Tidak terasa, sudah dua tahun lebih pandemi Covid-19 berlangsung. Selain berdampak terhadap kesehatan masyarakat, situasi pandemi juga memiliki efek yang sangat signifikan terhadap pola belajar dan mengajar. Utamanya, kemunculan tren school from homeatau yang biasa disingkat menjadi SFH.
Dalam proses SFH, orang tua mendapatkan tantangan berat untuk menjadi pembimbing bagi anak ketika belajar. Suasana rumah tentunya berbeda dengan kelas di sekolah yang memang didesain untuk mendukung pembelajaran. Belum lagi tantangan tambahan bagi orang tua yang anaknya masih kecil dan sulit diatur.
Lalu bagaimana jika anda diberikan kesempatan membimbing anak yang masih sangat kecil di jenjang TK ber-SFH? Bagaimana agar anak mau “nurut” dan juga paham apa yang diajarkan? Tenang, jangan dulu panik, berikut tipsnya.
Tips Menemani Anak TK Selama Belajar di Rumah
Kami memiliki tips-tips untuk anda dalam menemani anak TK belajar dari rumah. Apa saja tipsnya? Mari simak sampai selesai.
1. Kenali gaya belajar anak kita dengan baik
Di bangku sekolah dahulu, pasti anda pernah bertemu dengan orang-orang cerdas yang memiliki gaya belajar berbeda-beda.
Mungkin ada di antara mereka yang rapi sekali mencatat, lengkap dengan gambar ilustrasi dan bolpoin warna-warni. Di sisi lain, ada juga yang tidak begitu rajin mencatat namun sangat perhatian dalam mendengarkan setiap ucapan gurunya.
Kemudian, ada juga teman sekelas yang cepat bosan jika mendengarkan guru menerangkan, namun sangat bersemangat jika ada kerja praktek dan kelompok.
Mengapa seperti itu? Ternyata, karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Jika gaya belajar cocok dengan kepribadiannya, maka ia akan senang dalam belajar dan cepat menangkap. Namun jika gaya belajarnya tidak cocok, maka ia akan susah menangkap dan cepat bosan.
Berikut tiga gaya belajar utama dari sisi psikologi:
– Visual
Sebagaimana namanya, orang yang memiliki gaya belajar visual lebih condong dan tertarik pada gambar dan “presentasi” saat belajar. Daripada mendengar atau mencatat, ia lebih terlihat seperti “menonton” suatu pertunjukan yang mengasyikkan.
Maka, pengajar bagi orang yang memiliki gaya belajar ini harus memperhatikan dengan baik penyampaiannya agar mudah diterima secara visual. Papan tulis, proyektor, atau diagram dan gambar ilustrasi sangat membantu bagi orang-orang yang visual.
Selain itu, mereka yang memiliki gaya belajar ini pun lebih senang belajar di tempat yang tenang dan melalui alat-alat bantu seperti buku, gambar, alat-alat tulis yang beraneka ragam, mind-map, dan sejenisnya. Ia juga senang berimajinasi dan menggambarkan materi-materi pelajaran di benaknya.
Jika anak anda sejak kecil terlihat senang dengan hal-hal yang menarik secara visual, maka besar kemungkinannya ia termasuk ke dalam tipe ini.
Oleh karena itu, membelikannya buku-buku serta ensiklopedi bergambar akan membuatnya semakin semangat dalam belajar. Belikan juga kartu-kartu flashcard untuk membantunya menghafal pelajaran-pelajaran baru.
Selain memberikannya flash card yang sudah jadi dari pasaran, anda juga bisa membuat sendiri flashcard ini. Atau bahkan, anda pun bisa membuatnya bersama-sama dengan anak.
Jangan lupa siapkan pula alat tulis dan kertas-kertas yang menarik dan berwarna-warni serta berikan ia motivasi dan pujian untuk terus berkreasi.
