TBC atau penyakit TB paru adalah salah satu penyakit paling berbahaya dan banyak diderita masyarakat Indonesia.Hal ini sama dengan virus Corona yang sekarang sedang menjadi pandemi. Bahkan gejala kedua penyakit ini pun hampir sama yaitu batuk.Meski begitu keduanya tetap memiliki perbedaan yang akan kita bahas dalam ulasan berikut.
Perbedaan Batuk TBC dan Batuk Covid-19
Dilihat dari batuk nya pun penderita COVID-19 dan TBC juga memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut di antaranya adalah:
1. Berdasarkan Sifat Batuknya
Jika melihat berdasarkan sifat gejala batuk akibat infeksi virus Corona bersifat akut. Berbeda dengan gejala batuk karena penyakit TBC sifatnya kronis
2. Berdasarkan Jenis Batuknya
Orang yang terkena virus Corona umumnya mengalami jenis batuk kering. Tapi memang tidak semua orang yang mengalami batuk kering dianggap positif Corona. Namun jenis batuk ini berpotensi besar jadi gejala terinfeksi virus Corona dibanding batuk berdahak. Munculnya gejala tersebut biasanya 2 sampai 14 hari sesudah terpapar virus.
Berbeda dengan batuk karena TBC. Batuk akibat TBC umumnya disertai dahak yang sangat kental berwarna kuning. Selain batuk berdahak, penderita TBC juga merasakan gejala lain. Gejala lain tersebut di antaranya sesak napas, dada nyeri, berkeringat banyak di malam hari, demam menggigil dan penurunan nafsu makan.
3. Berdasarkan Akibat Batuknya
Pasien positif Corona umumnya hanya mengalami batuk kering dan sesak napas saja. Hal ini berbeda dengan penyakit TBC yang batuknya sampai bisa mengeluarkan bercak darah.
4. Berdasarkan Ciri Batuknya
Ciri dari penderita COVID-19 adalah batuk secara terus menerus. Waktu batuknya biasanya berlangsung lama, bisa sampai setengah jam. Berbeda dengan penderita TBC. Ciri-ciri TBC adalah batuknya tidak terjadi secara terus menerus. Waktu batuknya pun juga tidak terlalu lama.
5. Berdasarkan Lamanya Batuk
Pada umumnya gejala batuk pada penderita TBC berlangsung lama. Bisa lebih dari 14 hari. Bahkan bisa juga sampai proses pengobatan TBC selesai. Berbeda dengan Covid-19 batuknya maksimal hanya berlangsung 14 hari atau kurang.
6. Berdasarkan Gejala Lain Saat Batuk
Penderita Covid-19 saat mengalami batuk di tahap awal akan disertai sesak napas. Namun sesak nafas hanya terjadi pada tahap awal infeksi saja dan tidak terjadi secara terus-menerus. Hal ini berbeda dengan penderita TBC. Saat batuk penderita TBC juga akan mengalami gejala sesak napas. Sesak napas ini semakin lama akan semakin berat dan parah. Sesak napas baru akan berkurang jika pengobatan TBC sudah hampir selesai.
7. Berdasarkan Waktu Batuknya
Penderita Covid-19 sering kali mengalami batuk pada pagi atau siang hari secara terus menerus. Berbeda dengan penderita TBC yang cenderung lebih sering batuk pada malam hari, terutama ketika tengah malam menjelang pagi. Biasanya penderita TBC akan terbangun karena batuk berat yang mereka alami. Meski begitu kadang penderita TBC juga batuk di pagi maupun siang hari. Namun batuknya hanya berlangsung sebentar-sebentar saja.
Penyebab dan Gejala TBC
TBC adalah kependekan dari Tuberkulosis. Penyakit ini dikenal juga dengan penyakit TB paru karena memang menyerang paru-paru. Penyebab TBC sendiri adalah bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. Selain itu penyebab seseorang terkena TBC juga bisa dipengaruhi oleh faktor tertentu. Salah satunya seperti faktor imun yang melemah pada penderita HIV. Selain itu ada juga beberapa faktor lain yang harus diperhatikan seperti:
1. Melakukan Perjalanan Keluar Negeri
Resiko terkena penyakit TBC menjadi lebih tinggi untuk orang yang tinggal atau melakukan perjalanan ke negara yang mempunyai penderita TBC paling banyak. Contoh negara yang memiliki resiko TBC yang tinggi adalah Afrika, India, Meksiko, Cina, dan pulau-pulau yang ada di Asia Tenggara.
