Cara menasihati anak dengan melalui cerita atau kisah akan sangat efektif, dan menarik minat, karena tak ada anak-anak yang tidak suka dengan cerita atau kisah. Terutama untuk kisah-kisah atau cerita rakyat yang mengandung local wisdom, maka hal tersebut akan memudahkan orang tua atau para pendidik untuk mengajarkan mengenai nilai-nilai kehidupan dan local wisdom, guna membentuk kepribadian anak dalam bahasa anak-anak. Cerita atau kisah memang bisa dikatakan sebagai bahasa anak-anak, yang akan menjadi sarana komunikasi yang akan mudah menjangkau dan selalu menarik minat anak-anak. Berikut ini adalah kumpulan cerita rakyat pendek, dan juga kumpulan cerita rakyat bahasa Jawa yang bisa dibacakan kepada anak-anak.

Definisi Cerita Rakyat 

Cerita rakyat adalah karya sastra yang berasal dari masyarakat yang dituturkan dengan secara lisan dan turun temurun, dari generasi ke generasi, penulis awalnya adalah anonim atau tidak diketahui. Cerita rakyat tersebut mengandung local wisdom yang kental, yang menjadi ciri khasnya di tiap daerah. Di Indonesia atau di bumi nusantara ini terdapat banyak sekali cerita rakyat yakni ada cerita rakyat bahasa Jawa, cerita rakyat bahasa Melayu dan lain sebagainya, yang menjadi kekayaan budaya di tiap daerah yang ada di Indonesia ini.

Kumpulan Cerita Rakyat dan Nilai Moral yang Terkandung di Dalamnya

Berikut ini adalah beberapa cerita rakyat yang memiliki kandungan nasihat mengenai suatu nilai moral tertentu yang akan sangat bagus sekali jika dituturkan kepada anak, dan bisa membentuk kepribadian anak dengan baik.

1. Cerita Malin Kundang

Sumber : https://ridwansoleh.com/renungan/sudut-pandang-lain-kisah-malin-kundang/

Cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Malin Kundang yang durhaka kepada Mande Rubiah, ibunya. Kisah Malin Kandang ini adalah cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat. Sejak tahun 1980 bahkan telah dibuat relief batu berbentuk manusia yang menelungkup yang disebut sebagai batu Malin Kundang di pantai Air Manis, Padang Sumatera Barat. Kisahnya dimulai dari cerita seorang single parent, seorang ibu yang miskin bernama Mande Rubiah, yang bekerja keras membesarkan sendiri anak semata wayangnya yang bernama Malin Kundang yang masa kecilnya sakit-sakitan. Namun dengan penuh kasih sayang dan kerja keras akhirnya Mande Rubiah berhasil membesarkan Malin Kundang hingga menjadi seorang pemuda yang gagah. Hingga pada suatu saat ketika terdapat sebuah kapal yang merapat di tempat tinggal mereka maka Malin Kundang pun timbul keinginan untuk merantau, dengan menaiki kapal besar tersebut. Pada mulanya ibunya kurang setuju, namun dengan berat hati, akhirnya Mande Rubayah pun membolehkan Malin Kundang untuk merantau. Hari-hari dilalui ibu Malin Kundang dengan selalu memanjatkan doa kepada Tuhan agar anaknya, si Malin Kundang diberi keselamatan dan keberuntungan serta kesuksesan selama berada di perantauan. Lama waktu berjalan, tak ada kabar dari Malin Kundang. Hingga pada suatu saat terdapat sebuah kapal besar yang indah dan mewah merapat l, bersandar di pulau tempat tinggal Mande Rubiah. Para penduduk desa pun gempar dan mengira kapal besar itu adalah kapal dari seorang raja atau sultan. Tiba-tiba datanglah nahkoda kapal yang dulu ditumpangi oleh Malin Kundang untuk merantau, yang mengabarkan kepada ibu Malin Kundang, yakni Mande Rubiah, bahwa kapal itu adalah milik Malin Kundang, anak dari Mande Rubiah. Dikabarkannya juga bahwa Malin Kundang telah http://fi-kasino-online.net/ gadis yang cantik jelita, anak dari seorang bangsawan yang kaya raya. Sambil memendam kerinduan yang mendalam, maka Mande Rubiah, ibu Malin Kundang pun bergegas mendatangi kapal besar dan mewah tersebut untuk menjumpai Malin Kundang.

