Seiring dengan pertambahan usia anak, seringkali sifat mereka menjadi sulit untuk dikendalikan. Sifat anak tersebut bahkan bisa mengundang geram para orang tua sehingga ibu atau ayah tanpa sadar kelepasan dan memarahi mereka. Tapi, tahukah Anda? Ternyata ada dampak buruk ketika Anda memarahi anak.
Dampak memarahi anak ini efeknya lebih pada dampak negatif sehingga ayah atau bunda sebaiknya tahu kalau memarahi, meneriaki, atau bahkan mengumpat bukanlah solusi yang tepat untuk menasehati anak. Apa saja sih sebenarnya dampak tersebut? Simak pada ulasan di sini, ya.
1. Perkembangan Otak Anak Terganggu
Photo by David Matos on Unsplash
Beberapa dari Anda mungkin berpikir kalau memarahi anak tanpa memukul saja tidak akan berakibat secara fisik pada anak. Tapi, ternyata sudah ada bukti dalam penelitian kalau Anda sering marah pada anak perkembangan otaknya akhirnya terganggu.
Besar otak anak yang sering terkena marah nyatanya lebih kecil dibandingkan dengan besar otak anak yang tidak pernah atau sangat jarang terkena bentakan. Jadi, dampak dari sering memarahi anak ternyata memang ada secara fisik, ya.
Bagian otak yang paling terpengaruh ketika adalah bagian otak tempat pemrosesan bahasa dan suara. Sebab dari hal itu kemungkinan besar adalah karena otak yang lebih mudah menyerap informasi negatif dibandingkan informasi positif.
Hasilnya, akibat sering memarahi anak balita, otaknya menjadi lebih “tumpul” dan sulit untuk berkembang. Untuk itu, ayah bunda sebaiknya hati-hati, ya kalau ingin melampiaskan emosi pada anak.
2. Anak Bisa Mengalami Gangguan Mental
Jangankan memarahi, kata-kata tertentu saja bisa juga berakibat menyakitkan untuk anak. Apalagi kalau mereka kena marah atau bentak. Dampak berteriak pada anak bisa berakibat pada trauma psikis pada mereka yang akhirnya berefek juga pada gangguan mental anak.
Memarahi anak mungkin menjadi salah satu hal yang bisa membuat anak akhirnya menghargai atau mendengarkan orang tua. Tapi, sebenarnya mereka melakukan perintah ketika kena marah itu atas dasar takut dan bukannya menghargai Anda.
Dari situ, sebenarnya memarahi anak hampir sama dengan proses perundungan pada anak. Dampaknya sama dengan akibat sering memarahi anak remaja, yakni berakibat buruk pada kesehatan mentalnya. Tidak hanya rasa takut, anak bahkan bisa merasakan perasaan kecewa, terluka, dan tidak berharga.
Kalau Anda membiarkan hal itu, lama kelamaan anak akan mengalami depresi. Jangan sepelekan depresi pada anak karena anak masih manusia yang bisa merasakan emosi sehingga masalah depresi dan stres adalah nyata adanya. Jadi, dampak memarahi anak 1 tahun, 2 tahun, atau anak balita ini tidak main-main, ya.
3. Kemungkinan Anak Menjadi Sosok yang Pemarah
Photo by Andre Hunter on Unsplash
Anak-anak itu layaknya spons. Dia bisa menirukan bahkan menjadi fotocopy orang tuanya pun bisa. Istilah buah jatuh tak jauh dari pohonnya bukan istilah yang bisa Anda abaikan begitu saja. Kalau Anda seringkali marah pada anak, maka di kemudian hari mereka bisa saja menjadi sosok yang pemarah.
Dengan sering kena marahi, dalam diri anak akan terbentuk bahwa marah-marah adalah respon paling normal ketika sedang menghadapi masalah. Hal itu akan menjadi masalah di kemudian hari terutama kalau Anda melampiaskannya dengan berteriak-teriak.
Bisa saja anak akan menjadi lebih agresif dengan cara suka memukul atau berkelahi di kemudian hari. Jadi, cara memarahi anak yang benar tentu bukan dengan meneriakinya. Yang perlu Anda lakukan adalah memberikan pengertian padanya dengan sabar dan berhati-hati.
4. Anak Mudah Takut dan Tidak Percaya Diri
Emosi yang sementara seperti marah-marah atau berteriak memang membuat ayah atau bunda langsung merasa lega setelah berhasil meluapkannya. Tapi, bukan berarti kalau anak melakukan kesalahan lantas Anda bisa membentaknya.
