Memupuk rasa percaya diri, terutama rasa percaya diri anak-anak tidak bisa dikatakan mudah. Dimana rasa percaya diri tidak hanya diperlukan pada saat ‘unjuk gigi’ di depan umum atau orang banyak saja. Akan tetapi rasa percaya diri adalah, sebuah keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam melakukan sesuatu hal. Apabila seorang anak sudah memiliki rasa percaya diri yang tinggi, maka akan ada banyak sekali hal positif yang akan timbul dalam dirinya.
Selain itu, ketika seorang anak sudah merasa percaya diri, maka sudah pasti si kecil akan merasa nyaman dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Dirinya akan lebih berani mencoba berbagai macam hal baru ,dan pastinya tidak akan selalu ‘menempel’ pada orang tuanya. Seorang psikolog anak dan keluarga yang bernama Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, dalam hal ini memberikan beberapa tips agar percaya diri anak tumbuh dengan baik dan benar. Tips tersebut akan dibagi dalam 3 fase masa pertumbuhan.
Pada 1 Tahun Pertama
Memasuki tahun pertama dalam tumbuh kembang anak, dan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain :
- Pelukan
Dalam masa ini, orang tualah yang menjadi sosok paling dekat dengan sang buah hati. Dimana sosok seorang ibu, yang akan menjadi sahabat paling setia, dan akan selalu menemaninya. Jadi Anda para ibu sebaiknya memberikan pelukan sesering mungkin. Sebuah pelukan akan memberikan rasa nyaman pada anak-anak. Ketika seorang anak sudah merasa nyaman, maka akan timbul rasa percaya diri dalam dirinya, terutama dalam bertindak. Timbulnya rasa nyaman ini, tentu saja akan berpengaruh pada anak pada tahapan usia selanjutnya. Dimana rasa nyaman yang diberikan oleh keluarganya, akan memberikan sugesti dalam diri anak, bahwa dirinya diterima dan disayangi oleh keluarga. - Kelekatan
Selain memberikan pelukan, Anda juga harus memberikan rasa lekat pada buah hati Anda. Rasa lekat ini juga harus diberikan oleh kedua orangtuanya. Terutama ibu, caranya adalah dengan memberikan ASI sejak dini. Dengan memberikan ASI, akan membangun rasa lekat, pada anak dan orang tua. Pada masa ini, membangun kelekatan antara orang tua dan anak, sangat bermanfaat agar anak jadi dekat dan melekat pada orang tuanya. - Sensitif Terhadap Kebutuhan
Bangun rasa sensitifitas Anda terhadap si kecil. Walaupun tangisannya terdengar serupa. Namun jika Anda mampu membangun rasa sensitifitas tersebut, maka Anda akan mengerti makna di balik tangisan tersebut. Karena sejatinya, masing-masing tangisan mengandung arti yang berbeda-beda. Apakah si kecil menangis karena lapar, membutuhkan istirahat, merasa tidak nyaman karena popoknya sudah penuh dan ingin ganti popok, atau yang lainnya.
Untuk membantu Anda dalam membangun sensitivitas tersebut, maka Anda harus membentuk rutinitas tertentu, sehingga kebiasaan pada anak Anda akan lebih terkontrol. Dari adanya kebiasaan tersebut, sang anak akan merasa dimengerti oleh orang tuanya, dan pastinya anak akan merasa nyaman.
1-3 Tahun
Masuk ke fase berikutnya, yaitu ketika anak berusia 1 hingga 3 tahun. Maka ada beberapa tahapan lebih lanjut yang harus Anda sebagai orang tua, terhadap buah hati Anda. Pada tahap ini, bisa dikatakan sebagai tahap tantangan terhadap Anda para orang tua, dalam memberikan pola asuh yang tepat pada sang buah hati. Salah memberikan penanganan, akan berdampak pada psikologi dan tumbuh kembang anak itu sendiri.
- Childproofing
Pada fase ini, Anda harus membuat lingkungan rumah, dengan sangat ramah, dan pastinya aman untuk tumbuh kembang buah hati atau istilah lainnya Childproofing. Pada saat anak memasuki usia 1 hingga 3 tahun, anak akan mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Apapun yang dilihatnya, dan dinilai menarik, maka dia akan berusaha menyentuhnya.