Istri Malin Kundang yang pertama melihatnya merasa jijik dan risih dengan penampilan Mande Rubiah yang miskin dengan pakaian lusuhnya. Mande Rubiah bergegas ingin memeluk Malin Kundang, anak satu-satunya yang sangat ia rindukan selama ini. Namun Malin Kundang merasa malu kepada istrinya dan juga orang-orang yang ada di sekitar, sehingga ia pun menendang ibunya itu hingga terjatuh dan berkata, bahwa perbuatan Mande Rubiah itu sangat lancang, dan mengatakan bahwa ia bukanlah anaknya. Dia juga berkata bahwa ia tidak memiliki ibu yang miskin dan berbaju compang-camping itu. Anak buah Malin Kundang pun diperintahkan oleh Malin Kundang dan istrinya agar segera mengusir Mande Rubiah turun dari kapalnya. Mande Rubiah tentu saja sangat terkejut dengan kelakuan anak kandungnya, Malin Kundang tersebut, hingga sambil menangis ia pun berdoa memohon keadilan kepada Tuhan. Hingga tak lama kemudian datang hujan besar dan petir pun menyambar kapal mewah tersebut menjadi hancur berkeping-keping dan tenggelam, Malin Kundang pun terkutuk menjadi batu, sedangkan tubuh istrinya yang cantik itu konon dikisahkan menjadi ikan-ikan yang selalu mengelilingi batu Malin Kundang, si anak yang durhana dan telah dikutuk ibunya itu. Pesan moral dari cerita rakyat ini ada banyak, yakni antara lain adalah agar jangan pernah berbuat durhaka kepada ibu. Berat sekali perjuangan seorang ibu itu untuk membesarkan anaknya. Kesuksesan anak itu juga adalah berkat doa dan juga restu dari ibunya. Demikian pula juga pesan agar jangan hanya memandang orang dari tampilan fisik luarnya saja, namun selami dulu isi dalam kepribadiannya dan juga perhatikan ketaatannya kepada Tuhan dan lain sebagainya. Jangan juga memandang kekayaan sebagai segala-galanya hingga memandang remeh dan hina seorang yang miskin. Juga pesan agar menghargai orang lain, sesama manusia, dan tidak berlaku zalim dan berbuat aniaya, apalagi itu adalah kepada orang yang lemah dan lebih tua, terlebih lagi jika itu adalah orang tua, ibu kandungnya, yang telah membesarkannya sejak kecil dengan susah parah dan kerja keras, penuh perjuangan.

2. Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah

Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah

Sumber : https://www.finansialku.com/cerita-bawang-merah-dan-bawang-putih/

Kisah ini mengenai cerita tentang dua orang anak gadis, yang diperlakukan secara berbeda dan tidak adil dan juga memiliki kepribadian yang berbeda. Pada awalnya Bawang Putih adalah anak yang hidup berbahagia, ia anak yang rajin dan berbakti dan selalu membantu meringankan pekerjaan orang tuanya, apalagi ibunya sedang sakit. Hingga pada suatu ketika ibunya pun meninggal dan ayahnya lantas menikah lagi dengan seorang wanita yang telah memiliki anak, bernama Bawang Merah. Kepribadian antara Bawang Putih dengan Bawang Merah sangatlah berbeda. Bawang Merah anaknya manja, dan pemalas serta selalu merasa iri dengan saudara tirinya, Bawang Putih. Ibu Bawang Merah pun selalu memanjakannya, dan memberikan apapun yang menjadi kemauan Bawang Merah, tanpa memikirkan dampak buruknya untuk kepribadian Bawang Merah. Hingga pada suatu saat akhirnya ayah Bawang Putih pun meninggal juga.

Bawang Putih pun harus tetap tinggal serumah dengan ibu dan saudara tirinya, Bawang Merah, di rumah peninggalan ayahnya tersebut. Sejak saat itulah kekejaman ibu tiri dan saudara tirinya semakin menjadi-jadi, mereka memperlakukan Bawang Putih sebagai seorang pembantu. Hingga pada suatu hari Bawang Putih merasa ketakutan untuk pulang ke rumah, karena tanpa sengaja ia menghanyutkan baju kesayangan milik Bawang Merah dan ibu tirinya yang harus dicucinya setiap hari. Sambil menangis hingga sore ia terus menyusuri sungai, sambil kehujanan ia terus menyusuri sungai berharap dapat menemukan kembali baju yang tadinya hendak dicucinya, namun hanyut di sungai tersebut, hingga ia akhirnya menjumpai seekor ikan mas. Ikan Mas ajaib itu pun bersimpati dan berjanji akan membantu Bawang Putih menemukan kembali baju Bawang Merah dan ibu tirinya, agar Bawang Putih dapat segera pulang ke rumah. Ikan Mas ajaib itu pun menyelam dan lalu muncul kembali sambil membawa baju milik Bawang Merah dan ibu tiri Bawang Putih ke permukaan, dalam kondisi kering dan sudah terlipat rapi. Bawang Putih pun senang sekali, dan sambil bernyanyi-nyanyi ia akhirnya pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Bawang Merah merasa curiga dan tidak senang Bawang Putih terlihat sangat gembira dan pulangnya pun hingga sore hari. Maka ia pun melaporkannya kepada ibunya yang juga seorang pendengki tersebut.

