Usia dini menjadi masa keemasan seorang anak atau yang biasa disebut golden age. Karakteristik perkembangan anak usia dini pun cukup unik. Anak usia dini akan mulai menampilkan berbagai karakter yang mencerminkan dirinya.
Tak hanya itu, anak-anak pada usia ini juga akan menjadi peniru ulung. Mereka akan meniru apa yang mereka lihat maupun mereka dengar.
Mengingat usia ini bagi anak sangatlah penting, sudah seharusnya kita sebagai orang tua terus membimbing dan mengikuti perkembangannya. Jika orang tua sudah berhasil menemukan stimulus yang tepat, anak akan memiliki pondasi yang kuat dalam melewati masa keemasannya.
Pengertian Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, jika ditinjau dari istilahnya, usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Sementara itu, menurut pakar pendidikan anak, pengertian karakteristik anak usia dini mengacu pada usia 0-8 tahun.
Anak pada usia ini memiliki pola perkembangan yang khusus dan unik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pada masa golden age, kecerdasan anak pada 4 tahun pertamanya akan terbentuk sebesar 50 persen. Kemudian, saat memasuki usia 8 tahun, kecerdasan anak menjadi 80 persen dan akan optimal menjadi 100 persen pada saat memasuki usia 18 tahun.
Pada usia emas anak ini, orang tua dapat mulai memberikan rangsangan pendidikan guna mempersiapkan anak memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Ragam pendidikan anak usia ini pun dikelompokkan menjadi beberapa macam.
Pada jalur non formal, terdapat TPA (Tempat Penitipan Anak) yang diperuntukkan bagi mereka yang memasuki usia 0-6 tahun. Selain TPA, pada usia 0-6 tahun juga ada kelompok PAUD. Yang terakhir, ada playground atau kelompok bermain untuk anak dengan usia 2-6 tahun.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Sebelum anak memasuki pendidikan dasar, ada satu jenjang pendidikan bernama PAUD yang sebaiknya juga dikenalkan pada anak.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi salah satu upaya untuk membina dan memberikan rangsangan pendidikan. Agar nantinya, baik secara psikis maupun fisik anak siap memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.
Ada enam aspek yang dititikberatkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Keenam aspek tersebut yaitu perkembangan fisik motorik, seni, moral, agama, sosial-emosional, dan bahasa. Mengacu pada Permendikbud tahun 2014 nomor 137, tahap-tahap perkembangan yang diberikan akan disesuaikan dengan kelompok usianya.
Menurut Wikipedia, tujuan Pendidikan Anak Usia Dini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan utama dan tujuan penyerta.
Tujuan utama dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu memastikan tumbuh kembang anak berjalan sesuai usianya. Selain itu juga bertujuan untuk membentuk agar anak siap memasuki pendidikan dasar dan mengarungi kehidupan dewasa.
Sementara itu, tujuan penyerta dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu untuk menyiapkan anak agar secara akademik dapat mencapai kesiapan belajar. Dengan begitu, usia anak putus sekolah dapat berkurang. Anak juga dapat bersaing di jenjang pendidikan selanjutnya secara sehat.
Setelah Anda mengetahui tujuan dari pendidikan anak usia dini, Anda juga sebaiknya mengetahui stimulus-stimulus yang dapat diberikan agar pendidikan dan tumbuh kembang anak berjalan maksimal. Anda juga harus mengetahui karakteristik anak pada usia dini agar bisa memberikan stimulasi yang tepat.
Karakteristik Anak Usia Dini Menurut Para Ahli
Karakter sendiri merupakan sifat atau watak yang ada pada diri seseorang dan membedakannya dengan yang lain. Karakter anak usia dini ini cukup beragam.
Dilansir dari modul Hakikat Anak Usia Dini dan How to Adult, IIn Cintasih dan Dr. Sri Tatminingsih menyebutkan bahwa karakter anak usia dini secara umum adalah sebagai berikut.
1. Bersifat Uunik
Setiap anak memiliki karakteristik yang unik. Mereka memiliki latar belakang, kesukaan, bakat, minat yang berbeda-beda. Jadi, Anda tidak dapat menyamakan atau membandingkan anak Anda dengan yang lain. Keunikan karakter pada anak juga dapat dilihat dari cara belajar, kemampuan, atau hal-hal lain yang menarik perhatian mereka. Pola perkembangan masing-masing anak pun berbeda-beda.
2. Aktif dan Energik
Bukan hal yang mengherankan lagi saat melihat anak-anak aktif bergerak ke sana ke mari tanpa merasa lelah. Pasalnya, pada usia-usia ini anak memang sangat aktif dan energik. Mereka hanya akan berhenti saat tengah tidur saja.