– Auditori
Jika mereka yang memiliki gaya belajar visual lebih senang “menonton” dan berimajinasi, maka mereka yang auditori belajar lebih baik melalui elemen-elemen yang mengandung suara.
Mereka menangkap dan berusaha memahami informasi dengan cara mendengar dan berbicara. Mereka juga senang berdiskusi dan mempertanyakan banyak hal yang belum mereka pahami pada guru atau kawan-kawan sebayanya.
Bagi orang-orang “visual”, kawan-kawan yang cenderung auditori ini mungkin akan terlihat “cerewet” dan mengganggu pembelajaran. Karena, mereka lebih senang menyendiri dan berimajinasi.
Namun bagi mereka yang lebih condong ke gaya auditori, justru dengan berdiskusi dan bertanya serta mendengar-lah mereka bisa memahami pelajaran dengan lebih baik.
Bagi anak-anak yang memiliki cara belajar auditori, pengajar harus memposisikan diri sebagai kawan diskusi dua arah. Sering-seringlah bertanya di tengah pelajaran untuk mengetes pemahamannya. Selain itu, jangan lupa senantiasa memancing anak untuk bertanya.
Mereka yang auditori pun tidak hanya belajar dengan cara ini di dalam kelas. Ketika belajar sendirian, mereka pun akan lebih cepat paham jika mengulang-ulang pelajaran dengan cara membacanya dengan keras.
Maka, motivasilah anak untuk mengulang-ulang hafalan dan pelajaran di luar sesi kelas. Juga jangan menutup diri untuk berdiskusi dan bercerita mengenai pelajaran di luar kelas.
Tips lainnya, ajaklah saudara dari anak anda untuk bercerita bersama tentang materi yang telah ia pelajari. Dorong anak anda untuk menceritakan apa yang ia pahami dengan bahasanya sendiri.
– Kinestetik
Jika anak-anak yang visual belajar melalui gambar dan yang auditori melalui suara, maka anak-anak yang condong pada cara belajar kinestetik belajar melalui gerakan dan indera-indera lainnya.
Para pembelajar kinestetik juga biasa disebut dengan “pembelajar aktif”, karena gaya belajar mereka tidak pasif seperti kebanyakan orang. Mereka senang bereksperimen, mengotak-atik, dan mempraktekkan langsung hal-hal yang mereka pelajari.
Ciri-ciri anak yang memiliki gaya pembelajaran kinestetik di antaranya adalah mereka “tidak mau diam”. Mereka suka sekali berjalan-jalan di dalam ruangan, mengetes/mencicipi apa saja yang ada di lingkungan mereka.
Oleh karena itu, lebih baik jika pengajar mengadopsi gaya mengajar yang lebih aktif dan partisipatif. Dalam arti, anak kita libatkan langsung dalam kegiatan-kegiatan yang mengandung olah tubuh seperti menyusun mainan, role playing, dan kegiatan-kegiatan kelompok.
Alat-alat dan konten multimedia juga bisa menarik perhatian anak-anak kinestetik agar perhatian mereka tertuju pada pelajaran. Coba carikan konten yang menarik dan ramah anak dan dampingi mereka mempraktekkan isi pelajarannya dalam eksperimen-eksperimen ringan.
Namun, perlu kita perhatikan juga bahwa mayoritas orang tidak memiliki satu gaya belajar saja. Justru, kebanyakan orang memiliki gaya belajar yang merupakan kombinasi dari ketiganya.
Maka, jangan sampai kita membatasi anak dengan satu gaya belajar saja. Coba anda perhatikan dan teliti sejauh mana kombinasi gaya-gaya belajar tersebut nampak pada anak.
Bisa jadi anak anda adalah pembelajar kombinasi auditori-kinestetik, misalnya, sehingga metode terbaik adalah menggabungkan diskusi dan eksperimen. Atau jika ia pembelajar visual-kinestetik, maka mengajarinya membuat coretan-coretan doodle dan mind map ala kadarnya bisa membantunya lebih fokus dan memahami materi.