Sejak saat itu perlakuan mereka kepada Bawang Putih pun menjadi semakin kejam. Semakin banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Bawang Putih. Namun berkat bantuan Ikan Mas maka Bawang Putih selalu berhasil mengerjakan pekerjaan berat tersebut. Hingga akhirnya ibu tiri dan Bawang Merah merasa curiga Lantas ibu tiri Bawang Putih pun bersama Bawang Merah berencana untuk membuntuti dan memata-matai Bawang Putih. Pada hari itu Bawang Putih diperintahkan oleh ibu tirinya untuk membeli banyak bahan makanan dan juga kain yang mahal-mahal dan hanya diberi sedikit uang saja. Hingga akhirnya Bawang Putih pun bingung dan menjumpai sahabatnya, ikan Mas ajaib di sungai. Oleh ikan Mas ajaib tersebut, Bawang Putih lantas diberikan sekeping uang emas untuk membeli berbagai daftar belanjaan pesanan yang diminta oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Bawang Merah. Bawang Putih pun dengan wajah berseri-seri mulai berangkat menuju ke pasar. Pada saat itulah ibu tiri dan saudara tirinya, Bawang Merah menangkap ikan Mas tersebut lalu memasaknya dan menyantapnya.

Bawang Putih yang pulang dari pasar hanya diberi makan duri-duri ikan Mas tersebut. Bawang Putih pun merasa curiga dengan duri ikan yang berwarna keemasan tersebut, lantas ia pun mencari dan memangil-manggil ikan Mas, sahabatnya itu seperti biasanya. Namun ikan Mas itu tidak pernah muncul lagi, maka dengan hati yang sangat sedih Bawang Putih pun lantas menguburkan duri ikan Mas tersebut di halaman depan rumahnya. Hingga pada suatu saat di tempat itu tumbuhlah pohon keemasan yang indah, dan menarik perhatian seorang Pangeran yang melewati desa dan rumahnya tersebut. Bawang Merah dan ibu tirinya mengaku sebagai pemilik pohon keemasan tersebut, dan bersedia menyerahkan pohon keemasan tersebut asalkan sang pangeran bersedia untuk menikahi Bawang Merah dan membawa mereka ke istana. Pangeran pun meminta agar Bawang Merah dan ibu tiri Bawang Putih tersebut untuk mencabut pohon keemasan tersebut, namun mereka gagal, dan tak mampu mencabutnya. Lalu Bawang Putih yang mengetahui bahwa mereka berusaha mrncabut pohon keemasan tersebut pun lari mendatangi dan berusaha melarangnya, dan akhirnya perasaannya pun lega, bahwa ibu tiri dan saudara tirinya itu tak bisa mencabutnya. Akhirnya sang Pangeran pun bertanya, siapakah sebenarnya pemilik pohon keemasan tersebut.

Bawang Merah dan ibunya di hadapan sang pangeran pun berkeras bahwa merekalah pemilik pohon ajaib itu, dan mereka bersedia menyerahkannya kepada sang Pangeran. Sang pangeran lantas bertanya pula kepada Bawang Putih apakah seandainya ia sebagai pemilik pohon ajaib itu, apakah ia juga bersedia menyerahkan pohon keemasan tersebut agar dapat di tanam di istana dan agar dapat disaksikan oleh lebih banyak orang di kebun istana. Akhirnya Bawang Putih pun bersedia, sedangkan Bawang Merah dan ibunya masih berkeras bahwa merekalah pemiliknya. Sang pangeran yang merasa heran lantas memerintahkan para pengawalnya untuk mencoba mencabut pohon keemasan tersebut, namun tidak berhasil. Hingga akhirnya Bawang Putih membuktikan kepada semua orang bahwa ialah pemilik sebenarnya dari pohon keemasan tersebut, lalu dengan mudahnya ia mencabut pohon ajaib tersebut dan lantas menyerahkannya kepada sang pangeran. Akhirnya Pangeran tersebut pun menikah dengan Bawang Putih, dan membawanya ke istana, sedangkan Bawang Merah dan ibu tiri Bawang Putih yang kejam dan juga pendengki itu pun lantas diusir pergi oleh penduduk desa. Itulah akhir kisah Bawang Putih dan Bawang Merah. Pesan moral dari cerita ini adalah selalu berusahalah untuk berbuat adil, dan hindari sifat buruk iri dengki dan kejam kepada sesama manusia. Jangan ingin mencapai kebahagiaan atau kesuksesan dari penderitaan orang lain dan merebut serta mengakui apa yang menjadi hak milik orang lain sebagai miliknya. Pembuatan iri dengki dan tidak adil tersebut pada akhirnya hanya akan membuat celaka dan kesengsaraan bagi diri mereka sendiri.