Tidak jarang, hal ini akan menimbulkan kerusakan, yang bahkan mampu mencelakakan dirinya sendiri. Itu sebabnya, Anda sebaiknya membuat dan membangun rumah yang ramah untuk anak Anda. Dalam hal ini perhatikan berbagai macam barang atau benda yang berpotensi membahayakan keselamatan sang anak. Misalnya ujung meja yang runcing dan tajam, atau yang lainnya. Untuk mengatasinya, sebaiknya lindungi meja tersebut dengan benda tumpul, sehingga ketika sang anak menyentuh, atau tidak sengaja menyentuhnya, maka sang anak akan terlindungi.
- Cermati Kata-kata
Ketika Anda sedang berbicara pada sang anak, maka selalu gunakan kata-kata yang sederhana, dan mudah dimengerti oleh sang anak. Sebagai orang tua, ada kalanya, Anda menggunakan kata ‘jangan’, guna melarang si kecil, dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Misalnya saja ‘jangan naik’, dalam hal ini, sang anak akan merasa bingung dalam mencerna kata-kata ‘jangan’ dan juga ‘naik’.
Hal yang tidak diharapkan adalah, apabila sang anak hanya mendengar kata-kata yang di belakangnya saja. Maka dirinya akan memanjat sesuatu yang dapat membahayakan dirinya. Namun jika si kecil sudah mulai paham akan sesuatu hal, maka dirinya akan lebih memahami segala sesuatunya dengan baik. Bahkan dirinya akan lebih percaya diri dalam bertindak.
- Ajarkan Konsekuensi
Seiring berjalannya waktu, anak akan mulai melakukan kesalahan. Pada waktu inilah, Anda sebaiknya mengajarkan sang anak tentang sebuah konsekuensi, atas apa yang dirinya lakukan. Dalam mengajarkan konsekuensi ini, Anda tidak perlu berbuat kasar atau bahkan berteriak.
Misalnya saja, si kecil menumpahkan air yang ada dalam gelas, baik dengan cara sengaja atau tidak. Maka ajarkan si kecil, untuk membersihkannya. Secara tidak sadar, dan secara perlahan, anak akan tahu dan belajar bagaimana cara bertanggung jawab. Tidak hanya itu, dirinya akan merasa bangga, ketika berhasil menyelesaikan konsekuensi yang dilakukannya.
- Pujian yang Spesifik
Adapun cara agar percaya diri di depan rumah atau bahkan di tempat lainnya dalam diri anak timbul adalah dengan memberikan pujian. Tidak ada salahnya jika Anda memberikan pujian pada apa yang dilakukan oleh sang anak. Memberikan sebuah pujian, akan menjadi hal yang sangat baik, ketika sang anak berhasil dan selesai melakukan suatu hal. Dengan adanya pujian tersebut, akan timbul keyakinan dalam diri sang anak, bahwa dirinya berhasil dan benar dalam melakukan suatu tindakan. Hasilnya rasa percaya diri akan terus tumbuh dan berkembang.
Yang harus diperhatikan disini, pujian yang harus dilakukan adalah pujian yang spesifik. Anda sebaiknya memuji usaha yang dilakukan oleh sang anak, bukan anaknya yang dipuji. Misalnya saja, ketika sang anak berani naik ke atas panggung. Dalam hal ini Anda, sebagai seorang ibu, akan mengatakan bahwa Ada bangga karena sang buah hati, mampu bergerak secara lincah dengan senyuman yang selalu terpancar. Kata-kata itulah, yang akan membuat anak merasa senang, dan tahu atas apa yang berhasil dilakukan dan dicapainya.
3 Tahun
Memasuki fase ketiga, dimana anak akan berusia 3 tahun, atau bahkan lebih. Akan ada beberapa tahap lanjutan, yang akan dilakukan oleh Anda sebagai orang tua, dalam memberikan perlindungan, membantu rasa percaya diri, dan proses tumbuh kembang lainnya pada anak. Pada masa ini, beberapa masalah pola asuh dan juga pola pendidikan untuk menambah percaya diri anak, tidak terlalu jauh berbeda, hanya lebih memantapkan, dan ditambah dengan beberapa hal lainnya.
