Penting untuk menanamkan kepercayaan diri pada anak karena akan mendukung kemampuan sosialisasi anak di masa depan. Tapi, perlu diperhatikan juga agar anak tidak sampai memiliki kepercayaan diri yang berlebihan. Overconfidence akan mengarah pada perilaku narsistik.
Narsistik akan membentuk kepribadian yang kurang baik buat anak. Seperti anak tidak perduli mengenai perasaan orang lain, selalu merasa tidak puas, merasa berhak atas segala hal, dan perilaku kurang baik lainnya.
Artikel kali ini akan membahas seputar kepribadian narsistik, ciri-ciri hingga karakter anak yang narsistik, serta cara mendidik agar anak tidak berkepribadian narsistik. Berikut penjelasan selengkapnya buat Anda.
Mengenal Kepribadian Narsistik
Photo by Habib Dadkhah on Unsplash
Narsistik atau narsisme merupakan bentuk gangguan kepribadian yang menganggap diri sangat penting hingga mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Menempatkan diri setinggi-tingginya dan menganggap tidak ada seorang pun yang bisa menandingi dirinya, menjadi penanda gangguan kepribadian ini.
Seseorang dengan karakter narsistik akan tampak sangat menawan dan karismatik. Dalam hubungan sosial, pengidap gangguan kepribadian ini tidak langsung menunjukkan perilaku negatif.
Orang dengan karakter narsistik umumnya akan cenderung bergaul dengan orang-orang yang mampu memenuhi ego dirinya. Penyebab dari munculnya kepribadian narsistik sebenarnya belum diketahui secara pasti. Ada banyak faktor yang bisa menjadi pemicu munculnya perilaku ini.
Beberapa kemungkinannya, orang tua terlalu memanjakan anak secara berlebihan, terlalu mengagungkan anak, bisa juga dikarenakan anak terlalu sering diabaikan kehadirannya oleh orang tuanya.
Kemungkinan lainnya, adalah adanya faktor genetik yang bisa membentuk perilaku narsistik.
Perilaku narsistik sejatinya berkembang dimulai dari masa anak-anak. Jadi, ketika Anda sebagai orang tua tidak segera memperbaiki dan menghilangkan gejala narsistik pada anak, maka karakter narsistik pada anak akan terbawa hingga dewasa.
Ciri-ciri Narsistik pada Anak
Photo by Himanshu Singh Gurjar on Unsplash
Untuk mendeteksi gangguan kepribadian narsistik ini bisa Anda lakukan dengan mengamati gejala atau ciri-ciri anak narsistik atau overconfidence. Berikut daftar ciri-cirinya.
- Tidak acuh pada orang di sekitarnya
- Selalu menganggap diri lebih tinggi atau lebih baik dari anak lainnya.
- Ingin selalu menjadi pusat perhatian
- Tidak bisa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
- Gampang marah apabila ditegur atau diberi masukan/kritik
- Memiliki rasa cemburu dan iri yang besar
- Tidak tahu berterima kasih dan meminta maaf saat melakukan kesalahan
- Tidak mau bergaul dengan anak lain yang tidak kagum pada dirinya
- Tidak mau bergaul dengan anak-anak yang tidak memiliki status ekonomi dan sosial yang tinggi
- Ekspektasi selalu tinggi terkait kesuksesan, kekuasaan, dan daya tarik.
- Cenderung kurang sopan saat berbicara pada orang lain.
- Egois dan ingin selalu menang sendiri.
- Cenderung melebih-lebihkan prestasi dan bakat yang ia miliki.
- Selalu berharap mendapat pujian tertinggi dari lingkungannya.
- Sering memaksakan kehendaknya pada orang lain dan memanfaatkan orang lain.
- Cenderung keras kepala dan emosional tinggi
Cara Mendidik Anak agar Tidak Berkepribadian Narsistik
Kepribadian narsistik pada anak bisa Anda cegah dengan menanamkan sifat-sifat baik sejak anak masih kecil. Berikut beberapa bentuk pola asuh yang mencegah anak dari perilaku narsistik, yaitu:
1. Tanamkan Rasa Empati
Rasa empati ditunjukkan melalui kepedulian seseorang terhadap orang lain. Anda perlu mengajarkan anak untuk tidak hanya mempedulikan diri sendiri. Asah kepekaan anak Anda akan kehadiran orang-orang di sekitarnya.
Orang tua harus menanamkan rasa empati pada anak sejak dini. Orang yang narsistik cenderung tidak peduli dengan orang lain. Sebab, mereka hanya memedulikan diri sendiri. Mengajarkan anak untuk memahami orang lain sangat berguna bagi perkembangan emosional dan sosial anak.