2. Sulap salah satu bagian rumah menjadi ruang kelas yang menyenangkan
Suasana ruang kelas di taman kanak-kanak pastinya berbeda dengan ruang kelas di sekolah-sekolah lanjutan. Jika ruang kelas di sekolah lanjutan didesain untuk menjaga anak agar tetap fokus belajar dan jauh dari distraksi, maka ruang kelas taman kanak-kanak justru sebaliknya.
Ruang kelas dibuat senyaman dan seceria mungkin, agar anak tidak malas dan “kabur” dari pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran selain untuk membuatnya paham materi-materi sederhana, adalah untuk menumbuhkan kesan bahwa belajar itu adalah sesuatu yang menyenangkan.
Selain itu, taman kanak-kanak juga menjadi salah satu “laboratorium sosial” pertama untuk anak-anak. Di sana, mereka belajar untuk bersosialisasi, berbagi, dan mengatasi konflik.
Oleh karena itu, kita pun harus bisa menduplikasi aspek-aspek positif di taman kanak-kanak dan mengaplikasikannya di rumah kita agar anak betah belajar di rumah.
3. Hias dengan warna dan ornamen kesukaan anak
Jika anak kita menyukai hal-hal berbau angkasa luar dan bercita-cita jadi astronot, maka jangan sungkan mengeluarkan sedikit modal untuk mengecat tembok dengan warna biru tua dan menghiasinya dengan ornamen-ornamen benda langit.
Kemudian tanamkan padanya, bahwa ia harus rajin belajar agar kelak benar-benar bisa menggapai cita-citanya (misalnya menjadi astronot). Sulap rumah menjadi “ruang inkubasi” bagi anak untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Jika anak memiliki cita-cita ingin menjadi pilot, maka hiasi kamar dan kesankan seakan-akan ruangan belajar tersebut adalah kokpit pesawat.
Agar tidak keluar modal terlalu banyak, ayah dan bunda bisa mencari model hiasan yang bisa ayah dan bunda print serta lipat sendiri. Telusurilah situs-situs DIY (do it yourself) serta video-video yang banyak tersedia di Youtube.
4. Siapkan jadwal dan beri jeda
Dua hal ini, jadwal dan jeda, sangat penting dalam proses pembelajaran anak. Jika waktu pembelajaran berjalan saat jam tidur siang atau berlangsung terlalu lama, anak bisa jenuh.
Kemudian, jika pembelajaran kita jalankan tanpa jeda yang cukup, maka anak pun akan merasakan pusing dan sulit berkonsentrasi. Ini kemudian akan mengakibatkan anak tidak memahami materi, atau lebih parahnya lagi ia bisa kehilangan minat belajar.
Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa anak-anak di jenjang TK hingga SD mampu menyerap pelajaran secara maksimal selama 15-20 menit.
Jika pembelajaran berlangsung lebih lama dari itu atau bahkan hingga 90 menit, mereka akan mudah mengantuk, tidak dapat memahami materi, dan mudah bosan.
Lalu bagaimana solusinya jika banyak materi yang harus kita ajarkan?
Solusinya, beri waktu jeda selama 10 menit atau lebih setiap 15-20 menit waktu pembelajaran. Isilah waktu jeda ini dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat refreshing seperti senam ringan atau berjalan-jalan ke taman rumah.
5. Edukasi diri menjadi pengajar spesialis anak
Pandemi di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan segera berhenti. Oleh karena itu, kita pun harus mempersiapkan diri untuk menjalankan school from home sampai waktu yang belum bisa diperkirakan.
Dengan lamanya waktu yang harus anak lalui tanpa hadir di sekolah, maka otomatis kita harus “mengubah” diri menjadi pengajar yang mumpuni.
Jika kita memposisikan diri sebagai pengajar, maka kita akan merasakan beban tanggung jawab untuk memberikan pengajaran dengan materi dan cara yang terbaik bagi anak-anak didik kita.
