Memang benar, setiap anak mempunyai tahap perkembangan yang berbeda-beda, termasuk dari segi fisiknya. Namun jangan sampai lengah, karena keterlambatan perkembangan fisik juga bukan hanya sekadar wacana saja.
Fakta di lapangan menunjukkan, tidak sedikit anak mengalami keterlambatan perkembangan fisik, tetapi memperoleh penanganan yang juga terbilang telat. Salah satu penyebabnya adalah pola pikir orang tua yang beranggapan, bahwa kondisi ini normal atau unik.
Apa Itu Keterlambatan Pekembangan Fisik?
Jika sudah demikian, justru proses penanganannya akan memakan waktu yang lebih lama, biaya besar, dan kesabaran luar biasa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membekali diri dengan pengetahuan tentang tumbuh kembang anak.
Seperti yang Anda ketahui, 3 tahun pertama anak adalah masa-masa keemasannya. Dalam fase tersebut, semua hal yang ada di dalam diri anak sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat.
Perkembangan fisik termasuk normal, jika sesuai dengan tiga indikator utama, yakni berat badan, tinggi badan, serta usia anak. Sebaliknya, apabila kurang dari indikator, kemungkinan besar anak akan mengalami permasalahan keterlambatan perkembangan fisik.
Maka dari itu, pemerintah mengadakan program Posyandu setiap bulannya untuk memantau perkembangan anak hingga usia 5 tahun. Harapannya, jika sewaktu-waktu muncul ketidakberesan dapat segera memperoleh penanganan yang tepat.
Tanda-tanda Anak Alami Keterlambatan Perkembangan Fisik
Selain melalui program pemerintah tersebut, Anda dapat melakukan pemantauan secara mandiri di rumah. Sebab, masalah keterlambatan perkembangan fisik biasanya dimulai dengan tanda-tanda seperti di bawah ini:
Photo by penulis edit on Adobe Illustrator
1. Terlihat Sangat Kurus
Anak gemuk memang tidak menjadi jaminan dia sehat, tetapi yang terlalu kurus juga bukan pertanda baik. Apalagi jika sampai berat badan balita melampaui batas kurva bawah, sebagai orang tua Anda harus lebih aware.
2. Lebih Pendek dari Anak Sebaya
Seorang anak yang bertubuh pendek maupun stunting adalah salah satu pertanda, bahwa tumbuh kembangnya mengalami masalah. Penyebabnya ada beberapa hal, seperti masalah genetik, kekurangan hormon pertumbuhan, malnutrisi, dan lain-lain.
Tanda ini memang bukan patokan mutlak, karena anak dikatakan bertumbuh jika ada penambahan dari pengukuran sebelumnya. Selama di data KMS menunjukkan progres yang baik, Anda dapat sedikit tenang
3. Ukuran Kepala Tampak Kecil atau Besar
Selain pengukuran berat dan tinggi badan, lingkar kepala juga termasuk salah satu parameter anak bertumbuh secara normal. Baik mikrosefali (lingkar kepala kecil) maupun mikrosefali menjadi pertanda, bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Umumnya, lingkar kepala memang berhubungan dengan pertumbuhan otak, tetapi tidak selalu begitu. Untuk kondisi lain, lingkar otak juga dapat menjadi pertanda, jika anak menderita penyakit tertentu.
4. Belum Mampu Berinteraksi
Saat anak lahir, kemampuannya memang masih sangat terbatas. Satu-satunya cara untuk berkomunikasi adalah melalui mata dan tangisan. Apabila ternyata anak tidak merespon aba-aba yang Anda berikan, kemungkinan penglihatannya bermasalah.
5. Tidak Merespon Suara
Bukan hanya dari sisi indera penglihatan, keterlambatan dalam perkembangan anak juga dapat Anda perhatikan dari respon suara. Anak yang cenderung diam saja atau berekspresi datar saat Anda mengeluarkan suara, maka harus waspada.
