anak-anak tentang pertimbangan dan strategi pembelian, bahkan investasi beserta risikonya.
Selain itu, pada anak-anak yang usianya lebih muda, Anda bisa mengajaknya bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Bermain peran adalah salah satu cara menanamkan konsep uang kepada anak dengan usia muda.
3. Memberikan Uang Saku Secara Bertahap
Anak-anak usia dini bisa mulai belajar dengan mendapatkan uang saku harian. Jam berapa pun mereka ingin membeli kue, mereka harus membatasi pembeliannya sejumlah uang saku yang Anda berikan.
Pada saat anak semakin besar, bertahap tingkatkan fasenya. Ganti menjadi uang saku mingguan, hingga akhirnya anak siap menerima uang saku bulanan. Pada usia SMA, anak yang sudah terbiasa mengelola uang bulanan akan semakin memahami dengan baik tujuan keuangan.
Adanya uang saku yang jelas setiap bulan akan membuat anak-anak memahami bahwa pengaturan itu penting.
Jika tidak pandai mengatur uang, mungkin pada akhir bulan mereka akan kehabisan uang. Ajari mereka menanggung kondisi tersebut, dan jangan berikan uang lagi. Apabila uang mereka habis, Anda bisa menawarkan opsi untuk mencari uang tambahan dari menitipkan jualan di kantin sekolah atau menjual jasa sederhana.
4. Mendampingi Anak Merencanakan Keuangan
Memberikan uang saku harus Anda imbangi dengan membimbing anak untuk membuat perencanaan keuangan. Pada awal bulan sebelum memberikan uang saku, ajak anak merencanakan apa saja yang akan mereka lakukan dengan uang tersebut.
Anak perlu menuliskan angka pada pos-pos penting yang mereka butuhkan. Mulai dari belanja kebutuhan bulanan, menentukan porsi uang untuk jajan, uang ekstrakurikuler, transportasi, dan sebagainya. Dari aktivitas ini anak akan mulai menyadari bahwa uang yang Anda berikan sudah ada tujuannya masing-masing.
Lakukan ini secara rutin, maka anak akan terbiasa mengatur uang. Pada masa depan, ia akan melakukannya juga saat mendapatkan gaji atau tambahan uang dari sumber lainnya.
5. Mempersiapkan Anak Mencatat Pengeluaran
Mencatat keuangan adalah kewajiban dalam proses mengelola keuangan. Anak-anak maupun orang dewasa yang tidak pernah mencatat keuangannya cenderung boros karena merasa selalu punya uang.
Mulailah kebiasaan yang baik dengan mempersiapkan anak mencatat pengeluaran. Anda bisa membelikan buku untuk jurnal keuangan, atau menawarkan financial planner yang sekarang sudah ada beragam jenis dan desainnya. Buatlah aktivitas mencatat keuangan sebagai aktivitas seru yang sayang kalau dilewatkan.
Seminggu sekali, pantau keuangan anak melalui jurnalnya, untuk memastikan keuangannya tetap sehat. Jika anak sudah terbiasa, Anda bisa melakukan pemantauan sebulan atau beberapa bulan sekali.
6. Mengajarkan Berbagai Cara Menabung
Seiring mereka melakukan pengelolaan uang, anak juga harus tahu bahwa mereka perlu menabung. Ajari mereka tentang tujuan keuangan, dan berikan penjelasan bahwa menabung adalah salah satu cara meraih tujuan tersebut.
Misalnya jika anak ingin membeli sepatu tapi uang bulanannya tidak cukup, maka coba ajak dia membuat sinking fund untuk tujuan tersebut. Kalau anak ingin rekreasi ke suatu tempat bersama teman-temannya, buat tabungan khusus untuk itu.
Anak usia SD atau SMP mulai bisa Anda ajak menabung tiap awal bulan. Jelaskan tentang dana darurat dan fungsinya, sehingga perlahan kebutuhan tabungan anak-anak akan terpenuhi. Anda juga bisa mengajaknya berpartisipasi untuk mengumpulkan dana pendidikannya sendiri.