Di sisi lain, banyak orang masih dalam mode “menunggu” dan berharap sekolah secepatnya kembali membuka kelas luring. Dalam penantian tersebut, mereka memposisikan diri bukan sebagai pengajar namun sebagai orang tua siswa yang mengharapkan servis terbaik dari sekolah.
6. Tonton video-video pembelajaran khusus anak
Coba kita cari video-video pendidikan anak yang memiliki rating serta komentar-komentar berbobot. Pelajari bagaimana pengajar di video tersebut mempresentasikan materinya pada audiens anak-anak.
Kemudian, catat poin-poin menarik dari materi dan cara pembelajaran yang bisa kita praktekkan di rumah. Misalnya, catat bagaimana pengajar tersebut berpakaian, bagaimana intonasinya saat berbicara, dan apa saja media ajar yang ia gunakan.
7. Baca buku-buku pendidikan anak
Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, kita bisa mempelajari hasil-hasil riset dan tulisan-tulisan terbaik di berbagai belahan dunia.
Datangilah toko buku yang lengkap di kota anda, kemudian “selami” rak-rak buku di bagian pendidikan anak. Cari rekomendasi buku di internet, dan jangan sungkan untuk meminta rekomendasi pula dari penjaga toko.
Salah satu topik yang terkenal tentang pendidikan anak adalah mengenai Metode Montessori (Montessori Method).
Kesimpulan
Mendidik anak dengan metode school from home di masa pandemi membawa banyak tantangan bagi para orang tua. Terlebih jika anak-anak tersebut masih berusia kecil.
Namun, bukan tidak mungkin orang tua tetap bisa menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas di rumah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah karakter anak, lingkungan tempatnya belajar, serta orang tua itu sendiri sebagai tenaga pengajar.
Dengan mempelajari gaya belajar yang cocok untuk anak, menyediakan tempat belajar yang kondusif dan menyenangkan, serta mendidik diri sebagai pengajar, maka biidznillah tantangan SFHpun bisa dilewati dengan baik.
Baca juga : 4 Tips Untuk Orang Tua Dalam Menghukum Anak Tanpa Kekerasan
Cara belajar kinestetik adalah belajar melalui gerakan. Pembelajar kinestetik juga biasa disebut dengan “pembelajar aktif”, karena gaya belajar mereka yang senang bereksperimen, mengotak-atik, dan mempraktekkan langsung hal-hal yang mereka pelajari. Ciri-ciri anak yang memiliki gaya pembelajaran kinestetik di antaranya adalah mereka “tidak mau diam”. Lebih baik jika pengajar mengadopsi gaya mengajar yang lebih aktif dan partisipatif. Dalam arti, anak kita libatkan langsung dalam kegiatan-kegiatan yang mengandung olah tubuh seperti menyusun mainan, role playing, dan kegiatan-kegiatan kelompok.
Buat ruang kelas di rumah senyaman dan seceria mungkin, agar anak tidak malas dan “kabur” dari pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran selain untuk membuatnya paham materi-materi sederhana, adalah untuk menumbuhkan kesan bahwa belajar itu adalah sesuatu yang menyenangkan.
Selain dari persiapan tempat yang harus menarik dan nyaman untuk anak belajar di rumah, orang tua juga perlu menanamkan pemikiran sebagai pengajar anak yang penuh dengan edukasi, serta menyesuaikan metode pembelajaran apa yang cocok bagi anak anda, dan berikan jadwal serta jeda dalam belajar. Dalam materi belajar juga harus disesuaikan dengan hal yang anak anda sukai, serta memberikan tontonan dan buku edukasi yang menarik dan menambah ilmu bagi anak. Apa yang dimaksud dengan gaya belajar kinestik pada anak?
Bagaimana membangun suasana belajar di rumah?
Bagaimana agar anak tidak bosan belajar dirumah bersama orang tua?