6. Belum Mampu Melakukan Hal Dasar
Kemampuan anak dalam melakukan hal-hal mendasar memang tidak selalu sama, tetapi bukan berarti wajar. Adapun tanda-tanda paling umum, saat anak mengalami keterlambatan perkembangan fisik dalam tumbuh kembang, yakni:
a. Usia 0 sampai 12 Months
- Terlihat kaku dan terkulai, padahal usianya sudah > 2 bulan
- Tidak menunjukkan “Refleks Moro” saat sudah lebih dari 4 bulan
- Belum mampu duduk sendiri tanpa terguling pada rentang usia 9 bulan
- Di usia 12 bulan, belum dapat berdiri sendiri maupun merangkak
b. Usia 12 sampai 18 Months
- Saat sedang bermain, anak merasa kesulitan untuk jongkok
- Tanpa bantuan orang disekitarnya, anak tidak dapat menyuap makanan dengan jari-jarinya secara langsung
- Kesulitan untuk naik maupun turun dari kursi untuk meraih sesuatu
- Berjalan menggunakan jari kaki bukan tumit
- Tidak dapat menendang bola berukuran besar maupun melepas kaos kakinya sendiri
- Jika sedang duduk di lantai, anak tidak mampu berdiri sendiri tanpa pegangan
c. Usia 19 sampai 24 Months
- Belum mampu memegang alat tulis dan meniru gerakan seperti membuat garis vertikal
- Terlihat kesulitan untuk berjalan hanya menggunakan satu kaki
- Meskipun berpegangan tangan, anak terlihat kesulitan untuk menaiki maupun menuruni tangga
- Ketika anak sedang berjalan, tampak aneh, goyang, atau tidak tegak
d. Usia 25 sampai 36 Months
- Tidak dapat mengayuh sepeda roda tiga
- Tangannya tidak mampu membalikkan halaman pada buku
- Anak tidak dapat menggunakan gunting sebagaimana fungsinya, baik jenis gunting biasa maupun pemotong kuku
- Ketidakmampuan untuk menangkap maupun melempar bola
7. Ciri Fisik yang Berbeda
Tanda keterlambatan perkembangan fisik balita juga dapat terlihat dari ciri-ciri tubuhnya yang terlihat berbeda dari anak lain. Anda dapat melihat perbedaan kondisi fisik tersebut dari bagian-bagian di bawah ini:
- Mata
- Hidung
- Leher
- Posisi telinga
- Dada
- Kaki
- Tangan
- Lidah besar
- Bentuk wajah
Faktor yang Menghambat Perkembangan Fisik Anak
Tanda-tanda anak mengalami keterlambatan perkembangan fisik tidak akan muncul tanpa ada penyebabnya, bukan? Faktor genetik memang memegang peranan besar, tetapi tidak terbatas pada hal itu saja. Berikut beberapa faktor tambahan yang dapat menghambat perkembangan fisik anak:
Photo by penulis edit on Adobe Illustrator
1. Keterbatasan Aktivitas Fisik
Makna aktivitas fisik di sini adalah semua kegiatan yang anak lakukan dengan melibatkan anggota tubuhnya, seperti bermain maupun olahraga. Kedua kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan massa tulang serta kekuatan otot.
Dengan begitu, anak dapat menggunakan indera pada fisiknya secara maksimal, seperti berlari, berjalan, menendang, dan lain-lain. Maka dari itu sudah sewajarnya, jika orang tua mendukung kegiatan anak untuk bereksplorasi.
2. Tekanan Lingkungan
Sejak bayi baru lahir, lingkungan sudah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupannya, baik keluarga, tetangga, maupun teman sebaya. Anak yang tumbuh dengan lingkungan baik cenderung mempunyai perkembangan maksimal.
Begitu juga sebaliknya, dalam lingkungan yang penuh tekanan dapat menghambat perkembangan anak. Bukan hanya dari sisi sosial saja, tetapi juga pertumbuhan fisik yang menyebabkan berat badan anak susah naik.
3. Kondisi Geografis
Mungkin terdengar sedikit aneh, tetapi kondisi geografis ternyata juga memengaruhi perkembangan anak. Bagaimanapun ternyata cuaca memang turut memengaruhi kondisi kesehatan, alergi, serta bentuk ritme tubuh.
Dan seandainya bersanding dengan orang dari daratan Eropa, anak-anak Indonesia memang jauh lebih pendek. Namun jika dari sisi keturunan atau ras, tinggi badan orang Indonesia termasuk standar di Asia.
4. Malnutrisi
Tidak sedikit orang yang khawatir, anaknya tidak dapat tumbuh tinggi dan optimal hanya karena kedua orang tua bertubuh pendek. Apakah termasuk salah satu di antara mereka?
Kekhawatiran ini memang sangat wajar, tetapi sekali lagi faktor genetik bukanlah satu-satunya penyebab anak stunting maupun bertubuh pendek. Masih ada harapan untuk membuat anak tumbuh tinggi, salah satunya melalui kecukupan nutrisi.
Berdasarkan anjuran WHO, agar pertumbuhan anak optimal, maka berikan asupan bernutrisi yang variatif. Jadi tidak hanya berfokus pada kalsium saja, tetapi juga nutrisi lain, seperti lemak dan protein sehingga anak akan terhindar dari keterlambatan perkembangan fisik dalam proses tumbuh kembangnya.
5. Status Sosial dari Ekonomi Bawah
Tanpa bermaksud merendahkan salah satu pihak, tetapi anak dengan keluarga yang berasal dari ekonomi bawah memang cenderung memiliki keterlambatan perkembangan fisik. Bukan hanya dari segi nutrisi saja, tetapi juga stimulasi dan kesempatan untuk belajar.
Orang tua lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga kekurangan waktu dalam mendampingi anak-anak. Sementara fasilitas untuk anak berkembang juga cenderung minim, karena orang tua kurang wawasan.
6. Polusi Udara
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, ternyata polusi udara tidak hanya menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan saja. Dalam beberapa kondisi, polusi ini juga memberikan efek kurang baik pada pertumbuhan anak yang menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik.
Bukan hanya polusi udara di jalan saja, tetapi juga pada sebuah ruangan. Contohnya, ruangan yang menggunakan cat berbasis timbal. Timbal ini termasuk racun yang akan sangat berbahaya, kalau sampai terhirup dan masuk ke tubuh anak.
