Ada beberapa jenis keterlambatan perkembangan si kecil, salah satunya terlambat bicara. Penyebab anak terlambat bicara pun cukup beragam. Setiap orangtua harus tahu apa saja penyebabnya agar mudah untuk mengatasi keterlambatan bicara pada buah hati mereka.
Memperhatikan perkembangan anak secara bertahap adalah hal yang penting dilakukan oleh setiap orang tua. Tujuannya, agar tahu jika si kecil tengah mengalami keterlambatan perkembangan, seperti anak yang terlambat bicara, bisa segera dilakukan tindakan dini untuk mengatasinya.
Penyebab Si Kecil Terlambat Bicara
Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara dikenal dengan istilah speech delay di dunia medis. Hal tersebut ternyata merupakan masalah yang tergolong umum terjadi pada tahap perkembangan balita.
Ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan speech delay pada anak-anak. Maka dari itu, setiap orang tua harus terus memperhatikan perkembangan anak dan juga mengetahui penyebab-penyebabnya. Berikut sudah kami rangkum apa saja penyebabnya.
1. Adanya Masalah pada Struktur Mulut Anak
Pada bagian mulut khususnya lidah dan langit-langit mulut yang bermasalah bisa menyebabkan speech delay. Penyebab ini merupakan yang paling sering terjadi.
Gangguan pada struktur mulut tersebut akan menyulitkan si kecil saat mengontrol otot dan juga bagian mulutnya, ketika sedang berbicara. Bibir, rahang, dan juga lidahnya tidak bisa bergerak untuk mengeluarkan bunyi dan kata tertentu, sehingga membuatnya sulit berbicara lancar.
Umumnya ada beberapa masalah yang juga akan menyertai pada kondisi ini. Misalnya kesulitan makan atau mengunyah, dan juga kesulitan motorik lainnya.
2. Infeksi Telinga dan Gangguan Pendengaran
Masalah pendengaran juga bisa menjadi penyebab speech delay pada anak-anak. Jika anak-anak mengalami speech delay, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengujinya melalui audiolog. Nantinya seorang audiolog akan menentukan apakah si kecil benar mengalami keterlambatan bicara atau tidak.
Salah satu penyebab anak-anak mengalami kesulitan bicara adalah karena adanya masalah pendengaran. Pasalnya mereka kesulitan saat memahami pembicaraan orang yang ada di sekitarnya dan juga suara diri sendiri.
Masalah pendengaran akan membuat si kecil sulit untuk meniru dan menguasai kata-kata secara lancar. Di sisi lain, penyebab speech delay ini juga bisa terjadi karena adanya infeksi pada telinga dan juga peradangan.
Maka dari itu, Anda tidak boleh menganggap sepele kondisi infeksi telinga pada anak-anak. Pasalnya infeksi tersebut dapat menyebabkan si kecil mengalami speech delay.
3. Kondisi Mulut Si kecil yang Tidak Sempurna
Selain karena adanya masalah pada struktur mulut si kecil, speech delay juga bisa terjadi karena kondisi mulut si kecil yang kurang atau tidak sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara.
Salah satu contoh yang paling umum yaitu langit-langit mulut sumbing. Selain itu ada juga kondisi lain yang menyebabkan anak sulit berbicara karena hal ini, yaitu frenulum anak yang pendek. Frenulum merupakan lipatan yang berfungsi untuk menahan lidah dan juga mulut bawah.
Jika kondisi mulut si kecil tidak sempurna, maka Anda harus memeriksakannya ke dokter. Nantinya dokter akan memeriksanya lebih lanjut untuk kemudian merujuknya ke dokter gigi untuk terapi.
4. Sulit Mengendalikan Gerakan Akibat Adanya Gangguan Apraksia
Apraksia atau apraxia merupakan gangguan neurologis yang juga dapat menyebabkan speech delay pada anak-anak. Apraksia adalah gangguan yang dapat memengaruhi kemampuan untuk mengendalikan gerakan pada saat berbicara.
Penyebab umum apraksia biasanya karena adanya kelainan pada lobus parietal di otak. Selain itu, apraksia juga sering terjadi akibat adanya cedera.
Anak-anak yang menderita apraksia umumnya akan sulit menggerakkan wajah dan tangan. Selain itu, kondisi ini juga sering mengakibatkan kesulitan berkomunikasi pada anak.
Anak yang sulit bicara akibat apraksia tidak disebabkan oleh otot mulut yang lemah. Speech delay akibat apraksia terjadi karena otak yang mengalami kesulitan untuk mengerahkan koordinasi dan mengarahkan gerakan otot.
Untuk mengetahui gangguan perkembangan anak karena apraksia ini Anda harus tahu penyebabnya terlebih dahulu. Adapun beberapa penyebab-penyebabnya di antaranya adalah:
- Anak tidak aktif berteriak, tertawa, mengoceh, dan lainnya saat mereka masih kecil.
