Apabila anak suka berbicara sendiri apakah wajar, dan haruskan orang tua khawatir? Jawabannya wajar, orang tua tidak perlu khawatir mengenai hal ini. Hanya saja, apabila sudah berlebihan Anda wajib tahu cara mengatasi anak yang sering bicara sendiri. Untuk mengetahui bagaimana cara menghentikannya bila sudah terlalu sering, Anda wajib tahu penyebabnya. Ada berbagai aspek yang penyebab sering bicara sendiri.
Penyebab Anak Sering Bicara Sendiri
Berikut ini alasan kenapa anak sering bicara sendiri :
1. Anak Sedang Mengekspresikan Pikirannya
Bukan cuma anak kecil, anak remaja sering bicara sendiri, orang dewasa juga sebenarnya sering bicara sendiri. Cuma, pada remaja dan dewasa biasanya pikiran yang sedang mereka pikirkan ia keluarkan dipikiran saja tanpa diucapkan. Sedangkan pada anak-anak pemikiran yang mereka pikirkan langsung anak keluarkan dengan berbicara. Contohnya saja ketika ia sedang membaca, atau mewarnai. Komentar mereka tentang gambar atau bacaan yang saat itu mereka baca mereka ucapkan.
Jadi, untuk alasan satu ini memang benar wajar bukan? Hanya, cara anak mengeluarkan pikiran beda dengan yang remaja dan orang dewasa lakukan. Orang dewasa atau remaja lebih memilih untuk menyimpannya sendiri.
2. Mempelajari Bahasa dengan Caranya
Penyebab lain dari anak bicara sendiri adalah ia sedang mempelajari bahasa. Pendapat ini dikemukakan oleh Ester Cole, seorang psikolog dari Toronto. Lebih lanjut, Cole menjelaskan bahwa kondisi ini sama saja dengan balita yang sedang belajar berjalan. Anak biasanya melakukan hal ini dengan bermain peran sembari mengeksplorasi bahasa dan apa yang bisa ia lakukan. Contohnya saja ketika anak sedang bermain boneka, tidak jarang mereka menganggap boneka tersebut benda hidup, bukan?
Role playing, atau bermain peran yang anak lakukan tidak jauh dari apa yang ia lihat. Anak mencontoh orang-orang di sekitarnya baik dari ucapan maupun perbuatan. Untuk itu, sebaiknya orang tua menjaga betul apa yang mereka ucapkan pada anak agar jangan sampai mereka menirunya.
3. Membantu Anak Mengorganisir Pikirannya
Penelitian Early Childhood Research Quarterly menyimpulkan bahwa anak yang bicara sendiri punya kemampuan motorik yang baik. Saat anak berbicara sendiri, tidak selalu ia sedang menghayal atau berfantasi. Akan tetapi, ada kalanya juga ia sedang mengorganisir pikirannya. Ia berusaha memproses kejadian apa yang baru terjadi, dan bagaimana menanggapi kejadian itu. Anak juga ingin mencoba menemukan pemecahan sendiri tanpa bantuan orang tua. Cara ini lebih efektif bagi anak karena dengan berbicara bisa membantu mengarahkan proses berpikir.
4. Anak Berusaha Mengingat Memori yang Pernah Ia Alami
Satu lagi penyebab anak suka berbicara sendiri adalah ia tengah mencoba mengingat memori terdahulu. Perlahan anak berusaha menggali memori tersebut. Dalam proses mengingat inilah anak berbicara sendiri, ia berusaha menafsirkan ingatannya.
5. Mencoba Mengenal Diri Sendiri
Sama seperti orang dewasa, anak juga suka mencari tahu tentang dirinya. Ketika melakukan suatu hal anak mencoba memikirkan hal tersebut dari sudut pandang orang lain. Ia berusaha mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan dan seperti apa jadinya di masa depan.
Contohnya, ketika anak bermain bola sambil berbicara, atau bermain piano. Ia mencoba mencari tahu apakah di masa mendatang ia akan menjalani profesi tersebut. Tentunya pemikiran ini tidak serumit seperti yang orang dewasa pikirkan. Pada anak-anak, hasil pemikiran ini biasanya berupa cita-cita. Contohnya, seperti ia ingin menjadi dokter karena ingin menolong orang
Penyebab-penyebab di atas adalah beberapa hal yang menyebabkan anak berbicara sendiri. Ternyata, di balik semua itu anak sedang berusaha untuk mempelajari dan mengeksplorasi diri dan apa yang ada di sekitarnya. Kebiasaan ini positif karena memang memiliki banyak manfaat bagi anak. Akan tetapi, sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik. Apabila Anda menemukan anak sudah melewati batas, hentikan hal tersebut.