2. Kemiskinan
Kemiskinan bisa meningkatkan resiko terkena penyakit TBC. Hal ini berlaku untuk mereka yang tinggal di daerah terpencil dan memiliki penghasilan rendah. Biasanya mereka Kekurangan akses untuk memeriksakan diri dan melakukan perawatan mengobati TBC.
3. Tempat Tinggal atau Bekerja yang Ada Penderita TBC
Jika Anda bekerja di rumah sakit dan melakukan kontak secara langsung dengan penderita TBC, maka resiko terkena penyakit ini juga semakin tinggi. Untuk itulah saat di tempat kerja atau di rumah jagalah kebersihan dengan sering mencuci tangan. Selain itu, pastikan untuk selalu menjaga pola hidup sehat.
Gejala dan Diagnosa Penyakit TBC
Penyakit ini umumnya menimbulkan gejala batuk dalam waktu yang lama. Penularannya terjadi melalui udara. Entah itu melalui air liur maupun bersin. TBC lebih rentan pada penderita HIV karena kekebalan tubuhnya yang lemah. Bakteri ini bisa menyebar ke organ tubuh lainnya. Bahayanya lagi tak hanya paru-paru yang diserang, namun usus, tulang maupun kelenjar juga akan diserang. Penderita TBC semakin hari semakin mengalami peningkatan.
Infeksi pertama penyakit ini dimulai pada tahun 1985. Agar sembuh, penderita TBC harus menjalani perawatan dengan meminum beberapa jenis obat. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa berakibat sangat fatal seperti kematian. Bahayanya lagi bakteri yang aktif akan menyebabkan radang paru-paru. Untuk mencegah penyakit TBC, Anda bisa melakukan diagnosa Awal. Cara Mendiagnosa TBC adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan kelenjar getah bening dan suara paru-paru saat bernafas. Diagnosa ini biasanya menggunakan stetoskop.
Selain itu alat lain yang sering digunakan untuk pemeriksaan TBC adalah tes kulit. Jadi dokter akan menyuntikkan zat bernama PPD dibagian bawah kulit lengan dalam. Selanjutnya Anda harus menunggu sekitar 48 hingga 72 jam. Dalam waktu tersebut ahli kesehatan akan memeriksa Anda. Jika lengan bekas suntikan mengalami benjolan, artinya Anda mengidap TBC. Ukuran benjolan ini sangat menentukan keakuratan hasil tes. Meski begitu, cara ini terbilang kurang akurat. Jadi perlu menggunakan cara lainnya seperti tes darah, tes dahak. Untuk hasil yang lebih akurat dan terpercaya Anda juga bisa melakukan X-ray dada.
Jenis-Jenis TBC
Berdasarkan gejalanya TBC dibagi menjadi dua jenis yaitu:
-
TBC Laten
TBC Laten adalah keadaan dimana seseorang terinfeksi TB namun bakteri yang ada dalam tubuh tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. TB jenis ini dikenal juga dengan TB tidak aktif. TB jenis ini juga tidak menular. Meski begitu, TB laten bisa saja berubah menjadi TB aktif.
-
TBC Aktif
TBC aktif adalah jenis TBC dimana penderitanya merasakan sakit. Jenis TBC ini juga sangat menular. Selain jenis di atas, berdasarkan organ yang diinfeksi, penyakit TB juga dibagi lagi menjadi beberapa jenis seperti :
-
TB Paru
TB jenis ini dikenal dengan nama TBC. Gejalanya adalah batuk dalam waktu yang lama hingga mengeluarkan darah.
-
TB Limfadenitis
TB Limfadenitis dikenal juga dengan nama TB kelenjar. TB jenis ini tidak menyerang paru-paru. Contoh dari jenis TB ini adalah adanya peradangan kelenjar getah bening. Selain pengobatan dengan obat penderita TB kelenjar juga harus mengkonsumsi makanan untuk TBC kelenjar seperti sayur hijau dan buah-buahan.
-
TB Tulang
Penderita TB ini disebabkan karena penyebaran jenis TB lain. Misalnya TB paru-paru ke tulang. Jika sudah menyerang tulang maka disebut dengan TB Tulang. Adapun bagian utama yang sering diserang adalah persendian dan tulang belakang.