- Speech delay saat mengucapkan kata pertamanya, yaitu pada rentang usia 12-18 bulan.
- Anak mengalami kesulitan membentuk kalimat sepanjang waktu. Selain itu, mereka juga umumnya akan kesulitan membalas apa yang diucapkan oleh orang lain.
- Anak mengalami kesulitan menelan atau mengunyah.
- Anak mengalami kesulitan saat mengucapkan satu kata dan berpindah ke kata yang lainnya.
- Anak biasanya sering mengulangi kata-kata yang mereka ucapkan. Atau bisa saja sebaliknya, yaitu tidak bisa mengulang kata yang sama seperti yang dia katakan sebelumnya.
Jika tanda-tanda di atas Anda temukan pada si kecil, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter.
5. Kurang Stimulasi
Photo by Bialasiewicz on Envato Elements
Perlu Anda ketahui, stimulasi sangat penting sekali untuk anak-anak. Kenapa demikian? Karena stimulasi dapat membantu mendukung tumbuh kembang anak.
Kurangnya stimulasi akan berdampak kurang bagus untuk perkembangan anak. Sebut saja salah satunya yaitu kurang stimulasi lingkungan dan verbal. Kurangnya stimulasi verbal akan menghambat si kecil untuk mencapai tonggak tumbuh kembangnya.
6. Adanya Permasalahan pada Perkembangan
Menurut MCS (Mott Children Hospital), penyebab speech delay seperti kondisi otot yang tidak sempurna, cedera otak traumatis, dan cerebral palsy bisa memengaruhi kemampuan bicara si kecil.
Kondisi tersebut tidak hanya sekadar memengaruhi kemampuan berbicara pada anak-anak. Selain itu, ada juga permasalahan lain seperti membuat anak-anak mengalami keterlambatan berbicara. Di sisi lain, autisme juga menjadi salah satu hal yang memengaruhi kemampuan komunikasi mereka.
7. Adanya Masalah Kognitif
Ada hal lain yang dianggap sepele tapi dapat menyebabkan si kecil kesulitan berbicara. Hal tersebut yaitu berkaitan dengan masalah kognitif si kecil, salah satunya yaitu disabilitas intelektual.
Anak-anak yang punya permasalahan seperti ini mengalami ketidakmampuan untuk membentuk kata-kata. Biasanya anak-anak dengan gangguan ini tidak mampu berbicara dengan jelas.
Cara Mengatasi Anak yang Terlambat Bicara
Setelah mengetahui beberapa penyebabnya, kini sedikit banyaknya Anda sudah tahu cara mengatasi speech delay. Untuk menyempurnakan wawasan Anda, berikut sudah kami rangkum berbagai cara mengatasinya.
1. Memperhatikan Gerak Tangan Si Kecil
Photo by Heike Mintel on Unsplash
Pada dasarnya, anak yang sudah berusia 1 tahun sudah mengerti banyak sekali kata. Akan tetapi, umumnya anak-anak pada usia tersebut belum dapat mengatakannya kepada orang-orang di sekitar.
Untuk membantu mereka berbicara, perhatikanlah gerak-gerik mereka. Pasalnya dari gerakannya kita bisa menarik kesimpulan terkait apa yang coba mereka sampaikan kepada Anda.
Contohnya saat Anda menawarkan si kecil untuk memilih makanan. Minta si kecil untuk menunjukkan makanan tersebut, kemudian ajarkan kepada mereka cara menyebutkan nama makanan tersebut sambil memberinya.
2. Ajarkan Bicara dengan Kosakata yang Baik dan Benar
Anak-anak yang masih dalam tahap belajar berbicara, umumnya akan menyebutkan sebuah objek sesuai dengan kosa kata mereka sendiri. Hal ini karena pengucapan mereka masih belum sempurna seperti anak yang sudah cukup pandai berbicara pada umumnya.
Sebagai orangtua, alangkah baiknya Anda membantu membantu mereka untuk berbicara dengan kosa kata yang sebenarnya. Selain itu, bantu juga si kecil untuk memperbanyak kosakata mereka.
Contohnya, ketika anak-anak menunjuk botol susu dan mengatakan “susu” atau “cucu”, maka ajarkanlah penyebutan yang benar.
3. Merespon Setiap Ucapan Anak
Cara mengatasi speech delay berikutnya adalah dengan berusaha untuk merespon setiap kata-kata yang diucapkan oleh anak-anak. Sesekali Anda tidak perlu mengoreksi setiap kata-kata yang diucapkannya meskipun salah penyebutan kosa kata.
Ada kalanya Anda hanya perlu merespon saja, contohnya saat mengucapkan “dada” yang artinya ucapan selamat tinggal, lalu Anda respon juga dengan mengucapkan “dada” sambil melambaikan tangan.