Sebagai contoh adalah pada kisah Bawang Putih dan Bawang Merah ini, seandainya mereka tidak dengki dan memakan ikan Mas milik Bawang Putih, maka kisah mereka tidak akan berakhir dengan penuh kesengsaraan, mereka tidak akan terusir dan masih bisa tinggal nyaman di rumah Bawang Putih, namun itulah manusia yang buruk kepribadiannya, akan selalu merasa iri dengki dan selalu merasa kurang saja. Demikian juga tidak baik menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, hal itu akan berakhir dengan keburukan dan kesengsaraan bagi dirinya sendiri, seperti apa yang dialami oleh ibu tiri Bawang Putih dan juga saudara tirinya, Bawang Merah tersebut.

3. Cerita Kancil si Cerdik Pencuri Ketimun

Cerita Kancil si Cerdik Pencuri Ketimun

Sumber : http://1001duniacerita.blogspot.com/2018/08/dongen-si-kancil-mencuri-mentimun-pak.html

Berikutnya ada cerita tentang kancil yang mencuri ketimun, atau kalau dalam bahasa jawanya adalah contoh fabel cerita tentang kancil nyolong timun. Kancil diceritakan dalam fabel ini sebagai hewan yang cerdik dan lincah, sehingga selalu berhasil mengatasi masalahnya. Pada saat kancil kelelahan dan kelaparan sehabis berhasil melarikan diri dari kejaran si raja hutan, hari mau, yang hendak memakannya, ia pun tiba di suatu kebun di tepi hutan. Ia pun terpaksa mencuri ketimun yang ditanam Pak Tani di kebun tersebut, hanya beberapa buah saja sekedar untuk mengobati rasa laparnya yang sudah tak tertahan lagi, hingga tubuhnya kembali kuat dan bisa kembali ke sarangnya. Kancil itu bahkan tidak membawa buah ketimun tersebut ke rumahnya, ia hanya memakan di tempat beberapa buah saja, guna mengatasi rasa laparnya sekedarnya saja. Keesokan paginya Pak Tani yang mengetahui bahwa kebunnya dimasuki kancil pun lantas berusaha membuat jebakan.

