Sholat adalah rukun Islam kedua dan ritual ibadah ini sangat besar serta penting nilainya di mata seorang muslim. Karena itu orang tua sebaiknya mengajarkan anak sholat sekaligus membentuk kebiasaan ini agar terbawa hingga usia dewasa.
Perkara inilah yang pertama kali akan diperhitungkan di hari pembalasan nanti di hadapan Allah SWT. Tidak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, kecintaan kepada salat seharusnya juga ditumbuhkan.Ini karena salat adalah bentuk komunikasi kita, hamba yang begitu kecil dan rendah dengan Allah SWT Yang Maha Tinggi. Lalu bagaimana cara terbaik menumbuhkan kebiasaan beribadah salat? Simak panduannya berikut ini!
Begini Cara Mengajarkan dan Membangun Kebiasaan Sholat Kepada Buah Hati Menurut Rasulullah SAW
Saat baru pertama kali belajar biasanya anak akan bersemangat dan rajin menjalankan salat. Namun ada kalanya mereka merasa bosan dan menolak untuk mengerjakan salat. Kalau sudah demikian dibutuhkan strategi untuk membujuk mereka. Memang dibutuhkan kesabaran dari orang tua atau pengasuh agar anak sholat dengan disiplin tanpa dipaksa. Ustadz Adi Hidayat, Lc, MA bahkan melarang memaksa anak berusia dini jika si Kecil belum bersedia.
Yang perlu dilakukan adalah memberikan teladan sambil sebisa mungkin menciptakan suasana beribadah yang nyaman dan menyenangkan. Sebenarnya Rasulullah SAW bahkan telah memberikan panduan mengenalkan sholat pada anak. Menurut pakar parenting, Mohammad Irsyad, M.Pd, I, Rasulullah menganjurkan untuk mengajarkan salat sejak dini kepada anak.
Hal ini tercantum pada sebuah hadits tentang mendidik anak untuk sholat. Rasulullah bersabda untuk memerintahkan anak salat jika telah mencapai usia 7 tahun. Jika telah berusia 10 tahun dan anak melalaikan salat, orang tua atau walinya diperbolehkan memukul serta memisahkan tempat tidur mereka. Dalam mengajarkan salat Anda juga perlu memperhatikan usia anak karena ada perlakuan khusus pada tiap-tiap fase tersebut. Sebagai referensi parenting Islami bagi buah hati cobalah menerapkan tips berikut ini.
1. Mengajarkan Sholat Di Usia Kurang Dari 7 Tahun Sampai 7 Tahun
Pada usia mulai 3 tahun anak tengah berada pada fase psikologi yang disebut Phallic Stage. Artinya kapasitas otak mereka berada pada puncak sensitivitas pembelajaran, pengakaran, dan pembekalan. Inilah momen-momen terbaik untuk menanamkan karakter atau nilai sebagaimana yang diinginkan orang tua, atau disebut sebagai proses pembudayaan.
- Hindari cara-cara yang saklek atau cenderung galak dalam mengajarkan salat cenderung tidak akan berhasil. Orang tua memang belum waktunya mengharap si kecil untuk dapat salat dengan baik dan disiplin.
- Satu-satunya strategi yang disarankan adalah belajar sambil bermain, apalagi di usia-usia tersebut anak sangat suka meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya.
- Pada anak usia dini Anda tidak perlu mengajarkannya berwudhu dahulu, termasuk memakai busana salat seperti mukena atau peci untuk laki-laki. Tidak masalah jika tata cara sholat anak belum terlalu sesuai dengan tuntunan. Ini untuk menghindari anak menjadi malas karena enggan ribet harus berkutat dengan aturan wudhu dan memakai pakaian yang tidak nyaman. Menurut Ustadz Syafiq Riza Basalamah fokus utama pada pembelajaran salat di usia tersebut adalah membiasakan anak dengan gerakan serta bacaan salat.
- Karena anak cenderung mengimitasi tindakan orang tua dan orang dewasa di sekitarnya, pastikan si kecil sering melihat Anda wudhu dan salat. Anak akan melihat bahwa salat harus dilakukan tepat waktu jika orang tua juga tidak menunda-nunda salat begitu mendengar azan. Orang tua adalah sekolah agama anak yang pertama. Jika ibadah salat menjadi prioritas utama Anda di samping berbagai aktivitas lain di rumah, kesan ini akan tertanam pada anak.