Beri kesadaran pada anak bahwa tidak ada salahnya untuk menolong dan peduli terhadap orang lain. Anda bisa memberikan contoh mengenai empati pada orang lain.
Berikan contoh kasus yang mudah dipahami oleh anak Anda. Misalnya, ketika teman lupa membawa pensil ke sekolah dan si Kecil punya pensil berlebih, maka ia bisa membantu temannya dengan meminjamkan pensil miliknya.
2. Memberikan Pujian yang Tidak Berlebihan
Pujian memang bagus untuk anak-anak terutama untuk membangun kepercayaan diri dan membangun motivasi baik dari si anak. Namun, segala sesuatu yang berlebihan terkadang kurang baik. Begitu pula dengan pujian, Anda harus membatasi diri untuk tidak memberikan pujian secara berlebihan.
Tidak semua tindakan, perilaku, dan pencapaian yang baik dari anak harus selalu mendapat pujian. Bijaklah dalam memberi pujian. Berilah pujian pada perilaku anak yang memang benar-benar pantas untuk dipuji.
Misalnya, pujian atas kerja kerasnya menyelesaikan ujian sulit atau pujian atas sikapnya yang mau menolong teman lainnya.
Terlalu sering memuji anak malah akan menghilangkan fungsi pujian itu sendiri, sehingga menjadi tidak efektif lagi dan lambat laun anak akan merasa hal ini bukanlah hal penting lagi.
3. Tanamkan Rasa Tanggung Jawab
Sangat penting untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada si kecil agar kepribadian narsistik bisa anak hindari. Caranya bisa dengan menjelaskan kepada anak mengenai hal-hal yang tidak boleh anak lakukan.
Jelaskan pula dampaknya bagi diri sendiri dan juga orang lain ketika hal yang salah itu tetap anak lakukan. Penting juga untuk memberitahukan anak cara dalam mengatasi tindakan salah yang sudah terlanjur anak lakukan.
Biasanya anak yang narsistik akan mengambil tanggung jawab jika hal tersebut menaikkan pamornya. Cara lainnya untuk membuat anak punya rasa tanggung jawab yaitu dengan pujian. Saat anak mau bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri.
Memuji anak saat bertanggung jawab atas tindakannya, dapat memperkuat kebiasaan tersebut. Misalnya seperti mengatakan, “Mama senang kamu mengakui hal itu, itu adalah hal yang sangat bertanggung jawab untuk dilakukan.”
4. Bantu Anak Menemukan Minatnya
Melalui minat ataupun hobi, anak bisa menyalurkan energinya ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Seperti bermain musik, olahraga, bermain masak-masakan, dan lain sebagainya. Bantu anak untuk menemukan minatnya. Dengan begitu, anak merasa bahwa Anda peduli dan ingin terlibat dalam kegiatan anak.
Dari sini Anda juga bisa sekalian menyadarkan anak bahwa tidak ada manusia yang sempurna yang bisa melakukan segala hal sendirian. Sama halnya, ketika si Kecil hanya pandai di beberapa mata pelajaran dan mahir melakukan beberapa hal saja.
Sadarkan anak bahwa akan ada orang lain yang memiliki kelebihan yang tidak dipunyai si Kecil. Termasuk mengajarkan bahwa etidaksempurnaan itu wajar dan bisa diterima.
5. Ajarkan Anak Menghargai Siapapun
Menghargai orang lain jadi sikap terpuji yang perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Hal ini karena sifat narsistik akan muncul ketika anak terbiasa tidak menghargai orang lain. Wujud menghargai orang lain bisa dengan mengajarkan anak mengenai sopan santun pada orang lebih tua dan juga pada teman sebaya,
Pahamkan anak Anda bahwa semua orang patut dihargai tanpa perlu melihat status sosial dan ekonomi orang tersebut. Caranya bisa dengan mengajak anak menghargai asisten rumah tangga, supir, guru-gurunya di sekolah, hingga teman sebayanya.
Wujud lain dari sikap saling menghargai yaitu dengan mengajarkan anak sikap tolong-menolong. Libatkan anak Anda saat mengumpulkan pakaian bekas untuk disumbangkan, mengantar makanan untuk disumbangkan ke panti asuhan, dan lain-lain.
6. Ajarkan Meminta Maaf saat Bersalah
Budaya meminta maaf akan sangat bermanfaat dalam menghindarkan anak dari kepribadian narsistik. Anda perlu menghindari untuk membela anak setiap kali ia membuat kesalahan. Hal ini dikarenakan dapat memicu rasa tidak mau kalah atau menganggap dirinya selalu benar yang memunculkan sifat narsistik pada anak.