Ketika membentak si kecil, tentu mereka akan langsung diam karena merasa takut dan terancam. Bagi orang tua, rasa emosi yang bentuk pelampiasannya dengan marah-marah mungkin hanya terasa sebentar, tapi untuk anak hal itu bisa berakibat jangka panjang.
Anak yang sering kena marah atau bentakan biasanya akan menjadi anak yang penakut dan kurang percaya diri. Mereka takut kalau melakukan sesuatu maka mereka akan terlihat salah di mata orang tua. Jadi, anak-anak yang pendiam itu belum berarti mereka mudah diatur tetapi bisa saja mereka merasa takut.
5. Sifat Egois dan Keras Kepala Tertanam pada Anak
Ketika kena marah, tanpa sadar anak akan membentuk semacam mode pertahanan diri. Cara memberikan pertahanan diri pada setiap individu berbeda-beda. Ada yang hanya diam hingga merasa depresi, ada juga yang memberikan perlawanan meski hanya berani memberikan perlawanan di dalam dirinya sendiri.
Cara perlawanan yang paling bisa anak lakukan adalah dengan memberikan tembok pada sekitarnya karena benci perasaan tersakiti dari omelan orang tua. Akibatnya, anak akan bisa menjadi pribadi yang egois dan keras kepala tanpa bisa menerima masukan dari sekitar.
6. Anak Menjadi Suka Menentang
Dampak lain dari sering memarahi anak 2 tahun atau balita adalah di kemudian hari anak akan bisa menjadi pribadi yang suka menentang. Sifat ini bisa saja muncul akibat dari pertahanan dirinya.
Karena merasa marah-marah merupakan respon yang biasa, bisa saja mereka akan berbicara balik dengan kasar pada Anda atau bahkan menentang Anda. Bahkan, dalam diri anak akan bisa muncul pemikiran bahwa perkataan orang tua tidak ada yang benar.
Sifat ini akan muncul akibat dari lelahnya mereka kena marah terus menerus. Untuk itu, tips mendisiplinkan anak yang terbaik adalah bukan dengan memarahi mereka. Anda bisa memberikan pengertian pada anak meski memang butuh kesabaran ekstra.
Sebagai orang tua, memiliki kesabaran ekstra itu penting karena dari situlah seni untuk mengasuh anak dengan baik. Dengan sabar membimbing anak, tentunya mereka akan melalui masa pertumbuhan dengan tepat dan sesuai dengan masa pertumbuhan mereka.
7. Anak Menjadi Pribadi yang Tertutup
Dari beberapa kasus mengenai kekerasan pada anak bahkan hanya kekerasan verbal pun bisa memberikan efek negatif pada anak. Efek yang paling terasa adalah anak bisa saja menjadi pribadi yang tertutup dan menyendiri karena tidak pernah merasa melakukan hal yang benar.
Di dalam dirinya, mereka akan merasakan kalau mereka tidak punya hal yang bisa dibanggakan sehingga mereka membangun tembok untuk sekitarnya. Efek psikologis yang satu ini cukup sulit diatasi karena anak akan sulit mengungkapkan apa yang dirasakannya.
Bahkan, akibatnya juga anak menjadi pasif dan tidak punya inisiatif serta kreativitas. Mereka akhirnya hanya menuruti keinginan orang tua tanpa punya keinginannya sendiri.
Jadi, jangan bangga ketika si kecil menjadi pribadi yang penurut sekali. Pada dasarnya, anak kecil pun pastinya punya keinginan tertentu yang umum untuk diutarakan kepada orang tua. Orang tualah yang perlu menyikapi keinginan mereka dengan tepat.
8. Timbul Masalah Kesehatan
Memarahi anak merusak sel otak pada dasarnya sudah dibuktikan dalam penelitian. Tapi, memarahi anak juga bisa membuat anak mengalami beberapa masalah kesehatan umum ternyata juga banyak ditemukan. Salah satunya adalah anak yang seringkali dibentak akan mudah mengalami masalah lambung.
Hal itu karena, anak lebih mudah mengalami tekanan dan stres sehingga jumlah asam lambung lebih mudah meningkat. Hasilnya, anak yang sering kena marah pun mudah mengalami nyeri lambung atau nyeri di bagian ulu hati.
Masalah kesehatan ini adalah salah satu efek fisik secara langsung dari akibat anak yang sering kena marah. Jadi, jangan sampai Anda menyesal setelah memarahi anak karena masalah fisik yang dialami anak ini ternyata nyata.
Selain masalah lambung, membentak anak ternyata juga bisa membuat jantung anak berpacu lebih cepat jika dibandingkan dengan kondisi normal. Jadi, kemungkinan timbulnya masalah jantung akibat sering kena marah juga bukan hal yang main-main, ya.
