Dalam mendidik anak, kita seharusnya tidak hanya mengandalkan pengetahuan turun-temurun yang sudah kita dapatkan dari orang tua kita. Pada era yang lebih maju ini, semua pengetahuan bisa diakses dengan mudah. Pembelajaran abad 21 pun jauh berbeda dengan era sebelumnya.
Ada banyak mitos-mitos pola asuh yang terbukti salah berdasarkan penelitian teoretis. Oleh karena itu, sebagai orang tua, Anda tetap perlu untuk meng-upgrade pengetahuan. Kali ini, yang akan dibahas adalah tentang calistung. Benarkah anak tak cukup hanya belajar calistung?
Anda tentu tahu bahwa calistung adalah dasar pengetahuan yang penting untuk anak kuasai. Namun, apakah calistung harus diajarkan sedini, mungkin? Adakah yang lebih penting dari calistung? Mari cari tahu jawabannya melalui penjelasan berikut.
Metode Pembelajaran Abad 21 4C yang Perlu Dikuasai Anak
Photo by davidpereiras on Envato
Berbicara tentang calistung, kemampuan ini memang sangat penting untuk anak kuasai. Anda pun bisa memberikan stimulasi calistung sedini mungkin. Namun, Anda perlu tahu bahwa ada banyak tahapan yang harus anak-anak lalui sebelum mereka bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Meskipun calistung sangat penting, Anda harus paham bahwa memaksakan anak-anak untuk segera menguasai sesuai bukanlah hal yang baik. Pada dasarnya, anak-anak sangat suka belajar. Hal ini terlihat dari seberapa sering mereka bertanya tentang hal-hal yang baru saja dilihatnya.
Namun, ketika kita mulai memaksa mereka untuk mempelajari hal-hal baru sesuai standar kita, saat itulah anak-anak akan membenci belajar. Oleh karena itu, jika memang ingin mengajarkan calistung, perhatikanlah prosesnya, jangan hasilnya.
Masa anak-anak adalah masa di mana mereka lebih banyak bermain. Bermain bagi anak, terutama anak usia dini tidak sekadar bermain, tetapi di situlah mereka juga belajar. Daripada memaksa anak untuk segera bisa membaca atau menulis, mari kita ikuti bentuk dan metode pembelajaran abad 21.
Ada empat hal penting yang perlu Anda tekankan pada anak usia dini sambil mempersiapkan mereka untuk belajar calistung. Empat hal penting ini lebih krusial karena berpengaruh pada kemampuan bertahan hidup anak di era berikutnya. Langsung saja simak penjelasan lengkapnya berikut.
1. Creativity (Kreativitas)
Apakah kreativitas hanya berkaitan dengan bidang artistik dan seni? Jika pertanyaan ini dilontarkan pada era sebelumnya, Anda mungkin akan lebih banyak mendengar jawaban “ya” daripada “tidak”. Namun, era modern berbeda.
Kreativitas tidak selalu identik dengan seni. Siapa pun membutuhkan kemampuan ini untuk bisa bertahan di dunia yang serba tidak pasti ini.
Bahkan, pada tahun 2010 lalu, IBM pernah melakukan studi pada 15.000 CEO di bidang industri. Hasil dari studi tersebut salah satunya menyatakan bahwa kreativitas ternyata menjadi kualitas kepemimpinan yang amat penting.
Seperti yang telah jamak diketahui bersama, perkembangan iptek semakin tak terkendali. Persaingan di bidang apa pun akan semakin ketat. Tanpa kreativitas, kita akan mudah tertinggal dari orang-orang lain. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu dipertajam sejak dini.
Bagaimana agar anak-anak bisa lebih kreatif?
Pada dasarnya, anak-anak adalah orang yang paling kreatif. Keinginan mereka untuk mengeksplorasi segala hal membuat kreativitas mereka meningkat. Mereka senang bereksperimen dengan mainannya. Mereka suka menggambar hal-hal yang tak terduga. Ini adalah bukti kreativitas mereka.
Kitalah yang justru seringkali mengekang kreativitas mereka dengan memberikan larangan-larangan.
Orang tua seringkali membatasi kreativitas mereka dengan memberikan aturan-aturan berdasarkan standar kita. Aturan memang diperlukan, tetapi cobalah membuat aturan berdasarkan sudut pandang anak.
Jangan terlalu mengekang kegiatan anak selama apa yang mereka lakukan masih wajar dan aman. Kita hanya perlu mendampingi dan mengawasi mereka. Jika ada yang perlu ingatkan, coba jelaskan alasan yang masuk logika si Kecil. Dengan begitu, mereka tidak akan merasa terlalu dikekang untuk melakukan sesuatu.
2. Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Suatu hari, anak-anak akan hidup sendiri. Mereka akan beranjak dari pangkuan kita menuju dunia yang lebih luas. Ketika mereka beranjak dewasa, kita tidak bisa 100 persen hadir seperti saat ini, saat anak-anak masih balita.
Oleh karena itu, bekal penting yang perlu orang tua tanamkan adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini berkaitan dengan usaha mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menilai, dan menciptakan informasi. Berpikir kritis akan membantu anak dalam memecahkan masalah mereka.
Ketika kemampuan ini sudah diasah sejak kecil, anak-anak tidak akan mudah terbawa arus pergaulan ketika dewasa. Mereka bisa membedakan mana fakta mana opini. Kemampuan ini penting di tengah persebaran arus informasi yang semakin tak terkendali.
Bagaimana cara mengembangkan kemampuan penting ini?
Meskipun terlihat rumit, creative thinking bisa Anda ajarkan melalui kegiatan-kegiatan sederhana bersama anak. Caranya adalah terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada anak. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya bukan hanya “ya” atau “tidak”.
Setelah anak-anak sudah mulai bisa diajak berkomunikasi, biarkan mereka mengambil keputusan tersendiri selama tidak membahayakan mereka. Misalnya, Anda bisa mulai meminta anak untuk memilih pakaiannya sendiri.
Dalam memilih pakaian, misalnya, beritahu mereka apa konsekuensi-konsekuensi yang akan mereka dapatkan ketika memilih pakaian A atau B. Lalu, biarkan mereka mengambil keputusan sendiri.
Jika mereka memilih pakaian yang salah, biarkan anak menerima konsekuensinya. Misalnya, ketika mereka kedinginan, katakana padanya bahwa ini adalah konsekuensinya. Namun, tetap sediakan jaket agar mereka tetap aman.
Terbiasa berkomunikasi dengan anak untuk hal sekecil apa pun akan membantu mereka untuk berpikir kritis. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan penting berikutnya di pembelajaran abad 21.
3. Communication (Komunikasi)
Satu lagi contoh pembelajaran abad 21 yang tak boleh Anda lupakan adalah komunikasi. Kemampuan ini sangat penting untuk kita. Sependiam apa pun seseorang, mereka tetap butuh berkomunikasi dengan orang lain, bukan?
Kemampuan membangun komunikasi yang baik juga menjadi hal penting di era ini. Alur komunikasi di era ini sudah banyak berubah. Komunikasi yang kita lakukan tidak selalu langsung, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu, yakni gadget. Alat komunikasi ini rentan menimbulkan salah paham.
Bagaimana agar komunikasi tetap terjalin bagus? Kita perlu mempelajarinya. Tentu kemampuan ini tidak dipelajari secara langsung di sekolah. Kemampuan ini lebih ke softskill yang perlu dikembangkan sejak dini.
Apa yang bisa orang tua lakukan? Jawabannya sederhana. Sering-seringlah berkomunikasi dengan anak.
Anda juga bisa mencoba membacakan cerita kepada anak. Setelah selesai membacakan cerita, berikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana terkait buku yang Anda bacakan. Bimbing mereka agar bisa menemukan jawaban-jawaban yang sesuai.
Untuk membangun kemampuan ini, Anda harus siap untuk lelah ya. Bersyukurlah jika si kecil banyak tanya. Jadi, Anda tidak perlu memikirkan stimulasi apa agar anak mau berbicara dan berdiskusi.
4. Collaboration (Kolaborasi)
Kemampuan ini akan berkembang secara alamiah dalam diri anak. Ketika mereka sudah bisa berkomunikasi, mereka akan ke step berikutnya, yakni berkolaborasi.
Kemampuan ini tak hanya membutuhkan komunikasi yang baik. Anak-anak akan bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan sesuatu. Artinya, mereka harus bisa mengisi kekosongan satu sama lain atau merelakan sesuatu untuk orang lain.
Anda pun perlu mengembangkan kemampuan ini. Biarkan anak-anak bermain dengan teman-temannya, maka secara tidak langsung anak-anak akan bekerja sama ketika bermain.
Jika tidak menemukan lingkungan pertemanan yang baik untuk anak, Anda bisa memasukkan mereka ke lembaga pendidikan anak usia dini.
Jika Anda ingin melatih kemampuan ini sendiri, cobalah untuk membuat sesuatu dengan anak. Misalnya, Anda dan anak akan memasak bersama. Berikan mereka tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Lalu, buatlah masakan bersama.
Ketika dewasa nanti, anak-anak mau tidak mau harus terus berkolaborasi dengan orang lain.
Seperti yang kita ketahui bersama, ketika bekerja sama dengan orang lain, sering kali ada ego pribadi yang harus ditekan. Jika tidak terbiasa, anak-anak akan gagal berkolaborasi. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengembangkan kemampuan ini sejak dini.
