Overparenting pada anak adalah istilah lain dari overprotective atau helicopter parenting. Tipe parenting ini cukup mendapatkan perhatian khusus dan perlu untuk ditangani dengan segera karena menyangkut kehidupan anak, baik sejak dari masa kecil hingga masa dewasanya.
Ada pun tentang parenting, menjadi orang tua merupakan pekerjaan seumur hidup. Ia memerlukan dedikasi tiada akhir serta merupakan sebuah profesi yang menguras waktu, tenaga dan materi. Hanya saja, memiliki anak sebagai bagian dari takdir merupakan anugerah terbaik yang pernah dimiliki manusia.
Tak lupa dengan kultur di Indonesia yang sangat mengagungkan anak. Banyak orang tua yang kemudian terjebak dengan argumen memberikan yang terbaik bagi anak yang seringnya bisa kelewat batas atau bisa disebut dengan overparenting.
Lalu apa itu sebenarnya overparenting, apa tanda-tanda serta dampaknya pada anak? Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pola asuh terlalu mengekang tersebut? Mari simak penjelasan di bawah ini.
Pengertian Overparenting
Parenting bisa saja menjadi sebuah momok bagi sebagian orang, bahkan bisa menyebabkan anxiety. Betapa tidak, ketika menjadi orang tua baru, maka akan datang banyak kejutan yang cukup menguras emosi dan mental.
Setidaknya, ada beberapa tipe pola pengasuhan anak yang berkembang. Misalnya saja overparenting yang bisa juga disebut sebagai tindakan orang tua yang terlalu ikut campur dalam kehidupan anak.
Photo by Guillaume de Germain on Unsplash
Overparenting merupakan salah satu pola asuh yang terlalu mengatur anak. Pola asuh ini biasanya muncul karena sebagai orang tua biasanya memiliki tendensi menginginkan segalanya sempurna untuk sang anak.
Hanya saja tipe pengasuhan pada anak ini bisa berimbas pada banyak hal. Sebut saja pada kemampuan anak di masa depan serta tingkat kepercayaan diri mereka di kemudian hari.
Perhatian utama dalam tipe pola asuh ini adalah orang tua yang terlalu masuk dalam masalah anak, pengalaman anak, serta yang paling utama tentang pilihan pendidikan anak.
Orang tua tipe ini biasanya akan memberikan tekanan yang lebih besar pada sang anak. Seringnya juga memutuskan banyak hal tanpa meminta pertimbangan dari si anak.
Selanjutnya, apakah Anda tipe orang tua seperti ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas tentang tanda-tanda overprotective parents pada poin selanjutnya.
Tanda-Tanda Overparenting yang Perlu Anda Sadari
Apakah Anda pernah bertanya-tanya apakah yang Anda lakukan untuk buah hati Anda sudah benar dan sesuai dengan standar ideal sebagai orang tua yang baik? Atau apakah Anda justru merasa tidak pernah puas dengan apa yang Anda berikan untuk si Kecil?
Photo by Tommy Van Kessel on Unsplash
Untuk mengetahui apakah Anda memiliki gejala overparenting, simak poin-poin di bawah ini:
1. Terlalu Ketat
Ada beberapa tanda pola overprotective, salah satunya adalah caranya dalam memperlakukan si anak. Orang tua yang terlalu berlebihan dalam pengawasannya bisa dianggap sebagai helicopter parenting.
Memang bisa dimengerti bahwa sebagai orang tua, Anda pasti tidak tega melihat si Kecil terluka atau merasa tidak nyaman. Tapi hal tersebut justru tidak baik bagi perkembangan anak di masa depan.
2. Keputusan oleh Orang Tua
Orang tua kebanyakan merasa memiliki pengalaman lebih banyak dan tahu segala hal. Untuk itulah, kadang kala segala keputusan tentang arah hidup anak ditentukan oleh sang orang tua.
Contoh paling mudahnya adalah fenomena para orang tua yang menjodohkan anaknya bahkan sejak sebelum lahir. Ini bisa jadi tanda dari overparenting karena keputusan ini dianggap diputuskan secara sepihak.
3. Terlalu Mengatur Aktivitas Anak
Pernahkah Anda menyaksikan tayangan Little Prince dengan sang tokoh anak perempuan harus benar-benar mengikuti papan jadwal kegiatan harian yang telah dibuat oleh Ibunya?
Jika belum, maka izinkan kami menggambarkannya. Dalam film tersebut, ada papan besar yang menunjukkan segala aktivitas yang harus dilakukan si anak perempuan dalam sehari.
Urutan kegiatan dan waktunya sangat teliti dan tidak ada celah untuk bermain-main. Semuanya telah diatur dan jika tidak dilaksanakan, maka akan ada hukuman bagi si anak.
