Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Sangatlah penting bagi orang tua untuk memahami permasalahan trauma masa kecil/ childhood pada anak. Lantaran, bisa memberi dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik anak, serta keberhasilan mereka di masa depan.
Dengan memahami permasalahan ini, orang tua dapat mencegah anak mengalami trauma atau memberikan dukungan yang tepat jika anak mengalami trauma. Selain itu, orang tua juga dapat memahami tanda-tanda trauma pada anak dan mencari bantuan profesional.
Pengertian Trauma Masa Kecil
Trauma masa kecil disebut sebagai pengalaman traumatis yang seseorang alami pada saat masih berusia muda. Ini bisa berupa kekerasan fisik atau psikologis, pelecehan, kehilangan orangtua atau pengasuh. Bisa juga situasi yang membahayakan keselamatan dan kesejahteraan anak.
Dampak dari pengalaman traumatis ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang ketika sudah dewasa. Bahkan dan dalam banyak kasus, membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasinya.
Memahami childhood penting, karena dapat membantu seseorang untuk mengenali dampak dari pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak. Kemudian, meningkatkan pemahaman tentang cara mengatasi dampak tersebut.
Mulai dari mengurangi stigmatisasi terkait dengan masalah kesehatan mental. Juga dapat pula membantu orang lain yang sedang mengalami childhood. Sehingga, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Tanda atau Gejala Trauma Masa Kecil pada Anak
Trauma ini bisa Anda kenali dari kebiasaan sehari-hari. Meski terlihat samar, tetapi jika memerhatikannya dengan serius, akan terlihat perbedaannya. Sehingga, tidak bisa lagi. Misalnya dari pertanda berikut ini.
1. Kecemasan yang Tidak Wajar
Childhood dapat menimbulkan kecemasan yang tidak wajar pada anak. Sebab trauma tersebut dapat memengaruhi perkembangan emosional, kognitif, dan sosial anak. Anak-anak yang mengalami childhood, cenderung merasa tidak aman.
Selain itu, juga mengalami stres yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan kecemasan berlebihan yang sulit untuk mengendalikannya. Adapun pertandanya bisa Anda lihat dari contoh berikut ini.
- Terkait keamanan – Anak mungkin takut untuk meninggalkan rumah atau berada di tempat yang ramai.
- Terhadap orang tertentu – Anak dapat mengembangkan kecemasan terhadap orang tertentu, seperti orang yang menyerupai pelaku trauma. Juga pada orang yang mirip dengan orang yang tidak memberikan perlindungan saat trauma terjadi.
- Kecemasan yang tidak terkendali – Anak dapat merasa cemas tanpa alasan yang jelas atau merasa cemas secara terus-menerus.
- Kecemasan yang tidak wajar dapat mengganggu kehidupan sehari-hari anak. Seperti kesulitan bersekolah atau beraktivitas sosial.
- Anak dapat mengalami kecemasan yang berkaitan dengan peristiwa trauma. Misalnya mimpi buruk, flashbacks, atau perasaan tidak aman saat mengingat atau membicarakan peristiwa tersebut.
2. Depresi dan Kehilangan Minat Pada Aktivitas
Anak bisa merasa tidak terhubung dengan dunia dan sulit merasa bergairah tentang sesuatu. Trauma tersebut mungkin berkaitan dengan pengalaman kehilangan, pengabaian, atau pengkhianatan dari seseorang yang anak memberikan perlindungan.
Berikut adalah beberapa contoh Depresi dan kehilangan minat pada aktivitas yang dinikmati serta putus asa dapat menjadi tanda dari childhood.
- Anak yang mengalami kekerasan atau pelecehan seksual. Mungkin merasa putus asa dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya dinikmati seperti olahraga atau seni.
- Anak yang mengalami pengabaian atau penolakan oleh orang tua dapat mengalami depresi dan merasa tidak berdaya.
- Anak yang telah ditinggalkan atau kehilangan orang tua atau anggota keluarga yang dekat. Bisa merasa tidak terhubung dengan dunia dan merasa tidak tertarik pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati.