Beberapa hari berikutnya, kancil kembali tiba di kebun Pak Tani yang penuh ketimun tersebut, setelah ia berhasil melarikan diri kembali dari kejaran harimau atau macan yang hendak memakannya. Kancil yang kelaparan lantas tanpa curiga memasuki kembali kebun Pak Tani tersebut, hingga ia akhirnya terjebak dan masuk ke perangkap. Kancil berpikir keras tentang bagaimana cara agar ia bisa keluar dari lubang jebakan tersebut. Beberapa saat kemudian ada seekor kura-kura yang lewat, dan bertanya mengapa kancil berada di lubang tersebut. Kancil lantas menjawab bahwa ia hendak dijadikan hewan kesayangan oleh Pak Tani dan dicukupi segala kebutuhannya tak harus repot-repot mencari sendiri lagi. Kura-kura pun iri dan ingin juga menjadi hewan kesayangan Pak Tani. Kancil pun membolehkan dan bersedia berbagi tempat di lubang dan mengajak kura-kura untuk masuk ke lubang tersebut bersamanya. Hingga kura-kura itu pun masuk ke dalam lubang tersebut. Tak lama kemudian lewat seekor rusa, yang baru saja lari menghindari harimau yang hendak memakannya. Ia merasa heran dan mengajukan pertanyaan yang sama, yakni mengapa kancil dan kura-kura berada di lubang bersama-sama. Kancil pun memberikan jawaban yang sama sebagaimana jawabannya kepada kura-kura. Rusa itupun tertarik dan ingin juga menjadi hewan kesayangan Pak Tani, maka ia pun akhirnya ikut masuk juga ke lubang tersebut. Kemudian harimau pun sampai ke tempat itu, dan juga merasa heran mengapa kancil kura-kura dan juga rusa yang dikejarnya berada di lubang tersebut bersama-sama. Ia menanyakan apakah mereka berusaha sembunyi dari dirinya. Kancil pun menjawab dengan cepat bahwa bukan itu alasannya mereka ada di lubang tersebut bersama-sama, tapi karena mereka ingin dijadikan sebagai hewan kesayangan Pak Tani, dan dicukupi segala kebutuhannya. Harimau yang bodoh itupun tertarik dan ingin juga, maka ia pun segera melompat masuk ke dalam lubang tersebut. Hingga lubang menjadi penuh sesak dan kancil pun akhirnya berhasil keluar dari lubang jebakan tersebut. Sesampai di atas kancil lantas berpesan agar mereka menunggu kedatangan Pak Tani esok hari, sementara ia berkata bahwa dirinya harus kembali ke sarangnya karena ada sesuatu yang tertinggal yang hendak ia bawa. Kemudian kancil itupun lantas lari dengan sekencang-kencangnya, melarikan diri dari tempat tersebut. Pesan moral dari cerita ini ialah, janganlah menjadi orang yang bodoh, yang mau saja ikut-ikutan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Juga jangan menjadi pribadi yang mudah iri dan mengira posisi orang lain itu sebagai lebih baik daripada kondisinya saat itu, sehingga akhirnya terjebak di lubang yang sama, dan bahkan ditinggalkan. Jadilah seperti kancil yang cerdik dan selalu berhasil mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya dengan penuh pemikiran dan strategi. Jadi jika ingin menjadi cerdik seperti kancil dan tidak menjadi bodoh maka antara lain harus rajin belajar dan sekolah. Itulah beberapa pesan moral dari kisah kancil mencuri timun, tersebut.