Beri pemahaman pada anak bahwa meminta maaf itu sikap yang terpuji dan sikap yang disukai banyak orang. Dengan begitu, anak akan menyadari pentingnya meminta maaf saat ia melakukan kesalahan. Jelaskan pula bahwa meminta maaf lebih dulu tidak jauh lebih baik ketimbang harus menunggu permintaan maaf orang lain duluan.
Melalui latihan meminta maaf, akan menyadarkan anak bahwa tindakannya salah dan merugikan orang lain. Tegaskan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama ketika sudah minta maaf.
7. Terapkan Batasan dan Aturan Buat Anak
Seperti yang sudah Anda simak di awal bahwa salah satu ciri perilaku narsistik yaitu selalu mau menang sendiri dan selalu harus dituruti segala keinginannya. Untuk mencegah munculnya sikap tersebut, Anda perlu menerapkan batasan dan aturan dalam rumah.
Penting menjadi catatan, untuk membuat batasan dan aturan yang wajar yang sekiranya tidak akan menghalangi kebebasan anak dalam berekspresi. Contoh batasan yang bisa Anda terapkan seperti mengatur waktu belajar, waktu bermain, waktu makan dan waktu istirahat.
Manfaat dari penerapan batasan ini, anak akan bisa belajar mengatur waktunya sendiri serta belajar untuk lebih bersabar. Dengan begitu, anak bisa terbiasa membatasi diri dan mampu menahan diri untuk tidak bersikap semaunya dimanapun ia berada.
8. Jangan Bandingkan Anak dengan Orang Lain
Membandingkan anak dengan teman-temannya ternyata akan memicu masalah psikologis yang lebih serius. Salah satunya dapat memicu munculnya kepribadian narsistik.
Buntut dari tindakan membandingkan anak, anak akan selalu memperjuangkan dirinya agar bisa lebih baik daripada orang lain. Alhasil, anak bisa saja menggunakan segala cara walaupun itu cara yang salah untuk mencapai keinginannya.
Sebagai orang tua, Anda harus memberi pengertian pada anak bahwa kegagalan yang diterima bukan karena orang lain, tapi atas usaha orang tersebut. Dengan begitu, anak akan bisa lebih lapang dada menerima kegagalan dan berusaha lebih keras lagi agar bisa berhasil di waktu yang lain.
Saat Anda membandingkan si Kecil dengan temannya, Anda sudah menimbulkan rasa benci pada diri anak. Anak akan melihat temannya sebagai saingan yang harus anak kalahkan. Jika begini, anak bisa tidak akan memiliki teman apalagi sahabat.
Kesimpulan
Mendidik anak dengan cara yang tepat akan membantunya menemukan kepribadian terbaik. Terlebih lagi, anak tidak akan memiliki gangguan kepribadian seperti narsistik yang berdampak buruk bagi masa depannya.
Menghindarkan anak dari perilaku narsistik bisa dengan menanamkan berbagai kepribadian baik pada anak sejak usia dini. Jangan biarkan anak berlarut-larut memupuk perilaku dan kepribadian yang kurang baik. Lakukan langkah pencegahan dari sekarang agar masa depan anak lebih cerah.
Baca Juga: 11 Strategi Guru Dalam Mendidik Anak Agar Tidak Malas di Kelas
Membandingkan anak dengan teman-temannya ternyata akan memicu masalah psikologis yang lebih serius. Salah satunya dapat memicu munculnya kepribadian narsistik. Buntut dari tindakan membandingkan anak, anak akan selalu memperjuangkan dirinya agar bisa lebih baik daripada orang lain. Alhasil, anak bisa saja menggunakan segala cara walaupun itu cara yang salah untuk mencapai keinginannya.
Narsistik atau narsisme merupakan bentuk gangguan kepribadian yang menganggap diri sangat penting hingga mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Menempatkan diri setinggi-tingginya dan menganggap tidak ada seorang pun yang bisa menandingi dirinya, menjadi penanda gangguan kepribadian ini.
Orang tua harus menanamkan rasa empati pada anak sejak dini. Orang yang narsistik cenderung tidak peduli dengan orang lain. Sebab, mereka hanya memedulikan diri sendiri. Mengajarkan anak untuk memahami orang lain sangat berguna bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Berikan contoh kasus yang mudah dipahami oleh anak Anda. Misalnya, ketika teman lupa membawa pensil ke sekolah dan si Kecil punya pensil berlebih, maka ia bisa membantu temannya dengan meminjamkan pensila miliknya. Apa Akibat Membandingkan Anak Dengan Orang Lain?
Apa yang Dimaksud dengan Narsistik?
Kapan dan Bagaimana Cara Menanamkan Rasa Empati Pada Anak?