4. Sering Berinteraksi dengan Anak
Ajaklah si kecil agar terus aktif berbicara. Caranya adalah dengan mengajak mereka bercerita. Selain itu, bertanyalah pada anak-anak meskipun jawaban yang disampaikan oleh si kecil belum sempurna.
Ajak mereka berbicara tentang apa saja yang mereka alami sepanjang hari. Di sisi lain Anda juga bisa membacakan buku cerita yang sangat disukai oleh anak-anak. Sesudah selesai membaca buku, Anda bisa berinteraksi dengan mereka dengan cara menanyakan tentang cerita pada buku tersebut.
Contoh lain terkait pertanyaan seputar buku cerita adalah bertanya tentang perasaan si kecil setelah Anda membacakan buku tersebut. Atau bisa juga bertanya tentang tokoh yang ada di dalam cerita. Sering-seringlah bertanya pada anak-anak untuk memancing mereka berbicara. Semakin sering Anda bertanya, maka semakin sering juga mereka berbicara. Anda juga harus sabar ketika mendapatkan jawaban dari si kecil. Karena kebanyakan anak-anak yang masih kecil akan berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab untuk memilih kata-kata yang tepat.
5. Mengurangi Konsumtif Gadget dan TV
Banyak kasus anak terlambat bicara karena gadget. Meski gadget saat ini bisa dijadikan sebagai fasilitas bermain untuk anak-anak, namun akan lebih baik jika Anda membatasi atau mengurangi konsumtif gadget dan juga TV.
Menurut para ahli kesehatan, salah satunya seperti The American Academy of Pediatrics (AAP), menyarankan anak-anak di usia 2 tahun ke atas hanya boleh memakai gadget selama 2 jam saja setiap hari.
Alasan kenapa gadget harus dibatasi karena alat tersebut bukan permainan interaktif yang membuat si kecil aktif berbicara. Begitu juga dengan tontonan di TV. Gadget dan TV bahkan dapat menyebabkan si kecil mengalami speech delay.
6. Rutin Melakukan Terapi
Jika masalah kesulitan bicara disebabkan oleh infeksi pendengaran, maka Anda harus rutin membawanya ke dokter. Si kecil harus mendapatkan terapi secara teratur. Pasalnya, kesulitan berbicaranya ini dipengaruhi oleh infeksi pendengaran.
Dokter nantinya akan memberikan resep obat yang tepat untuk mengatasinya. Contohnya seperti antibiotik sebagai obat infeksi. Selain itu dokter juga akan mengeceknya secara berkala. Kemudian akan membantu si kecil untuk memastikan infeksinya benar-benar sembuh.
7. Rutin Berkonsultasi dengan Dokter
Jika Anda sudah mendeteksi adanya gangguan atau keterlambatan bicara pada anak, maka jangan lupa untuk rutin konsultasi dengan dokter. Karena dokter akan melakukan tes kepada anak untuk memastikannya.
Tes pertama yang akan dilakukan adalah tes pendengaran terlebih dahulu. karena seperti yang kami singgung sebelumnya, pendengaran dapat memengaruhi kemampuan bicara si kecil.
Setelah diketahui penyebabnya, maka dokter akan melakukan beberapa langkah-langkah untuk mengatasinya. Salah satunya seperti merujuk ke terapis wicara agar si kecil mendapatkan terapi yang lebih optimal sesuai dengan penyebab dan gangguan yang mereka alami.
Kenali penyebab anak terlambat bicara sejak dini agar bisa mengatasinya sejak dini. Semoga informasi di atas bisa menambah wawasan Anda tentang dunia parenting.
Baca Juga : Cara Agar Anak percaya Diri dan Berani Berbicara
Mengapa Masalah pendengaran menjadi salah satu alasan anak terlambat bicara ?
Karena mereka kesulitan saat memahami pembicaraan orang yang ada di sekitarnya dan juga suara diri sendiri. Masalah pendengaran akan membuat si kecil sulit untuk meniru dan menguasai kata-kata secara lancar.
Apa itu Apraksia dan apa pengaruhnya pada anak ?
Apraksia adalah gangguan yang dapat memengaruhi kemampuan untuk mengendalikan gerakan pada saat berbicara. Anak-anak yang menderita apraksia umumnya akan sulit menggerakkan wajah dan tangan. Selain itu, kondisi ini juga sering mengakibatkan kesulitan berkomunikasi pada anak.
Mengapa memperhatikan gerakan tangan anak dapat membantu orang tua dalam membantu anak berbicara ?
Karena dari gerakannya kita bisa menarik kesimpulan terkait apa yang coba mereka sampaikan kepada Anda. Contohnya saat Anda menawarkan si kecil untuk memilih makanan. Minta si kecil untuk menunjukkan makanan tersebut, kemudian ajarkan kepada mereka cara menyebutkan nama makanan tersebut sambil memberinya.