Alasan Mengapa Orang Tua Seharusnya Tidak Hanya Fokus pada Calistung
Photo By Olena_Rudo on Envato
Ciri-ciri pembelajaran abad 21 tak lagi terfokus pada calistung. Kemampuan ini memang sangat penting, tetapi kita harus sadar bahwa ada banyak sekali proses yang harus dilewati anak sebelum mengajarkan mereka untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Mereka harus belajar mengingat bentuk dulu untuk bisa mengenali huruf dan angka. Mereka juga harus menguatkan motorik halus dan kasarnya agar siap untuk menulis. Semuanya berproses.
Kita tidak boleh memaksa anak untuk lekas bisa calistung. Mengenalkan mereka huruf dan angka sejak dini tidak menjamin mereka untuk lekas hafal huruf. Sebaliknya, anak-anak justru rentan stress.
Efek buruk lainnya yang akan anak rasakan ketika dipaksa belajar calistung adalah berpotensi mengalami mental hectic. Mental hectic ini akan membuat anak menjadi pemberontak. Hal ini biasanya baru terlihat ketika anak memasuki kelas 2 atau 3 SD.
Kemudian, memaksa anak untuk belajar calistung sejak dini juga bisa menghambat perkembangan otak kanannya. Otak kanan adalah bagian otak yang berkaitan dengan kreativitas. Padahal, kemampuan ini termasuk kemampuan penting era ini.
Jadi, alih-alih memaksa mereka untuk belajar calistung, mari kita kembangkan softskill yang penting untuk kehidupan mereka mendatang. Metode belajar 4C seperti yang dijelaskan di atas penting untuk anak kuasai lebih dahulu sebelum belajar calistung.
Setelah kemampuan dasar tersebut dikuasai, tak akan lama untuk belajar calistung. Hal ini memungkinkan terjadi karena anak-anak sudah mendapatkan bekal kemampuan yang kuat untuk belajar calistung.
Penutup
Sebagai orang tua, kita memang sangat paham pentingnya menguasai calistung. Namun, kita juga perlu paham bahwa ada fase-fase yang lebih penting yang harus dilewati anak sebelum mereka bisa belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Oleh karena itu, kami di Prestasi Global berusaha menerapkan cara belajar yang lebih cocok dengan fase belajar anak. Kami tidak memaksa anak-anak didik di jenjang prasekolah untuk harus bisa membaca atau menulis.
Hal yang menjadi perhatian kami adalah mengembangkan segala potensi anak, terutama yang berkaitan dengan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Kedua kemampuan ini nantinya akan mendukung kecepatan anak dalam belajar calistung.
Kemampuan kolaborasi dan komunikasi juga akan memudahkan mereka untuk survive bersosialisasi di dalam masyarakat. Pondasi agama pun tak lupa kami berikan agar bisa mencetak generasi yang tak hanya berakal, tetapi juga berbudi islami. Kami selalu menyesuaikan kurikulum dengan pembelajaran abad 21.
Baca Juga : 15 Manfaat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bagi Anak
Anda juga bisa mencoba membacakan cerita kepada anak. Setelah selesai membacakan cerita, berikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana terkait buku yang Anda bacakan. Bimbing mereka agar bisa menemukan jawaban-jawaban yang sesuai.
Meskipun calistung sangat penting, Anda harus paham bahwa memaksakan anak-anak untuk segera menguasai sesuai bukanlah hal yang baik. Pada dasarnya, anak-anak sangat suka belajar. Hal ini terlihat dari seberapa sering mereka bertanya tentang hal-hal yang baru saja dilihatnya. Masa anak-anak adalah masa di mana mereka lebih banyak bermain. Bermain bagi anak, terutama anak usia dini tidak sekadar bermain, tetapi di situlah mereka juga belajar. Daripada memaksa anak untuk segera bisa membaca atau menulis, mari kita ikuti bentuk dan metode pembelajaran abad 21.
Meskipun terlihat rumit, creative thinking bisa Anda ajarkan melalui kegiatan-kegiatan sederhana bersama anak. Caranya adalah terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada anak. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya bukan hanya “ya” atau “tidak”. Setelah anak-anak sudah mulai bisa diajak berkomunikasi, biarkan mereka mengambil keputusan tersendiri selama tidak membahayakan mereka. Misalnya, Anda bisa mulai meminta anak untuk memilih pakaiannya sendiri. Bagaimana Komunikasi yang Baik Dengan Anak ?
Mengapa Metode Pembelajaran Calistung Saja Tidak Cukup ?
Bagaimana Cara Menerapkan Berpikir Kritis Pada Anak ?