Efek buruknya sendiri tak main-main, baik untuk jangka waktu pendek maupun panjang. Beberapa di antaranya, kehilangan gairah, sulit konsentrasi, anemia, kerusakan hati, ginjal, otak, hingga pertumbuhan anak.
7. Gangguan Emosional
Seorang anak yang mengalami gangguan secara emosional mempunyai steroid adrenalin dalam jumlah besar atau berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan hormon pertumbuhan yang terdapat di kelenjar pituitary menjadi berkurang.
Akibatnya, anak akan mengalami keterlambatan perkembangan fisik dalam tumbuh kembangnya, terutama saat menginjak usia remaja atau pubertas. Ini akan menjadi permasalahan tersendiri, jika sampai menyebabkan perbedaan fisik yang sangat jauh dengan teman sebaya.
Dampak yang biasa terjadi pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan fisik adalah munculnya rasa minder, rendah diri, hingga insecure dalam perasaan anak karena merasa berbeda. Jika anak tidak mampu menerimanya, tentu hal ini akan memengaruhi pergaulan sehari-hari.
Cara Menangani Keterlambatan Perkembangan Fisik
Di sinilah, pentingnya untuk senantiasa memantau perkembangan fisik anak melalui DDTK atau Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Ada dua jenis DDTK yang perlu Anda ikuti, yakni tes dan non tes.
DDTK tes adalah cara untuk mengidentifikasi permasalahan keterlambatan perkembangan fisik pada anak yang bersifat baku atau standar. Bentuknya bermacam-macam, seperti tes bakat, tugas yang harus anak jawab, dan lain-lain.
Sementara DDTK non tes memantau keterlambatan perkembangan fisik anak dari penampilan serta perilakunya dalam keseharian. Terlepas dari metode apa yang ingin Anda ikuti, cara penanganan ini umumnya melalui beberapa tahapan, yakni:
- Proses identifikasi kasus, yaitu upaya untuk menandai anak yang sekiranya mengalami permasalahan dalam perkembangan fisik
- Identifikasi masalah, yaitu langkah untuk mencari tahu tentang permasalahan apa yang sedang anak hadapi
- Diagnosis, yakni upaya untuk melakukan identifikasi karakteristik permasalahan berikut dengan faktor penyebabnya
- Prognosis, yaitu langkah perumusan beberapa alternatif untuk menangani masalah sesuai hasil identifikasi dan diagnosis
- Treatment atau terapi adalah upaya bantuan atau perwujudan dari prognosis
Jenis terapi itu sendiri dapat berbeda-beda, tergantung permasalahan keterlambatan perkembangan fisik yang ada di dalam diri anak. Beberapa di antaranya, yakni terapi sensori, wicara, perilaku, okupasi, hidroterapi, hingga fisioterapi.
Kesimpulan
Selain menangani secara medis, penting juga memberi lingkungan yang tepat bagi anak agar terhindar dari keterlambatan perkembangan fisik, termasuk dari segi pendidikan. Pilih sekolah yang membuat anak benar-benar nyaman, baik dari segi tenaga pendidik, lingkungan, sistem belajar, dan lain-lain.
Salah satu sekolah yang memenuhi kriteria tersebut adalah Prestasi Global. Dengan sistem pendidikan berbasis Islami, kami berkomitmen untuk menyiapkan generasi penerus yang kreatif, religius, entrepreneur, serta peduli lingkungan.
Bagaimanapun keterlambatan perkembangan fisik merupakan PR bersama, karena penyebabnya sendiri sangat kompleks. Bersama Prestasi Global, mari dampingi anak sejak dini untuk masa depan yang lebih baik.
Baca Juga : 15 Manfaat Pentingnya Asupan Omega 3 untuk Tumbuh Kembang Anak
1. Apa saja tanda-tanda anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang?
Tanda anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang dimulai dari badannya yang terlihat sangat kurus, lebih pendek dari teman sebayanya, ukuran kepala tampak kecil atau besar, belum mampu berinteraksi, tidak bisa merespon suara dan belum mampu melakukan hal dasar.
2. Apa saja faktor yang dapat menghambat perkembangan fisik pada anak?
Terdapat beberapa faktor yang menghambat perkembangan fisik pada anak seperti keterbatasan aktivitas, tekanan lingkungan, kondisi geografis, malnutrisi, status sosial dari ekonomi bawah, polusi udara dan gangguan emosional.
3. Bagaimana cara untuk menangani permasalahan keterlambatan tumbuh kembang yang terjadi pada anak?
Cara menangani permasalahan anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang bisa dengan senantiasa memantau perkembangan fisik anak melalui DDTK atau Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Ada dua jenis DDTK yang perlu Anda ikuti, yakni tes dan non tes. DDTK tes adalah cara untuk mengidentifikasi permasalahan pada anak yang bersifat baku atau standar. Bentuknya bermacam-macam, seperti tes bakat, tugas yang harus anak jawab, dan lain-lain. Sementara DDTK non tes memantau perkembangan anak dari penampilan serta perilakunya dalam keseharian.