Nah, dari penjelasan tersebut, orang tua yang terlalu mengatur kegiatan anak adalah termasuk tanda overparenting. Anak menjadi tidak bisa berkreasi dengan waktunya.
4. Takut Anak Gagal
Orang tua yang telah makan asam garamnya kehidupan, kadang kala menjadi sangat paranoid ketika menyaksikan sebuah kegagalan. Perasaan ini kemudian bisa menurun pada caranya dalam mendidik sang anak.
Orang tua yang sangat takut akan kegagalan, dapat menyebabkan tindakan tidak rasional dalam pengasuhannya. Banyak larangan maupun peraturan yang dibuat dengan dalih demi melindungi anak dari kegagalan.
Memperlakukan anak seperti berlian yang harus dilindungi dengan sedemikian rupa sehingga si anak menjadi ikut takut dalam melangkah atau dalam mengambil keputusan.
5. Mengatur Orang Lain
Jika Anda sangat sensitif atau iritasi dengan cara orang lain menggendong atau memperlakukan anak Anda, bisa jadi itu adalah tanda overparenting.
Pola asuh ini biasanya membuat orang tua menjadi sangat tidak bersahabat bahkan selalu mengkritik orang-orang yang berniat untuk menggendong atau dekat dengan si anak.
Tentunya ini sangat tidak menyenangkan, karena bisa dianggap terlalu berlebihan yang efeknya bisa menyebabkan anak kurang bisa berbaur dengan masyarakat di kemudian hari.
6. Hadiah dan Hukuman Tidak Tepat
Gejala lain dari overparenting adalah orang tua yang cenderung memberikan hukuman terlalu keras jika anak melakukan kesalahan. Selain itu, bisa juga terlalu memanjakan anak dengan memberikan hadiah secara berlebihan.
Untuk lebih mudahnya, tanda ini bisa Anda lihat dari pola asuhan yang dilakukan oleh orang tua sepupu Harry Potter dalam film dengan judul yang sama – Harry Potter.
Dalam tayangan tersebut, orang tua sepupu Harry terlalu memanjakan si anak dengan menuruti segala keinginan anak. Memberikan hadiah ulang tahun secara berlebihan serta mentolerir raungan anak ketika tidak dituruti.
7. Micromanaging Pertemanan Anak
Overprotecting juga bisa dikenali dengan perilaku orang tua yang terlalu berambisi dengan kehidupan sosial anak. Benar bahwa pergaulan anak zaman sekarang cukup mengkhawatirkan.
Hanya saja jika Anda terlalu ikut campur dengan cara mereka membangun pertemanan atau sebagai polisi siapa saja yang bisa masuk dalam kehidupan anak Anda, ini bisa dianggap terlalu berlebihan dan dapat melukai mental si anak.
Dampak Overparenting Pada Anak
Telah dijelaskan tentang gejala overparenting di atas. Selanjutnya, izinkan kami untuk membahas dampak overparenting pada anak. Apa saja yang akan terjadi jika Anda menerapkan pola pengasuhan pada anak seperti ini?
1. Menjadi Pribadi Penakut
Anak bisa tumbuh menjadi seorang penakut jika selama hidupnya selalu dilindungi dari dunia luar atau anak tidak dibiarkan untuk merasakan kegetiran hidup.
Mereka menjadi takut untuk melangkah atau melakukan banyak hal karena terlanjur berpikir bahwa semua pilihan yang tidak pasti di luar sana terlalu riskan.
2. Manajemen Emosi Payah
Anak yang besar di bawah payung overparenting bisa menjadi pribadi yang tidak terkendali. Mereka yang sudah terbiasa menjaga atau menyimpan emosi mereka sendiri, bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak tahu cara mengelola emosinya.
3. Tidak Memiliki Keterampilan untuk Hidup
Orang tua yang terlalu ikut campur dalam kehidupan anak menyebabkan si anak tidak memiliki keterampilan hidup. Mereka yang biasanya selalu diatur orang tua akhirnya bisa terlalu bergantung pada Anda sebagai si tetua.
4. Tidak Mampu Membela Diri
Selain yang telah disebutkan di atas, dampak overparenting pada anak juga menyebabkan anak tidak mampu membela diri. Mereka menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi konflik secara tiba-tiba.
Overparenting yang juga bisa dianggap sebagai pola asuh terlalu memanjakan anak, membuat si anak nyaman dan bagai hidup di dalam bunker aman. Padahal di luar bunker, kehidupan bisa sangat menarik juga berbahaya.
Orang tua yang tidak bisa hidup selamanya menemani si anak, maka ketika tiba saatnya si Kecil menghadapi kenyataan mereka bisa kehilangan pegangan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan jika ada yang melakukan konfrontasi.
5. Depresi dan Kurang Percaya Diri
Dampak lain dari pola helicopter parenting adalah anak menjadi lebih mudah untuk depresi dan tidak percaya diri. Orang tua yang memberikan tekanan terlalu besar dapat menyebabkan si anak tidak bisa santai dalam menjalani hidup.