Anak yang suka berbicara sendiri bukanlah hal buruk, dan bisa dikatakan memiliki manfaat tersendiri. Hanya saja, sesuatu yang bermanfaat ini bisa berubah apabila terlalu banyak. Untuk itu, sebagai orang tua Anda seharusnya bisa mengatasi masalah anak yang berbicara sendiri. Sebelum masuk ke pembahasan bagaimana cara mengatasinya, tahukah Anda seberapa sering anak berbicara sendiri sampai Anda hentikan?
Kapan Seharusnya Orang Tua Menghentikan Anak yang Berbicara Sendiri?
Sesuatu yang berlebihan bisa mengubah apa yang baik menjadi kurang baik. Sama halnya dengan anak yang berbicara sendiri, meskipun itu bagus, tetap tidak boleh berlebihan. Hanya saja, kapan kebiasaan itu bisa Anda katakan berlebihan dan memberhentikan anak? Jawabannya adalah ketika anak tiba-tiba lebih sering berbicara sendiri dan frekuensi anak berinteraksi dengan yang lain lebih sedikit.
Ketika anak tiba-tiba jadi lebih sering berbicara sendiri, ini sudah peringatan. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh sebuah kejadian yang membuat anak trauma. Jadi, ia lebih suka menyendiri dan berusaha masuk ke dunianya sendiri. Kejadian yang membuat trauma pada anak tidak selamanya serius di mata orang tua. Seringkali kehilangan apa yang anak suka seperti hewan peliharaan bisa menyebabkan kondisi tersebut.
Apabila intensitas anak berbicara sendiri tetap, tapi ia tiba-tiba histeris atau menunjukan emosi berlebih, ini juga warning. Tandanya ada sesuatu yang seharusnya tidak terjadi menimpa anak Anda. Oleh karena itu, penting melihat semuanya bukan cuma dari sisi sebagai orang tua. Akan tetapi, melihatnya dari sudut pandang anak akan membuat Anda lebih memahami bagaimana kondisi mereka.
Sekarang, ketika sudah tahu kapan saat yang tepat untuk menghentikannya, apa langkah yang harus diambil? Bagaimana mengatasinya agar anak baik-baik saja dan kembali seperti sedia kala?
Cara Mengatasi Anak yang Suka Berbicara Sendiri
Cara mengobati orang berbicara sendiri atau anak tidak bisa Anda samakan. Semuanya tergantung kondisi anak, jadi apabila setelah Anda mencoba masalah tidak selesai, jangan memaksakannya. Beberapa poin di bawah ini bisa Anda jadikan alternatif solusi apabila anak Anda mengalami kebiasaan ini :
1. Ajak Anak untuk Berinteraksi Secara Langsung
Langkah yang paling cepat untuk menghentikan kebiasaan tersebut adalah dengan mengajaknya berinteraksi. Alihkan perhatiannya dengan hal lain yang membuat anak senang dan sibuk. Contohnya, Anda bisa mengajak anak untuk makan bersama, bermain bersama, atau kegiatan lain. Cara ini tidak selamanya bisa kilat langsung menyelesaikan masalah. Adakalanya Anda harus melakukan hal ini lebih lama tergantung kondisi anak.
2. Bermain Bersama Anak dan Mengajaknya Bermain Bersama Teman
Solusi lain yang bisa Anda coba adalah dengan mengajak anak bermain bersama teman. Bisa dengan mengajaknya keluar bermain di taman sehingga ia bisa bersosialisasi, atau mengundang teman bermain anak ke rumah.
3. Meminta Anak untuk Menceritakan Aktivitasnya
Meminta anak menceritakan aktivitasnya seharian bisa menjadi langkah selanjutnya. Berikan reaksi yang sesuai, dan ajukan pertanyaan hal-hal yang membuat anak antusias.
4. Ikut Serta dalam Dunia Permainannya
Sangat penting memberi tahu anak apa yang nyata dan apa yang hanya ada dalam imajinasinya. Proses edukasi ini tidak bisa berjalan dengan instan, orang tua perlu mengajari anak perlahan agar ia paham apa yang Anda maksud. Salah satu cara agar ia tahu mana fantasi dan mana dunia yang sebenarnya adalah dengan ikut bermain. Misalnya saja, Anda pura-pura “Bonekanya sudah makan belum?”, atau “Apa bonekanya ngantuk?”. Di sela-sela permainan, beritahu anak bahwa ini cuma bermain. Ada kalanya ia harus berhenti dan besok bisa bermain lagi.