3. Bersifat Spontan dan Ceroboh
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak memiliki sifat yang polos dan spontan. Mereka juga tidak pandai untuk berpura-pura. Mereka akan cenderung mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan tanpa memperdulikan respon dan perasaan orang lain.
4. Pemarah
Perkembangan emosi anak usia dini belumlah stabil. Seorang psikoterapis bernama Amy Morin menyebutkan bahwa anak-anak pada usia ini memiliki kecenderungan mudah marah dan merasa frustasi. Namun di lain sisi, terkadang juga akan sangat bersemangat.
Hal itu bukanlah hal yang salah, tetapi anak yang terlampau emosional akan berdampak pada kehidupan mereka.
5. Egois
Pada usia-usia dini, anak-anak akan cenderung memikirkan segala sesuatunya berdasarkan pengetahuan dan juga cara pandangnya. Mereka juga akan menganggap bahwa apapun yang mereka inginkan dan mereka sukai akan menjadi miliknya.
6. Penasaran dan Berjiwa Petualang
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Tak heran jika mereka akan banyak bertanya untuk mencari jawaban dari rasa keingintahuan mereka. Mereka juga akan mencoba berbagai hal untuk menjawab rasa penasarannya.
Rasa keingintahuan yang tinggi tentu sangat baik bagi perkembangan kemampuan kognitif mereka. Untuk itu, sebagai orang tua tentu harus berhati-hati saat menjawab pertanyaan anak-anak. Jangan sampai, jawaban kita membuat anak-anak salah paham.
7. Memiliki Imajinasi dan Fantasi yang Tinggi
Daya imajinasi dan fantasi anak pada usia dini sangatlah tinggi. Meski, hal ini merupakan hal yang baik karena dapat meningkatkan kreativitas anak, sebaiknya Anda tetap membimbingnya dan memberikan anak penjelasan apa yang terjadi sebenarnya.
8. Sulit Diajak Fokus
Umumnya, anak usia dini sulit untuk fokus. Mereka hanya dapat bertahan untuk fokus dalam rentang 10 menit saja.
Maka dari itu, tak heran jika anak-anak cenderung tak bisa diam dan sulit bertahan saat diajak melakukan hal-hal yang membutuhkan ketenangan. Anak-anak juga mudah bosan dengan hal-hal yang monoton. Terkecuali jika hal itu sangat disukainya.
9. Mahir Berkata-Kata
Bisa dibilang, anak usia dini sangat cerewet. Mereka tak berhenti mengoceh atau menirukan suara-suara yang didengarnya. Mereka juga mulai mahir berkata-kata dan memiliki perbendaharaan kata yang akan terus bertambah.
Untuk menambah perbendaharaan kata anak, Anda dapat mengajaknya berbicara dan mengenalkan kata-kata baru. Selain itu, Anda juga dapat membacakan buku atau menceritakan dongeng setiap hari.
Karakteristik Anak SD
Sedikit berbeda dengan anak usia dini, secara psikologis, anak SD sudah memasuki masa kanak-kanak akhir atau masa di mana mereka cenderung berkelompok dan menyesuaikan diri. Adapun karakteristik anak SD di antaranya yaitu:
- Anak SD cenderung sudah dapat menaruh perhatian dan merespon hal-hal yang terjadi di sekitarnya
- Memiliki minat yang kuat pada hal-hal kecil yang mungkin tidak terlalu penting atau bermakna
- Memiliki dorongan yang besar untuk menjadi penyelidik dan menemukan hal-hal yang ingin mereka ketahui sendiri tanpa bantuan
- Mereka selalu aktif belajar dan berbuat sesuatu
- Memiliki daya imajinasi yang tinggi
Perkembangan Sensorik Motorik Anak Usia 4-5 Tahun
Dengan karakteristik yang unik, tentu perkembangan masing-masing anak berbeda-beda. Namun pada umumnya memiliki kecenderungan yang sama.
Salah satu tahap perkembangan pada anak yaitu perkembangan sensorik motorik. Keterampilan sensorik motorik memungkinkan anak untuk dapat menggunakan otot-ototnya. Seperti misalnya, menggerakkan tangan, memegang benda, dan lain-lain.
Pada saat anak berusia 4-5 tahun, umumnya anak sudah mulai bersekolah. Pada usia ini, anak-anak cenderung mulai bisa mengontrol diri, mengekspresikan emosinya, dan lebih bersemangat dalam mencoba hal-hal baru.
Kemampuan sensorik dan motorik anak pada usia ini juga sudah semakin terkoordinasi dan stabil. Akibatnya, si kecil sudah mulai bisa untuk melakukan berbagai hal tanpa bantuan lagi.