- Tetap Lakukan Rutinitas
Memasuki usia 3 tahun, maka sang anak sudah mulai beranjak dewasa. Tidak hanya itu, aktivitasnya pun juga jauh lebih beragam. Tapi dalam hal ini tidak ada salahnya jika rutinitas setiap hari harus tetap Anda terapkan. Adanya rutinitas tersebut baik, untuk membantu memprediksi kondisi sang anak. Pada saat anak sedang bersemangat dan juga dalam kondisi segar, maka dirinya akan mulai mengembangkan ide yang ada dalam dirinya. Anda dalam hal ini, sebaiknya membantu mengembangkan berbagai macam ide kreatif yang dimiliki sang anak. Cara menjadi orang yang percaya diri dan berani, juga dapat dilakukan dengan cara seperti ini. Yaitu membangun kreatifitas dan didorong oleh orang lain. - Be Positive
Pada usia ini, Anda juga harus lebih percaya pada sang anak, dan jangan selalu berburuk sangka atas berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sang anak. Cermati, dan ajak sang buah hati untuk berterus terang akan berbagai macam hal yang dilakukan dan akan dilakukan. Jangan cepat memvonis, atau bahkan berpikiran buruk. Siapa tahu, hal yang dilakukan sang anak merupakan ide hebat, yang sudah dipikirkannya secara masak-masak. Teknik ini sekaligus menjadi salah satu langkah atau cara menjadi berani berbicara anak terhadap orang selain dirinya.
Ada kalanya sifat pembangkang yang dilakukan oleh sang anak, bukan semata-mata dia tidak mentaati atau mengerti perintah yang ada. Megingat ada kalanya orang tua yang tidak mengerti kebutuhan sang anak itu sendiri. Jadi Anda sebagai orang tua, harus lebih mengerti anak.
Ada kalanya ketika sang anak melakukan membangkang, yang tidak lain sebagai langkah yang diambil anak, agar orang tuanya menuruti apa yang menjadi keinginannya. Jika hal ini terjadi, maka Anda perlu menjelaskan dengan baik, tenang, dan pastinya dengan kata-kata sederhana yang dimengerti anak, bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi dan ditaati. Walaupun awalnya terlihat sulit, namun jika sang anak terus diberi pengertian, secara perlahan. Maka lambat laun anak akan mengerti dan tidak akan memaksakan kehendaknya.
Apabila sang anak tetap memaksa, agar orang tua memenuhi keinginannya, walaupun Anda sudah memberi peringatan yang jelas, sebaiknya hindari selama beberapa waktu, sampai sang anak merasa lebih tenang. Atau Anda juga dapat mengajarkan sang anak, atas konsekuensi yang akan ditimbulkan, ketika dirinya terus memaksakan keinginannya.
Misalnya saja sang anak ingin membeli sesuatu, tapi uangnya tidak ada, jika adapun hanya cukup untuk ongkos pulang. Maka berikan konsekuensi pada anak, bahwa jika permintaannya dipenuhi, maka Anda dan sang anak harus pulang berjalan kaki.
- Berikan Pilihan
Mengingat anak sudah mulai beranjak dewasa, tidak ada salahnya jika Anda juga mengajarkan sang anak, dalam masalah pilihan. Misalnya saja soal makanan, dalam hal ini sang anak ingin mengkonsumsi sayuran, maka anak dapat memilih, apakah sang anak akan mengkonsumsi wortel atau bayam. Tanyakan pada sang anak, apa yang ingin dikonsumsi. Dalam kegiatan ini, anak akan merasa dihargai, apabila pilihannya disetujui, atau bahkan pilihannya didukung. Secara tidak langsung, ini akan menjadi cara agar percaya diri dan berani lebih baik, mengingat bahwa ada orang lain yang mendukung pilihannya tersebut.
Walaupun berbagai aktivitas yang disebutkan di atas terlihat sepele, namun jika hal ini dilakukan dengan baik dan benar. Secara tidak langsung, rasa percaya diri sang anak akan mulai timbul dan bangkit, ini yang membuat anak mudah bergaul di masa yang akan datang, dan mampu menjadi pribadi yang mandiri.
Kesimpulan
Siapakah psikolog yang memberi beberapa tips tersebut?
Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si.
Mengapa seorang ibu harus memberikan pelukan kepada anaknya?
Karena pelukan akan memberikan rasa nyaman dan lama kelamaan akan timbul rasa percaya diri.
Bagaimana jika lingkungan rumah tidak ramah dan berantakan?
Anak umur 1-3 tahun akan berusaha menyentuh barang yang berserakan dan dapat menimbulkan kerusakan bahkan membuat ia terluka.