4. Cerita Ande-ande Lumut

Cerita Ande-ande Lumut

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=ylqc9T5uJdY

Cerita fabel membawa pesan moral agar selalu menjaga diri dan kehormatan dengan sebaik-baiknya. Juga tentang manisnya buah dari kesabaran saat ditimpa ujian dan cobaan, sebagaimana yang dicerminkan oleh tokoh utama cerita ini, yakni Kleting Kuning atau Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana. Pesan moral lainnya juga adalah agar kita mampu mengenali mana yang baik dan benar sebagai baik dan benar dan yang buruk dan salah adalah sebagai hal yang buruk dan salah, sebagaimana yang dilakukan oleh Ande-ande Lumut atau Raden Panji Asmara Bangun atau Raden Putra. Kisah ini juga membawa pesan mengenai kesetiaan yang ditunjukkan oleh sepasang suami istri, yakni Raden Putra atau Raden Panji Asmara Bangun atau Ande-ande Lumut dengan Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana atau Kleting Kuning, yang masing-masing tidak tergoda dengan Yuyu Kangkang yang memiliki kekuasan dan hadir menawarkan bantuan kepada Kleting Kuning pada saat ia sendirian, terpisah dari suaminya, dan sedang menghadapi masalah. Demikian pula Ande-ande Lumut atau Raden Putra arau Raden Panji Asmara Bangun yang juga dengan sabar menunggu kedatangan Kleting Kuning atau Dewi Candra Kirana atau Dewi Sekartaji, istrinya, dan tidak tergoda dengan kecantikan Intan Sari dan Kleting Merah, Kleting Biru maupun Kleting Ungu atau Wungu. Baginya, istrinya, yakni Kleting Kuning adalah yang tercantik selalu. Cerita ini diawali dengan adanya dua buah kerajaan yakni Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri yang ingin bersatu kembali menjadi Kerajaan Kahuripan, sehingga diputuskanlah untuk menikahkan putri dari permaisuri Kerajaan Kediri, yakni Dewi Sekartaji dengan Dewi Candra Kirana dengan putra mahkota Kerajaan Jenggala, yakni Raden Panji Asmara Bangun atau Raden Putra. Namun hal tersebut menimbulkan kedengkian hati saudara-saudara seayah Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana dari istri yang lainnya, anak-anak dari para istri selir sang raja Kediri, sehingga mereka pun berhasil membuat Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana mengalami sakit kulit yang menjijikan hingga ia pun diusir dari istana, dan terpaksa tinggal di hutan hingga kemudian bertemu dengan Nyi Menah dan ketiga anaknya, yakni Kleting Merah, Letting Biru dan Letting Unggu di desa di pinggir hutan, lalu tinggal bersama mereka. Raden Panji Asmara Bangun atau Raden Putra yang ditawari untuk menikah lagi dengan putri dari Kerajaan Kediri, yakni Intan Sari, salah satu anak gadis dari selir raja Kediri, pun menolaknya, lantas justru meninggalkan istana, menyamar jadi Ande-ande Lumut, berusaha mencari istrinya, Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana. Ande-ande lumut lantas tinggal bersama mbok randha Dadapan di suatu desa. Mendengar adanya pemuda tampan bernama Ande-ande Lumut di desa Dadapan, maka Nyi Menah lantas menyuruh anak-anaknya untuk berangkat melamarnya. Ketiga kleting saudara Kleting Kuning, tidak mau berangkat bersama Kleting Kuning yang menderita sakit kulit dan bau. Oleh karenanya Kleting Merah, Kleting Biru dan juga Kleting Ungu pun berangkat terlebih dahulu. Hingga tiba di suatu sungai yang besar dengan airnya yang deras, lalu muncullah Yuyu Kangkang yang bersedia menyeberangkan ketiga gadis cantik tersebut ke seberang dengan upah boleh mencium ketiganya. Mereka pun setuju agar segera sampai di desa Dadapan. Lalu ketika Kleting Kuning yang disuruh Nyi Menah untuk menyusul kakak-kakaknya ke desa Dadapan sampai di sungai besar itu, ia mendapat tawaran yang sama dari Yuyu Kangkang, tapi Kleting Kuning menolak tawaran tersebut dan berusaha sendiri mengatasi masalahnya, yakni ia lalu mengeluarkan lidi dan menyabetkannya ke sungai sehingga airnya pun surut lalu ia bisa berjalan menyeberanginya, lalu melanjutkan perjalanan ke desa Dadapan. Setiba di desa Dadapan, ketiga kleting, yakni kleting Merah dan Letting Biru juga Kleting Ungu yang cantik-cantik itu ditolak oleh Ande-ande Lumut. Ketika ditanya mbok randha Dadapan mengapa dia menolak, Ande-ande Lumut menjawab bahwa ketiganya adalah bekas dari Yuyu Kangkang. Lalu kemudian tiba kleting Kuning yang langsung ditolak oleh mbok randha Dadapan karena bau dan memiliki sakit kulit, tapi Ande-ande Lumut justru mau menerimanya dan menjadikannya sebagai istri. Keheranan mbok randha Dadapan pun seketika sirna ketika keduanya lantas bisa berubah ke wujud asli mereka, dan terbuka penyamarannya. Kleting Kuning yang jelek, sakit kulit dan bau kembali menjadi Dewi Sekartaji atau Dewi Candra Kirana yang cantik jelita lagi. Demikian juga Ande-ande Lumut pun kembali menjadi Raden Panji Asmara Bangun atau Raden Putra.

Itulah 4 kumpulan cerita rakyat yang inspiratif dan sarat makna dan juga pesan moral yang bisa diceritakan kepada anak-anak, yang pasti juga akan menyukainya.

Kesimpulan

Apa itu Cerita Rakyat ?

Cerita rakyat adalah karya sastra yang berasal dari masyarakat yang dituturkan dengan secara lisan dan turun temurun, dari generasi ke generasi, penulis awalnya adalah anonim atau tidak diketahui. Cerita rakyat tersebut mengandung local wisdom yang kental, yang menjadi ciri khasnya di tiap daerah.

Apa saja contoh Cerita Rakyat ?

1. Cerita Malin Kundang
2. Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah
3. Cerita Kancil si Cerdik Pencuri Ketimun
4. Cerita Ande-ande Lumut

Apa Manfaat Cerita Rakyat untuk anak-anak ?

Cerita Rakyat Bisa berguna untuk menasihati anak dengan melalui cerita atau kisah karena akan sangat efektif, dan menarik minat, karena tak ada anak-anak yang tidak suka dengan cerita atau kisah. Terutama untuk kisah-kisah atau cerita rakyat yang mengandung local wisdom, maka hal tersebut akan memudahkan orang tua atau para pendidik untuk mengajarkan mengenai nilai-nilai kehidupan dan local wisdom, guna membentuk kepribadian anak dalam bahasa anak-anak.