9. Kepercayaan pada Orang Tua Menurun
Sering memarahi anak 3 tahun atau balita akan menjadikan si kecil bukan lagi pendengar yang baik. Hal itu merupakan akibat dari mereka yang merasa malas mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang tua yang sering marah-marah atau membentak.
Kebiasaan omongan masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan bisa muncul karena seringnya mereka kena marah. Selain itu, kepercayaan mereka kepada orang tua juga bisa menurun dengan drastis. Kemungkinan besar hal itu karena mereka yang merasa tidak nyaman ketika dinasehati.
Padahal, ketika menasehati mungkin Anda menasehati dengan perlahan. Petuah Anda akan dianggap angin lalu sebab sangking seringnya Anda marah-marah dibandingkan dengan menasehati.
Untuk itu, lebih baik Anda hentikan sekarang juga kebiasaan membentak atau meluapkan emosi pada anak karena efeknya pun cukup panjang. Dampak berteriak pada anak ini bahkan bisa hingga mereka dewasa nanti.
10. Anak Termotivasi Mencari Pelampiasan
Mungkin, sebagian orang tua marah-marah untuk menyalurkan emosinya. Kalau memang begitu, lalu anak kalau ingin menyalurkan emosi lewat apa? Ketika orang tua sering memarahinya, mereka akan mulai termotivasi untuk menyalurkan pelampiasan dengan cara yang lainnya.
Bisa saja akhirnya di kemudian hari mereka menyalurkan emosinya dengan cara yang salah, bisa dengan kenakalan-kenakalan remaja yang terlihat sepele hingga pergaulan bebas bahkan narkoba atau obat-obatan terlarang.
Untuk itu, untuk menyalurkan emosi yang negatif, sebaiknya orang tua tahu caranya terlebih dahulu dan bisa menyalurkannya dengan tepat. Karena, orang tua yang sehat dari segi emosi dan mentalnya juga bisa memberikan kontribusi positif pada anak.
11. Konsentrasi Anak Menurun
Dampak negatif lain dari kemarahan orang tua adalah, konsentrasi anak menjadi menurun. Kondisi semacam ini jelas akan sangat merugikan si kecil karena mereka akan sulit berkembang baik dalam pelajaran maupun ketika beraktivitas sehari-hari.
Turunnya konsentrasi disebabkan oleh otak yang sulit untuk berkembang serta masalah psikis tentunya. Jadi, marah-marah terutama kalau sering sebenarnya bisa memberikan efek jangka panjang yang negatif untuk anak.
Bahkan, kemungkinan self harm atau melukai diri sendiri juga cukup tinggi pada anak yang sering kena marah. Hal itu merupakan efek psikis karena mereka merasa diri mereka tidak berharga dan tidak ada hal yang membanggakan dari diri mereka sendiri.
Pada dasarnya, marah-marah hanya akan memberikan kontribusi negatif dan dampak yang buruk pada anak, baik dampak jangka panjang atau jangka pendek. Bahkan, dampak memarahi anak hanya bisa membuat hubungan orang tua dan anak merenggang.
Baca Juga : Terdapat 2 Faktor Yang Dapat Menanamkan Kedisiplinan Pada Anak Usia Dini! Apakah Itu?
Untuk itu, sebaiknya orang tua bisa tahu cara mengatur emosinya dengan baik supaya bisa tetap sabar menghadapi anak meski mungkin tingkah polah anak yang terkadang sulit untuk orang tua hadapi.
Bagaimana mental anak yang sering dibentak?
Remaja yang kerap dimarahi juga dapat merasa sakit hati, takut, hingga sedih karena orangtuanya terus melakukan kekerasan verbal. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah psikologis yang lebih dalam bahkan terjadi hingga dirinya dewasa. Masalah tersebut dapat meningkatkan gejala depresi atau kecemasan
kenapa anak selalu disalahkan orang tua?
Penyebab anak selalu salah dimata orang tua adalah bisa jadi orang tua tersebut memiliki kepribadian narsistik. Narcissistic personality disorder (NPD) atau narsistik adalah salah satu gangguan yang menyebabkan penderitanya memiliki rasa diri yang tinggi.
Apa Boleh orang tua membentak anak?
Berteriak pada anak menurut islam adalah dilarang. Diriwayatkan dalam hadits saat mengurus anak, orangtua seharusnya bisa bertindak seperti anak-anak ketika sedang bersama si kecil, orangtua harus lebih bisa memahami anak-anaknya dengan lebih baik.