1. Perkembangan Sensorik Motorik Anak Usia 4 Tahun
Pada usia 4 tahun, keseimbangan anak sudah semakin baik. Mereka juga sudah dapat tergabung dalam permainan secara aktif dengan waktu yang lama. Berikut beberapa kemampuan sensorik motorik yang sebaiknya dimiliki anak usia 4 tahun.
- Mampu melompat dengan satu kaki dan berjalan pada garis lurus
- Menaiki tangga dengan kaki kiri dan kanan secara bergantian tanpa dibantu
- Memanjat pohon
- Melompat dari ketinggian 15 cm atau secara berurutan sebanyak 10 kali tanpa terjatuh
- Berlari, menikung, dan berhenti secara terkontrol
- Menendang, melempar, memantulkan, dan menangkap bola
- Memegang alat tulis dengan benar
- Melepas dan memasang baju tanpa bantuan
- Mengayuh sepeda roda tiga
- Menyusun balok hingga 10 tingkat lebih serta dapat menyusun puzzle dan lego dengan lebih kompleks
Dikutip dari situs lembaga di Minnesota, Help Me Grow, untuk mendukung perkembangan sensorik motorik anak pada usia ini, Anda dapat menstimulusnya dengan beberapa hal berikut.
- Bantu anak memotong gambar dengan gunting khusus lalu menempelkannya pada lembar yang terpisah
- Ajak anak bermain lempar bola
- Bimbing si kecil menuangkan minumannya sendiri
- Minta si kecil untuk menggambar bentuk dari pasir dengan menggunakan jarinya
- Latih anak berjalan lurus maju dan mundur dengan menyusuri satu baris ubin
- Ajak anak bermain pesawat terang dengan satu kaki terangkat dan anak melompat dari satu tempat ke tempat lain.
2. Perkembangan Sensorik Motorik Anak Usia 5 Tahun
Tentu saja kemampuan sensorik motorik anak pada usia 5 tahun sudah semakin berkembang lagi. Dilansir dari situs parenting Australia, Raising Children, berikut beberapa kemampuan sensorik motorik anak usia 5 tahun yang sebaiknya dimiliki.
- Berjalan mundur
- Berjalan di balok keseimbangan
- Jungkir balik
- Menulis nama sendiri
- Menggambar dan mewarnai gambar dengan lebih rapi
- Melipat pakaian
- Menggunting dan menempelkan pola dengan lebih baik tanpa melewati garis
- Memasang dan melepaskan kancing atau resleting
- Melepaskan dan mengenakan pakaian pada boneka
Anda juga dapat menstimulasi perkembangan sensorik motorik anak di usia ini dengan beberapa cara berikut.
- Latih anak mewarnai secara rutin dengan memberikannya buku mewarnai
- Ajak anak untuk ikut melipat baju
- Ajak anak untuk membuat berbagai macam bentuk dengan kertas origami
- Ajari si kecil untuk menuliskan namanya sendiri
- Bimbing anak untuk dapat serta memasang kancing dan pakaiannya sendiri
- Biarkan anak menggambar hal-hal yang lebih detail, seperti rumah dengan pohon, ayunan, dan lain-lain
- Latih anak untuk menjaga keseimbangan dengan berjalan di atas bata atau meniti trotoar
Usia dini menjadi usia yang sangat penting. Pada usia ini, anak sedang berada pada masa keemasannya atau golden age. Diungkapkan oleh Montessori, usia-usia ini juga menjadi masa yang sensitif bagi anak karena dapat mempengaruhi pada kehidupan anak selanjutnya.
Mengingat karakteristik perkembangan anak usia dini yang unik dan sensitif ini, sebaiknya kita sebagai orang tua dapat memberinya stimulus yang tepat. Kami, di Prestasi Global juga terus memantau perkembangan anak dan memberinya stimulus sesuai dengan usianya.
Apakah tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan utama dan tujuan penyerta. Tujuan utama dari pendidikan AUD yaitu memastikan tumbuh kembang anak berjalan sesuai usianya. Sementara itu, tujuan penyerta dari pendidikan AUD yaitu untuk menyiapkan anak agar secara akademik dapat mencapai kesiapan belajar.
Apa saja karakteristik anak usia dini menurut para ahli?
1.Bersifat unik 2.Aktif dan energik 3.Bersifat spontan dan ceroboh 4.Pemarah 5.Egois 6.Penasaran dan berjiwa petualang 7.Memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi 8.Sulit diajak fokus 9.Mahir berkata-kata
Apa saja kemampuan sensorik motorik yang sebaiknya dimiliki anak usia 4 tahun?
-Dapat tergabung dalam permainan secara aktif dengan waktu yang lama. -Mampu melompat dengan satu kaki dan berjalan pada garis lurus -Menaiki tangga dengan kaki kiri dan kanan secara bergantian tanpa dibantu -Memanjat pohon