- Anak yang mengalami trauma karena bencana alam atau kekerasan dalam rumah tangga. Dapat mengalami depresi dan kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati, seperti pergi ke sekolah atau bermain dengan teman-teman.
3. Kesulitan dalam Menjalin Hubungan Interpersonal
Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa seseorang mengalami childhood. Sebab, hubungan interpersonal yang sehat dan positif memiliki peran penting dalam perkembangan emosional dan sosial seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk mengakui bahwa kesulitan dalam berhubungan interpersonal. Sehingga, bisa mencari bantuan dari tenaga profesional untuk membantu memahami dan mengatasi dampaknya. Berikut ini adalah beberapa contoh pertandanya.
- Kesulitan dalam mempercayai orang lain.
- Ketergantungan pada orang lain.
- Menghindari keintiman atau merasa tidak aman dan takut terluka dalam hubungan.
- Kesulitan dalam mengungkapkan emosi mereka secara sehat dan tepat
- Konflik dalam hubungan interpersonal, karena pola pikir dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain terpengaruh.
4. Gangguan Tidur
Gangguan ini sering terjadi pada orang yang terkena childhood. Misalnya saja insomnia, mimpi buruk, bangun tidur tengah malam, atau kesulitan untuk tidur nyenyak.
Hal ini terjadi karena perasaan cemas, ketidakamanan, dan stres yang berkelanjutan akibat trauma tersebut. Selain itu, juga mengakibatkan terganggunya sistem saraf dan hormon seseorang yang mempengaruhi ritme tidur.
Oleh karena itu, jika seseorang mengalami gangguan tidur yang berkelanjutan, penting untuk mencari bantuan profesional. Sehingga, bisa memahami dan mengatasi dampak childhood terhadap tidur mereka. Juga dapat meningkatkan kualitas tidur untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
5. Mudah Marah atau Mudah Tersinggung
Trauma dapat mempengaruhi cara seseorang merespon situasi tertentu secara emosional. Pengalaman traumatis yang tidak teratasi dengan baik, dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, atau kekhawatiran yang terus-menerus. Bahkan ketika seseorang dewasa.
Kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan dalam mengatur emosi dan merespon situasi yang menantang dengan cara yang sehat dan sesuai. Ada kemungkinan seseorang antihistamine meds com, mengekspresikan, dan mengendalikan emosi mereka.
Hingga pada akhirnya, dapat memicu respons emosional yang tidak seimbang atau berlebihan terhadap situasi sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan profesional jika merasa mudah tersinggung atau marah tanpa alasan yang jelas.
6. Kehilangan Konsentrasi dan Kesulitan dalam Mengingat
Saat mengalami trauma, seseorang dapat terpapar pada stres kronis dan perubahan biologis yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif. Misalnya, konsentrasi, ingatan, dan pemrosesan informasi.
Hal ini terjadi oleh pelepasan hormon stres seperti kortisol. Kemudian ini dapat mengganggu fungsi otak. Sehingga, memengaruhi kemampuan seseorang dalam memusatkan perhatian dan mengingat informasi dengan baik.
7. Perasaan Bersalah atau Malu Yang Berlebihan
Childhood dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang. Sehingga, mengalami perasaan yang berlebihan tentang kesalahan atau kegagalan. Bahkan jika situasinya tidak sepenuhnya salah atau tidak bersalah sama sekali.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perasaan bersalah atau malu yang berlebihan. Misalnya saja, diskriminasi atau pelecehan, pengabaian atau penolakan dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
8. Perilaku Hidup Tidak Sehat
Orang yang mengalami childhood cenderung mengalami kesulitan emosional yang berat. Seperti, kecemasan, depresi, dan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri.
Beberapa akan menggunakan alkohol atau obat-obatan sebagai cara untuk meredakan atau mengatasi perasaan tersebut. Namun, ini hanya memberikan efek sementara dan justru dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik dalam jangka panjang.