- Sebelum mulai mencari cara mengajar praktek salat yang paling ideal bagi anak, berikan dulu pemahaman tentang Allah. Tanpa pengertian tersebut salat hanya menjadi sekedar ritual ibadah wajib saja. salat pun sekedar menjalankan keharusan namun kurang berfokus dalam hubungan emosional serta spiritual dengan Allah SWT. Memperkenalkan Tuhan Yang Maha Kuasa seharusnya dilakukan sejak bayi. Walaupun belum mempunyai pemahaman seperti orang dewasa, Anda bisa mengajak anak berbicara mengenai Penciptanya. Saat sedang bersama si Kecil ceritakanlah tentang kebesaran Allah, Kemahaan-Nya, bagaimana Allah menciptakan, menyayangi, dan mencukupi kebutuhan hambanya. Dengan pendekatan demikian ini lama-kelamaan kecintaan kepada Allah akan tertanam di hati anak.
- Jika Anda menyadari pentingnya membiasakan anak melaksanakan ibadah sholat sejak dini, artinya Anda perlu meluangkan waktu untuk salat bersama anak. salat berjamaah adalah strategi praktek ibadah kolektif untuk menanamkan perspektif positif terhadap ritual ibadah ini. Paling tidak satu kali dalam sehari lakukan salat berjamaah dengan seluruh anggota keluarga yang diimami oleh Ayah. Untuk anak yang lebih besar Anda bisa memintanya untuk adzan. Untuk anak laki-laki Ayah perlu mengajaknya sholat Jum’at sesering mungkin untuk menumbuhkan identitas keislaman yang kokoh. Salah satunya dengan menyaksikan betapa banyaknya jumlah orang Islam yang menjalankan ibadah bersama-sama.
2. Mengajarkan Sholat Di Usia 7 Tahun
Menginjak usia mulai 7 tahun sampai 10 tahun tahap belajar sholat untuk anak bukan lagi perkenalan tetapi menekankan. Artinya orang tua boleh memerintahkan anak untuk salat agar kebiasaan tersebut tertanam semakin kuat. Jika anak membantah orang tua juga diperbolehkan bersikap tegas.
Ini karena tumbuh kembang anak sudah memasuki fase dapat membedakan yang benar dan salah. Dengan perkembangan tersebut mengajar dan mengarahkan anak seharusnya menjadi lebih mudah.
- Jika belum tersedia mushola, Anda dapat menggunakan ruangan kosong sebagai tempat salat atau sekedar menyiapkan sudut ruangan. Tindakan ini akan memberikan pemahaman bahwa salat adalah kewajiban yang penting sehingga perlu disediakan area khusus. Dengan tindakan tersebut anak juga dapat diajarkan kewajiban menjaga mensucikan diri dan menjaga kebersihan saat beribadah.
- Salah satu cara mengajari anak bacaan sholat adalah dengan membuat visualisasi karena anak merespon gambar dan ilustrasi dengan lebih baik. Anda bisa memasang poster gerakan dan bacaan salat di mushola untuk mengingatkan mereka jika sewaktu-waktu lupa. Untuk mendorong anak salat tepat waktu Anda juga bisa menggantungkan kalender Islam yang dilengkapi waktu salat.
- Sedini mungkin perkenalkan anak dengan Rasul Muhammad agar si Kecil tumbuh dengan mengidolakan beliau. Caranya adalah dengan membacakan kisah hidupnya, misalnya menjelang waktu tidur. Jika anak menjadikan Rasul sebagai panutan mereka akan meneladani perilaku beliau termasuk salat sebagai perintah Allah yang disampaikan oleh Rasul Muhammad.
- Anak-anak memang tidak selamanya berperilaku baik. Ada hari-hari dimana suasana hati anak menjadi buruk dan membuatnya enggan beribadah. Tanggung Jawab orang tua adalah memastikan anak tetap menjalankan salat apapun yang terjadi apalagi jika usianya sudah menginjak 10 tahun. Membangun kebiasaan ini bukanlah hal yang mudah sehingga orang tua harus tegas dan konsisten. Jika perlu terapkan konsekuensi atau hukuman dengan tujuan mendidik.
3. Membangun Kebiasaan Sholat 5 Waktu Di Usia 10 Tahun
Rasul memperbolehkan orang tua memberi hukuman memukul anak mulai usia 10 tahun jika mereka tidak mau salat. Tidak perlu khawatir bersikap terlalu keras kepada anak karena kondisi psikisnya sudah siap untuk konsekuensi tersebut. Pada usia 10 tahun anak sudah dianggap baligh atau dewasa dan wajib menjalankan ketentuan agamanya.
Tantangan orang tua di sini adalah perubahan perilaku anak menginjak usia pra remaja. Di usia tersebut anak akan mulai sering melawan dan membandel. Inilah sebabnya mengapa kita harus melaksanakan sholat sejak kecil sebagai proses belajar sekaligus menanamkan kebiasaan. Walaupun hukuman berupa memukul diperbolehkan namun tetap ada batasan konsekuensi tersebut tidak menyakiti anak. Dalam memukul kita dilarang untuk membuat kulit anak terluka, atau sampai mematahkan gigi dan tulangnya.