7. Mengajaknya Bernegosiasi Untuk Keinginan
Saat anak menginginkan suatu barang, jangan langsung membelikannya atau membiarkan anak menggunakan uangnya sembarangan. Biasakan bernegosiasi untuk memenuhi keinginan tersebut.
Sebelum anak membeli barang yang ia inginkan, terutama bila harganya mahal dan tidak ada di rencana pengeluaran, ajak ia berbicara. Diskusikan alasan pembelian, perbandingan harga, manfaat dan kerugian pembelian, serta alokasi uang apa yang akan anak Anda gunakan.
Anak juga perlu memahami apakah barang tersebut termasuk kebutuhan atau keinginan. Bukan berarti membeli apa yang ia inginkan itu tidak boleh. Membeli keinginan boleh saja, selama kebutuhannya sudah terpenuhi.
Kebiasaan berdiskusi dan bernegosiasi sebelum melakukan pembelian barang akan membuat anak terbiasa menimbang dengan baik. Pada masa depan, ia akan terbiasa melakukan keputusan pembelian dengan lebih rasional.
8. Melatih Anak Untuk Berhemat
Anak perlu mengatur pos keuangannya di awal bulan. Namun sepanjang bulan setelah itu, ia juga harus berlatih melakukan penghematan. Salah satu fokus manajemen keuangan sederhana adalah memahami bahwa uang merupakan aset yang punya nilai. Mengeluarkan uang harus dilakukan dengan bijak.
Latihan berhemat bagi anak-anak bisa Anda coba dengan cara-cara ini:
- Membuat tantangan menabung
- Membuat tantangan tidak mengeluarkan uang (no-spend day)
- Membawa bekal makan dari rumah
- Membuat jatah harian yang boleh anak gunakan
- Menyisihkan uang tabungan pada awal bulan
- Mengajak teman bekerja kelompok di tempat yang tidak perlu mengeluarkan uang
Daftar tersebut hanya merupakan contoh. Anda bisa melakukan banyak variasi latihan berhemat lainnya.
9. Membiasakan Keluarga Untuk Tidak Menyia-nyiakan Sesuatu
Pernahkah Anda melihat anak tidak menghabiskan makanannya? Jangan biarkan kebiasaan tersebut melekat hingga anak beranjak dewasa.
Pahamkan kepada anggota keluarga bahwa barang maupun makanan tidak boleh disia-siakan. Saat makan, ambil secukupnya, lalu habiskan. Saat membeli barang, anak juga harus memanfaatkannya dengan baik.
Ini akan membuat anak-anak terbiasa mempertimbangkan seberapa banyak ia membutuhkan atau menginginkan sesuatu. Sebelum makan, ia akan mempertimbangkan kapasitas perutnya. Sebelum membeli sesuatu, ia akan mempelajari apakah barang tersebut benar-benar akan berguna.
Kebiasaan ini nantinya juga akan menghindarkan anak dari impulsive buying, atau pembelian yang hanya berdasarkan keinginan sesaat.
10. Melatihnya Melakukan Investasi Sederhana
Siapa bilang hanya orang dewasa yang bisa melakukan investasi? Investasi perlu Anda dan anak Anda lakukan untuk memenuhi suatu tujuan keuangan.
Mengajarkan anak melakukan investasi sangat penting untuk membuatnya menyadari potensi dan aset keuangannya. Sekarang reksadana pasar uang bisa dibeli secara online mulai dari Rp10.000. Ini adalah jumlah yang bisa anak jangkau.
Saat uang anak sudah mulai banyak di tabungan, Anda bisa mengajaknya untuk membeli produk deposito. Jika sedang ada penjualan surat berharga negara (SBN), Anda bisa mengajaknya mempelajari peluang dari pembelian produk tersebut. Mulai saja dari yang resikonya rendah, agar anak tidak sedih saat ada kerugian sesaat.
11. Berdiskusi Tentang Kondisi Keuangan Keluarga
Saat kondisi keuangan keluarga sedang sulit, apakah Anda akan memberi tahu anak?