9. Masalah Kesehatan Fisik
Mengalami childhood dapat berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Adapun beberapa tanda atau gejala yang mungkin muncul adalah:
- Gangguan tidur, seperti sulit tidur atau sering terbangun di malam hari
- Sakit kepala atau migrain yang sering terjadi
- Sakit perut, mual, muntah, dan gangguan pencernaan lainnya
- Gangguan makan, seperti anoreksia, bulimia, atau binge eating disorder
- Masalah kulit, seperti dermatitis, eksim, atau psoriasis
- Masalah pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga rentan terhadap penyakit dan infeksi
Namun, perlu menjadi catatan bahwa masalah kesehatan fisik dapat terjadi karena banyak faktor lain. Jadi bukan hanya karena mengalami childhood saja, sehingga tidak boleh self diagnosis.
Mental Health Trauma Masa Kecil Tes
Untuk mendeteksi apakah terjadi childhood atau tidak, biasanya untuk diagnose ada screening. Di antaranya dengan melakukan beberapa tes berikut ini.
- Adverse Childhood Experience atau ACE Questionnaire – untuk mengevaluasi seberapa banyak pengalaman buruk yang dialami seseorang pada masa kecil.
- Child Behavior Checklist atau CBCL – Tes ini untuk mengidentifikasi masalah perilaku dan emosional pada anak-anak, termasuk gejala yang mungkin terkait dengan trauma masa kecil.
- Trauma Symptom Checklist for Children atau TSCC – Berguna untuk mengidentifikasi gejala trauma pada anak-anak, seperti kecemasan, depresi, dan stres pasca trauma.
- Impact of Event Scale atau IES – Untuk mengukur gejala stres pasca trauma pada orang dewasa yang telah mengalami pengalaman traumatis, termasuk childhood.
- Clinician-Administered PTSD Scale atau CAPS – Berguna untuk mengevaluasi apakah seseorang menderita gangguan stres pasca trauma (PTSD) dan seberapa parah gejala PTSD tersebut.
- PCL-5 atau Posttraumatic Stress Disorder Checklist for DSM-5 – Tes ini adalah versi revisi dari tes PCL yang digunakan untuk mengidentifikasi gejala PTSD pada orang dewasa.
Tetapi, tes ini hanya alat bantu untuk mengidentifikasi kemungkinan childhood dan dampaknya pada kesehatan mental. Tetap saja untuk diagnosis resmi harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang terverifikasi.
Bagaimana Agar Anak Tidak Mengalami Trauma Masa Kecil?
Tidak ada jaminan bahwa seorang anak dapat sepenuhnya terhindar dari pengalaman traumatis dalam hidupnya. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan pengasuh untuk membantu mengurangi risiko anak mengalami childhood. Misalnya saja langkah-langkah di bawah ini.
- Menciptakan lingkungan yang aman dan stabil
- Memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup
- Menjaga komunikasi yang terbuka
- Menghindari situasi berbahaya
- Menyediakan akses ke sumber daya dan dukungan
Kesimpulan
Penting untuk melindungi anak dari trauma masa kecil. Lantaran, pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental serta keberhasilan mereka di masa depan.
Anak-anak yang mengalami childhood seringkali mengalami masalah perilaku, emosi, dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka juga dapat mengalami masalah kesehatan fisik dan dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Orang tua dan pengasuh harus menciptakan lingkungan yang aman dan stabil untuk anak-anak serta memberikan dukungan emosional dan sosial yang memadai. Termasuk dalam memilihkan sekolah.
Jangan sampai, sekolah yang seharusnya menjadi tempat anak belajar, tumbuh dan berkembang. Malah menjadi tempat yang traumatis.
Oleh karena itu, Anda bisa mempertimbangkan sekolah yang memiliki kurikulum menyenangkan bagi Anak. Misalnya saja di Prestasi Global, sebab di sana anak akan belajar secara fun dengan dampingan tenaga pengajar yang friendly dan atraktif.
Tidak hanya itu saja, anak juga akan dididik dengan dampingan ilmu agama yang seimbang. Jadi, tidak hanya soal pengetahuan umum, tetapi juga peningkatan iman dan takwa terhadap Allah SWT sejak dini agar tidak sampai mengalami trauma masa kecil/childhood.