Pukulan yang tidak terlalu keras di bagian bahu, kaki, atau punggung boleh dilakukan karena tergolong tidak menyakitkan. Islam juga melarang memukul bagian wajah sebagai bentuk hukuman karena ini termasuk menyakiti. Dalam memukul orang tua seharusnya tetap berkepala dingin dan tidak terbawa emosi. Tujuan memukul adalah demi pendidikan serta sebagai wujud kasih sayang orang tua. Memberikan hukuman fisik tidak dianjurkan kecuali jika sangat terpaksa.
Proses menghukum anak karena kelalaiannya dalam beribadah sebaiknya tidak dilakukan di hadapan orang lain. Hal ini agar tidak mempermalukan anak dan menimbulkan trauma yang membuatnya mengingat salat sebagai pengalaman yang buruk. Berdasarkan penjelasan Ustadz Quraish Shihab, Rasul Muhammad SAW adalah orang yang paling lembut kepada anak-anak. Saat anak asuh Rasulullah melakukan kesalahan pun beliau tidak seketika itu juga menegurnya, melainkan memberikan si Anak waktu untuk introspeksi diri. Menurut pendiri Pusat Studi Al-Quran itu, kata-kata “dharaba” dalam hadis yang terjemahan umumnya adalah memukul bisa diartikan lebih luas. Intinya di sini adalah tidak menjadikan hukuman fisik sebagai satu-satunya solusi kesalahan anak.
Sebagaimana yang Rasulullah teladankan, Anda bisa berbicara baik-baik dan meminta anak untuk rajin salat. Jika orang tua secara konsisten terus menanamkan kebiasaan beribadah ini sejak dini, seiring berjalannya waktu akan timbul kecintaannya akan salat. Ini karena anak merasa membutuhkan salat sebagai sarana untuk berdekatan dan berkomunikasi dengan sang Pencipta sebagai sumber kekuatannya. Jangan bosan memberikan nasehat walaupun buah hati Anda lagi-lagi meremehkan kewajiban tersebut. Sesekali Anda perlu menyebutkan ayat atau hadis yang berkaitan dengan kewajiban salat, termasuk pahala dan ancaman bagi yang lalai.
Jika anak mengikuti kelas mengaji Anda bisa meminta bantuan gurunya untuk memotivasi putra-putri Anda. Jika si Kecil dirasa sudah menjalankan kewajibannya dengan baik, sebagai penghargaan Anda dapat memberikan hadiah untuk meningkatkan motivasinya. Meski demikian Anda juga perlu waspada agar reward ini tidak menjadi satu-satunya tujuan dalam beribadah. Kesimpulannya, membangun kebiasaan ibadah salat lima waktu idealnya dilakukan sejak dini dengan cara memberikan keteladanan. 3 tahapan pengajaran salat sesuai usianya adalah pengenalan, penanaman, dan penegasan.
Orang tua diperbolehkan memberikan konsekuensi jika anak melalaikan salat bila sudah mencapai usia baligh. Hukuman berupa tindakan fisik sebaiknya dihindari jika tidak dalam kondisi terpaksa. Menumbuhkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah dapat membantu memudahkan mengajarkan anak sholat dengan disiplin. Ini karena ibadah salat bisa menjadi perwujudan rasa cinta dan penghambaan diri kepada Yang Maha Pencipta. Nah, semoga panduan di atas dapat menjadi acuan dalam memilih pola asuh islami yang tepat bagi buah hati.
1.Mengajarkan salat di usia kurang dari 7 tahun sampai 7 tahun 2.Mengajarkan salat di usia 7 tahun 3.Membangun kebiasaan salat 5 waktu di usia 10 tahun
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusannya 2. Melaksanakan sholat lima waktu sehari semalam, mulai dari sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib dan isya’. 3. Berpuasa di bulan Ramadhan 4. Mengeluarkan zakat fitrah 5. Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu
1. Takbiratul Ihram diikuti dengan membaca doa Iftitah. 2. Membaca surat Al-Fatihah. 3. Membaca surat pendek atau ayat Al-Qur'an. 4. Takbiratul Ihram. 5. Melakukan gerakan ruku' dengan membaca 3bacaan ruku sebanyak tiga kali. 6. Melakukan gerakan I'tidal dengan membaca bacaan I'tidal sebanyak tiga kali. 3 Cara Mengajarkan Anak salat Sesuai Usianya
Berikut 5 Rukun Islam
6 tahapan bacaan sholat