Ternyata, berdiskusi secara jujur tentang kondisi keuangan keluarga dengan seluruh anggota keluarga sangat penting. Anak juga punya hak dan kewajiban untuk mengerti apa yang sedang menjadi tantangan dalam keluarga.
Anak yang paham kondisi keuangan keluarga akan lebih mudah berempati dan menyesuaikan pengeluarannya. Ini akan memberikan pembelajaran padanya bahwa dalam hidup tidak semua hal akan berjalan mulus. Oleh karena itu, pengumpulan dana darurat maupun pengelolaan uang lainnya harus dilakukan dengan baik.
12. Menjadi Teladan Pengelolaan Keuangan Yang Baik
Mengajarkan dan melatih anak mengelola keuangan dapat Anda lakukan secara bertahap seiring bertambahnya usia anak. Namun yang lebih penting dari semua itu adalah adanya teladan yang baik.
Oleh karena itu, jangan ragu untuk menjadikan diri sendiri sebagai contoh untuk anak. Anda harus terbiasa mengatur uang agar bisa mengajari anak dengan baik.
Sesekali, Anda juga bisa mengajak anak mengunjungi pakar keuangan atau financial planner agar mereka mendapatkan contoh lain. Tidak harus offline, sekarang pelatihan keuangan untuk anak-anak sudah banyak yang bisa kamu lakukan secara online.
Kesimpulan
Berbagai tips mengelola keuangan perlu kamu lakukan sejak dini. Anak perlu pembiasaan keuangan yang baik sejak muda, karena mereka tidak akan tiba-tiba bisa melakukannya saat dewasa.
Mendidik anak yang cerdas mengelola keuangan adalah proses panjang yang butuh kesabaran. Di tengah-tengah mungkin akan ada berbagai tantangan, terutama saat anak beranjak remaja. Namun seiring waktu, tantangan ini akan teratasi.
Kami di Prestasi Global membiasakan siswa-siswi untuk melakukan pengelolaan uang saku mereka dengan baik. Kami yakin Anda juga dapat membantu anak-anak memahami cara atur keuangan di rumah.
Baca Juga : Cara Efektif Untuk Mengajarkan Anak Menabung Sejak Dini
Apa saja cara untuk melatih anak berhemat dan menabung?
Latihan berhemat bagi anak-anak bisa Anda coba dengan cara-cara ini:
- Membuat tantangan menabung
- Membuat tantangan tidak mengeluarkan uang (no-spend day)
- Membawa bekal makan dari rumah
- Membuat jatah harian yang boleh anak gunakan
- Menyisihkan uang tabungan pada awal bulan
- Mengajak teman bekerja kelompok di tempat yang tidak perlu mengeluarkan uang.
Bisakah mengelola uang diajarkan ke anak lewat permainan?
Bisa, bermain game, meskipun kesannya sederhana, adalah cara yang paling tepat untuk memberikan pemahaman tentang uang. Sekarang ada banyak mainan tentang uang, baik online atau secara offline. Salah satu yang paling terkenal adalah monopoli. Monopoli memberikan simulasi jual beli yang menarik bagi anak. Bukan hanya tentang jual beli biasa, monopoli secara tidak langsung mengajarkan anak-anak tentang pertimbangan dan strategi pembelian, bahkan investasi beserta risikonya.
Bagaimana cara agar anak terhindar dari impulsive buying?
Caranya adalah dengan menanamkan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa barang maupun makanan tidak boleh disia-siakan. Saat makan, nasihati untuk ambil secukupnya, lalu habiskan. Saat membeli barang, anak juga harus memanfaatkannya dengan baik. Ini akan membuat anak-anak terbiasa mempertimbangkan seberapa banyak ia membutuhkan atau menginginkan sesuatu. Sebelum makan, ia akan mempertimbangkan kapasitas perutnya. Sebelum membeli sesuatu, ia akan mempelajari apakah barang tersebut benar-benar akan berguna. Kebiasaan ini nantinya juga akan menghindarkan anak dari impulsive buying, atau pembelian yang hanya berdasarkan keinginan sesaat.