5. Membawa Anak ke Psikolog
Pada suatu keadaan, ada masanya Anda harus tahu bahwa ini saatnya profesional ikut campur. Membawa anak ke psikolog bukan berarti ia bermasalah atau stigma negatif lain yang biasanya melekat. Membawa anak ke psikolog bisa membantu anak mengetahui bagaimana kondisi anak. Apakah anak sebenarnya merasa tidak diinginkan, merasa terasingkan, merasa kurang perhatian, ada trauma, atau kondisi khusus. Baru setelah itu Anda bisa mengetahui penyebabnya dan mendapatkan saran serta arahan penyelesaian yang tepat.
Cara Melakukan Konsultasi Psikolog Anak
Pada keadaan tertentu ketika anak memerlukan pertolongan dokter, jangan ragu untuk berkonsultasi. Biayanya memang lumayan mahal, namun apabila Anda memiliki BPJS semuanya bisa gratis. Jadi, tidak usah bingung mengenai persoalan satu ini, ya? Cara untuk bisa melakukan sesi konsultasi hingga selesai, cukup panjang, pertama Anda harus :
1. Menyiapkan Data atau Informasi Anak
Untuk dapat melakukan konsultasi, Anda harus memberikan data awal terlebih dahulu. Ada beberapa detail yang harus Anda beritahukan kepada psikolog sebelum memulai sesi konsultasi, seperti :
- Sejak kapan anak mulai berbicara sendiri dan berlebih
- Menurut Anda apa penyebabnya
- Bagaimana tumbuh kembang anak
- Siapa saja yang rutin berinteraksi dengan anak
Pastikan informasi ini Anda tulis dengan akurat karena akan menjadi pertimbangan psikolog.
2. Mengikuti Sesi Wawancara dan Observasi Anak
Sesi wawancara dan observasi bukan cuma untuk anak, orang tua juga atau wali juga wajib mengikuti sesi ini. Tujuannya agar informasi yang psikolog dapatkan valid dan sesuai kondisi anak.
3. Mengisi Checklist Tumbuh Kembang Anak
Orang tua perlu mengisi checklist agar informasi yang ada semakin akurat dan objektif. Dari informasi ini psikolog juga bisa memeriksa apakah anak mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya atau tidak.
4. Melewati Medical Checkup
Mengetahui kesehatan anak secara keseluruhan penting. Dari hasil ini psikolog akan menganalisa apakah ada masalah fisik yang menjadi sumber masalah. Medical checkup yang perlu anak lakukan dari tes darah, sampai tes IQ dan minat bakat.
5. Tindakan Pasca Konsultasi
Setelah melewati semua sesi konsultasi, maka tahap terakhir adalah psikolog menganalisis semua data. Kemudian, setelah ia tahu penyebabnya baru treatment apa yang tepat bisa psikolog putuskan. Apakah perlu obat-obatan, apa hanya dengan berbicara, dan lain sebagainya. Cukup panjang ya langkah yang harus Anda lewati bila ingin berkonsultasi dengan psikolog? Akan tetapi, meskipun panjang semuanya akan sebanding bagi anak.
Jadi, anak berbicara sendiri bukanlah hal yang aneh atau mengkhawatirkan. Justru ia sedang belajar mengekspresikan dirinya, sampai mempelajari bahasa. Hanya saja, ketika mulai mulai berlebihan dan ada tanda yang tidak biasa, Anda perlu waspada. Cari tahu apa yang terjadi pada anak dan bagaimana cara mengatasi anak yang sering bicara sendiri. Amati apakah Anda bisa menyelesaikannya sendiri, atau perlu bantuan ahli demi anak.
Baca Juga : Cara Agar Anak percaya Diri dan Berani Berbicara
Jawabannya wajar, orang tua tidak perlu khawatir mengenai hal ini. Hanya saja, apabila sudah berlebihan Anda wajib tahu cara mengatasi anak yang sering bicara sendiri.
1. Anak Sedang Mengekspresikan Pikirannya 2. Mempelajari Bahasa dengan Caranya 3. Membantu Anak Mengorganisir Pikirannya 4. Anak Berusaha Mengingat Memori yang Pernah Ia Alami 5. Mencoba Mengenal Diri Sendiri
1. Ajak Anak untuk Berinteraksi Secara Langsung 2. Bermain Bersama Anak dan Mengajaknya Bermain Bersama Teman 3. Meminta Anak untuk Menceritakan Aktivitasnya 4. Ikut Serta dalam Dunia Permainannya 5. Membawa Anak ke Psikolog Apakah menjadi hal yang wajar jika anak bicara sendiri?
Apa saja penyebab anak suka bicara sendiri?
Bagaimana cara mengatasi anak yang suka bicara sendiri?