-
TB Milier
TB Milier adalah jenis TB yang menyerang organ tubuh seperti liver, paru-paru dan sumsum tulang belakang. Disamping itu, TB ini juga bisa menyebar ke Jantung dan otak.
-
TB Urogenital
Sama seperti namanya, jenis TB ini menyerang bagian organ genital, ginjal dan saluran kemih.
-
TB Liver
TB Liver adalah jenis TB yang menyerang organ Liver. TB jenis ini termasuk jenis TB yang jarang terjadi.
-
TB saluran Pencernaan
TB ini dikenal juga dengan TBC usus. Sasaran utama dari jenis TB ini adalah saluran pencernaan seperti usus. Dengan begitu usus akan kesulitan mencerna makanan. Agar tidak semakin parah penderita TB ini harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Penderita harus mengkonsumsi makanan untuk penderita TBC usus seperti bubur.
-
TB Meningitis
TB ini umumnya menyerang sistem membran tipis pelindung otak. Selain itu jenis TB ini juga sering menyerang saraf tulang belakang.
-
TB Peritonitis
TB jenis ini akan menyerang lapisan tipis dinding perut. Akibatnya dalam perut akan mengalami peradangan. Salah satu gejala dari penderita TB jenis ini adalah munculnya sebuah cairan di rongga perut.
-
TB Kulit
TB Kulit dikenal juga dengan Cutaneous. TB kulit termasuk jenis TB yang paling langka ditemui.
Cara Pengobatan TBC
Cara pengobatan TBC dilakukan dengan meminum obat TBC. Hal ini karena obat adalah dasar dari pengobatan TBC. Pengobatan penyakit TBC juga memakan waktu yang lebih lama dibanding penyakit karena bakteri lainnya. Penderita TBC diharuskan minum obat antibiotik paling tidak enam bulan secara terus menerus. Penderita TB laten hanya perlu minum satu jenis obat saja. Berbeda dengan TB aktif harus meminum beberapa jenis obat sekaligus.
Para penderita TBC harus menyelesaikan pengobatannya sesuai dengan ketentuan dokter. Jangan sampai pengobatan berhenti ditengah jalan. Pengobatan yang berhenti ditengah jalan sangat beresiko. Hal ini karena bakteri yang masih hidup akan menjadi kebal pada obat. Akibatnya penyakit TBC anda akan kambuh lagi. Bahkan semakin berbahaya dan sulit disembuhkan.
Makanan Untuk TBC
Selain minum obat, penderita TBC juga harus memperhatikan pola makannya. Penting sekali bagi penderita TBC untuk mengkonsumsi makanan untuk penderita TBC seperti sayur hijau dan buah buahan. Selain itu penderita TBC juga bisa mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein seperti tahu, tempe dan telur. Makanan dari gandum utuh seperti roti juga bisa menjadi pilihan. Di samping mengkonsumsi makanan sehat, penderita TBC juga harus mengikuti pantangan makanan TBC. Misalnya pantangan makanan TBC paru seperti makanan berminyak untuk penderita TB paru. Untuk yang menderita TB jenis kelenjar maka harus menghindari pantangan makanan TBC kelenjar seperti daging berlemak.
Kesimpulan
Memahami perbedaan gejala batuk pada COVID-19 dan TBC akan sangat membantu masyarakat. Mereka jadi tahu apa yang harus dilakukan ataupun dihindari.Apalagi saat ini mayoritas fokus ditujukan pada pandemi COVID-19. Kesalahan persepsi tentang penyakit TB dan terpapar infeksi virus corona bisa sangat berbahaya.
Mengingat fakta bahwa masyarakat Indonesia memiliki literasi yang cukup rendah, maka akan lebih baik jika pihak terkait mengambil langkah pasti.Alternatif pilihannya adalah sosialisasi mengenai penyakit TB paru (TBC) dan COVID-19 secara langsung agar tidak terjadi misleading informasi tentang gejala keduanya.
1.Melakukan Perjalanan Keluar Negeri 2.Kemiskinan 3.Tempat Tinggal atau Bekerja yang Ada Penderita TBC
1.TBC Laten 2.TBC Aktif 3.TB Paru 4.TB Limfadenitis
1.Berdasarkan Sifat Batuknya 2.Berdasarkan Jenis Batuknya 3.Berdasarkan Ciri Batuknya 3 Penyebab dan Gejala TBC
4 Jenis-Jenis TBC
3 Perbedaan Batuk TBC dan Batuk Covid-19