Lihat saja bagaimana angka bunuh diri pelajar di Korea yang cukup menyita perhatian dunia. Dikatakan bahwa harapan orang tua pada anak di Korea sangat tinggi. Kondisi sosial tersebut terlihat dari drama korea yang selama ini digandrungi masyarakat luas.
Anak-anak tersebut dipaksa untuk selalu menjadi yang terbaik. Bahkan harus mengikuti berbagai kegiatan bimbingan belajar dari pagi hingga larut malam. Selanjutnya jika anak tidak mendapatkan peringkat seperti yang diharapkan, si orang tua akan mengamuk di sekolah.
Ilustrasi tersebut merupakan bagian dari pola overparenting yang sangat menyesakkan, baik bagi si anak juga bagi mereka yang menyaksikannya. Sehingga tak mengherankan angka bunuh diri pelajar di Korea cukup tinggi akibat depresi berkepanjangan.
6. Menjadi Pribadi Manipulatif
Jika pola pengasuhan ini terlalu dibiarkan berlama-lama, anak bisa tumbuh menjadi pribadi manipulatif. Mereka akan menjadi mahir untuk memberikan argumen balik jika orang tua mulai mengatur hidup mereka.
Hal tersebut dikarenakan anak-anak korban overparenting ini memiliki kemungkinan untuk merasa muak dengan segala aturan dan perhatian yang orang tua berikan di fase tertentu dalam hidupnya.
Untuk itulah jika mereka sudah hafal dengan segala aturan yang diberikan, mereka bisa menjadi pribadi yang selalu siap untuk bertengkar dan beradu pendapat dengan orang tua mereka.
Solusi Overparenting
Sebagai orang tua yang menginginkan terbaik bagi anak memang tidak salah. Tapi karena hidup selalu penuh dengan masalah dan kekecewaan, maka ada baiknya untuk memberikan jeda dan ruang bagi anak untuk mengenali hal tersebut. Untuk keterangan lebih jauhnya, berikut rangkuman dari kami:
1. Sabar
Sabar adalah kunci penting dalam parenting. Jangan terlalu terburu-buru atau terlalu bersemangat untuk memberikan segalanya pada sang buah hati. Biarkan mereka untuk melakukan sedikit usaha untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
2. Proporsional
Pada akhirnya parenting adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan empati tinggi. Sebagai orang tua, Anda harus tahu kapan harus ikut campur dengan urusan anak, kapan harus melihat mereka dari samping.
3. Biarkan Mereka
Hal lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan membiarkan anak untuk menjelajahi dunia dengan pengetahuannya. Misalnya jangan terlalu ikut campur jika anak sedang bermain di taman bersama teman-temannya.
Selain itu, Anda juga bisa membiarkan mereka untuk merasakan kegagalan. Dengan begitu, diharapkan Anda sebagai orang tua bisa lebih bijaksana serta anak bisa belajar manajemen emosi.
Kesimpulan
Menjadi orang tua memang sebuah perkara susah dan juga gampang karena yang Anda hadapi adalah manusia dengan perasaannya sendiri.
Untuk itulah, sangat disarankan untuk selalu belajar bagaimana caranya menjadi orang tua yang baik serta untuk menghindarkan Anda dari helicopter parenting.
Serta dapat disimpulkan bahwa overparenting pada anak adalah pola asuh yang sebaiknya dihindari guna menciptakan generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berdaya saing.
Baca Juga : 10 Akibat Menerapkan Strict Parenting Pada Anak Remaja
1. Apa saja tanda-tanda orang tua yang overparenting pada anaknya?
Tanda-tanda orang tua yang overparenting kepada anaknya adalah terlalu ketat, semua keputusan diambil oleh orang tua tanpa memperdulikan kemauan si anak, terlalu mengatur aktivitas anak, memiliki ketakutan akan kegagalan anak, memberikan hadian dan hukuman yang tidak tepat dan orang tua terlalu micromanaging pertemanan anak.
2. Apa dampak overparenting pada anak?
Dampak yang bisa dialami oleh anak yang memiliki orang tua yang overparenting adalah memiliki pribadi yang penakut, manajemen emosi yang tidak stabil, tidak memiliki keterampilan untuk hidup, tidak mampu membela diri, sering depresi dan kurang percaya diri serta anak akan menjadi pribadi yang manipulative.
3. Bagaimana solusi yang bisa dijalankan oleh orang tua agar tidak overparenting?
Solusi yang tepat bisa dijalankan oleh orang tua agar tidak overparenting pada anak adalah melatih kesabaran, menjadi orang tua yang proporsional, tau apa yang harus dibatasi, dan kapan harus ikut campur urusan anak, membiarkan anak berkembang beraktivitas untuk mengeksplore dunianya sendiri.